Bab 62

17.9K 1.9K 103
                                    

Lunaria Pov..

Alasan kenapa aku pulang ke rumah mama karena aku jenuh berada di tempat itu. Aku tidak tau kenapa aku merasa begitu, yang pastinya aku sama sekali tidak merasa nyaman. Di mansion yang luas itu aku sama sekali tidak mendapatkan ingatan apapun. Tak hanya ingatan, namun aku merasa begitu asing. Bahkan pada kamarku sendiri.

Aku merasa ada yang janggal dan aneh. Tak ada foto pernikahan kami atau foto keluarga yang tertempel di dinding itu. Mengingat sifatku, sudah pastinya akan ada banyak foto suami dan putraku. Namun di rumah itu, sama sekali tak ada foto mereka.

Sampai di rumah mama, mama langsung memelukku dan bertanya keadaanku. Ku jawab saja dengan jujur jika Cavero menjagaku dengan baik. Dan seperti yang kuduga, mama menatapku dengan sinis dan marah.

Hal yang paling membuatku penasaran adalah kenapa aku bisa menikah dengan Cavero jika mama sebenci ini pada laki-laki itu. Apa alasannya karena Cavero membunuh papa? Aku rasa pasti ada alasannya. Aku yakin jika papa pasti tiada karena sudah waktunya. Bukan karena Cavero. Pasti ada kesalahpahaman disini.

Sayangnya, hal yang aku kira kesalahpahaman di bantah oleh mamaku. Mama dengan menggebu-gebu menceritakan apa yang tertulis di surat secara detail.

Aku yang mendengarnya merasa semua itu tak masuk akal. Mana mungkin ada manusia yang tidak beradab seperti binatang begitu. Membunuh orang dan memperkosa anak dari orang yang dibunuhnya hingga melahirkan keturunannya.

Itu terlalu diluar nalar.

"Setelah anak itu lahir kamu tidak pernah menganggapnya sebagai anak. Kamu juga membencinya dan memperlakukannya dengan buruk seperti binatang. Kamu selalu memarahinya dan memukulinya, karena itu dia berniat untuk membunuh kamu."

Aku hanya diam saja mendengar penjelasan mama yang masuk akal jika dipikirkan namun terdengar tidak nyata.

"Nggak sekali atau dua kali monster menjijikan itu mau membunuh kamu,"

Aku menarik nafas sebelum mengeluarkannya secara perlahan.

"Ma, kalau Cashelion aku siksa begitu, mana mungkin dia berani buat bunuh aku," sangkalku akhirnya.

Aku tau alasan mama membenci Cashelion. Pasti karena Cavero. Sungguh disayangkan jika itu terjadi.

"Justru karena itu Luna. Monster itu nggak waras. Dia gila. Pasti penyakitnya itu keturunan dari bapaknya," maki mama untuk kesekian kalinya.

"Ma, monster itu anak aku. Kalo dia monster, aku juga Monster. Kan aku yang ngelahirin dia," ucapku akhirnya.

Aku risih mama memanggil Cashelion dengan sebutan monster, iblis, bajingan kecil ataupun berandal sialan. Orang punya nama bagus-bagus kok di ganti seenaknya.

"Dia bukan anakmu! Ingat itu Luna,"

Melihat mama yang histeris begini, sepertinya mama yang sakit.

Pada akhirnya aku lebih memilih mengalah ketika emosi mama semakin tidak stabil.

"Iya iya, Anak itu monster. Aku bakalan hati-hati." ucapku akhirnya.

Barulah mama tenang. Aku melihatnya begitu kasihan. Mama yang aku kenal sangat berbeda dengan dulu. Sebenarnya apa yang mengubah mama jadi begini, apa benar semua itu karena Cavero. Laki-laki itu bersikap kejam dengan mengancam mama?

Entahlah. Aku tidak tau. Aku tidak bisa begitu saja mempercayainya meski begitu banyak kejadian janggal. Masalahnya disini, Cavero bersikap baik padaku.

Setelah menemani mama dan membiarkannya istirahat, aku pun pulang. Tak lupa aku mengabari Cavero bahwa aku pulang. Sampai di rumah, aku lebih memilih duduk di taman dengan meminum teh.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang