Bab 22

67.9K 5.1K 33
                                    

Sampai di rumah, Cavero menuju kamar Lunaria. Karena wanita itu tak ada di kamar, Cavero menuju lantai selanjutnya dimana ada tempat spa berada.

Dan benar dugaannya. Ada Lunaria disana tengah dipijat seorang perempuan.

Cavero mendekatinya dan memberikan kode agar perempuan itu menyingkir.

Perempuan itu menurut dan Cavero menggantikannya untuk memijat Punggung Lunaria.

Masih ada beberapa kissmark dan juga bekas gigitannya. Cavero tersenyum melihat karyanya yang masih tercetak di kanvas indah yaitu tubuh Lunaria.

Luna melenguh. Pijatan di pinggangnya entah kenapa terasa aneh. Nikmat dan ... Tubuhnya merespon hal lain. Ia merasa geli karena tangan yang memijat terasa berbeda.

Pada akhirnya Luna mengajak perempuan itu berbicara namun perempuan itu hanya diam saja.

Melihat ia baru saja diabaikan, Luna langsung mendongak melihat siapa perempuan angkuh itu. Melihat jika disana adalah Cavero bukannya perempuan tadi, Luna terkejut.

Ia segera bangun dan duduk seraya menutupi tubuhnya. Wajahnya memerah malu.

"Kamu kenapa disini?" tanya Luna kaget.

Meski mereka pernah menghabiskan malam bersama sebelumnya, tapi tetap saja Luna masih sangat malu jika melihat Cavero. Terlebih mereka hanyalah orang asing. Meski ini bukan tubuh Luna yang asli, tubuh ini sudah dianggap sebagai milik Luna sendiri.

Terlebih, apa yang dilakukan laki-laki itu dirumah siang bolong begini. Catat. Masih siang. Dari ingatan tubuh ini, Cavero itu workaholic. Saking akutnya, Cavero bisa meriang jika laki-laki itu tidak bekerja satu hari penuh.

"Bukannya tadi aku bilang mau pijat kamu?"

Wajah Luna semakin memerah mendengarnya.

"Iya, aku pikir kamu tidak serius."

"Aku selalu serius jika itu menyangkut dirimu,"

Luna merona. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana. Ia blushing dan malu karena berpikiran kotor tentang laki-laki didepanya. Dan disisi lainnya ia merinding karena tingkah aneh pada laki-laki itu. Dalam hatinya ia meminta agar Cavero mengabaikannya seperti dulu saja. Ia meminta laki-laki itu agar tidak memiliki ketertarikan dalam hal bagus ataupun buruk. Ia hanya ingin dikenal sebagai ibu yang baik.

"Luna, kamu tidak senang aku kemari?" tanya Cavero dengan raut wajah yang datar dan dingin.

Luna tersadar.

"Ha, mana mungkin aku nggak senang. Aku cuma merasa aneh aja. Bukannya harusnya kamu masih di kantor?"

"Tidak ada pekerjaan di kantor, karena itu aku pulang lebih awal,"

Luna terkejut mendengarnya. Tidak ada pekerjaan? Mana mungkin dia percaya. Cavero itu bos. Tapi setelah ia pikir-pikir lagi, mungkin saja itu bisa terjadi.

"Aku tidak tau kalau Komisaris Oliver's Group tidak punya pekerjaan," balas Luna akhirnya.

Cavero kemudian mendekati Luna dan meminta istrinya itu terlungkap kembali. Ia akan lanjut memijat pinggang Luna.

"Biar aku pijat kembali,"

"Tidak perlu, aku sudah baikan. Lebih baik kamu istirahat saja," balas Luna akhirnya.

Cavero tak senang mendengarnya.

"Kamu tidak suka? Apa aku tidak pandai memijat?"

"Bukan begitu,"

"Lantas, kenapa kamu tidak mau di pijat?"

"Aku sudah baikan."

Cavero tak puas dengan jawaban itu. Ia menyentuh pipi Luna seolah menggoda wanita itu. Jantung Luna berdebar. Pikirannya berfantasi liar membuatnya menelan salivanya takut.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang