Bab 26

64.5K 4.7K 75
                                    

Cavero menatap perempuan didepannya tajam. Sebisa mungkin ia tidak melubangi kepala perempuan yang hampir membuat bisnisnya merugi miliaran. Kontrak penjualan senjata ilegalnya tengah diancam kegagalan karena pengirimannya dicekal oleh pihak keamanan. 

Cavero bisa saja menanganinya, namun banyaknya obat-obatan terlarang yang tiba-tiba ada di kontainer pengiriman membuat semuanya semakin rumit.

"Jadi, bagaimana caramu membereskannya? Apa kau pikir suami tidak bergunamu itu akan membantumu?" tanya Cavero menahan amarahnya.

Di bisnis kali ini, Blood Moon memang bekerjasama dengan organisasi Rósanna Dearga  untuk memenuhi kebutuhan beberapa senjata yang cukup langka.

Cavero bisa saja mengambil kekurangan senjata yang ia butuhkan di kelompok yang lainnya. Namun mengingat hubungan dekatnya dengan dua mendiang pemimpin Rósanna Dearga sebelumnya, Cavero tidak ingin mengabaikan kelompok itu. Bagaimanapun, dua pemimpin sebelumnya adalah guru sekaligus sahabat dekatnya.

Perempuan berambut merah terang itu balas menatap Cavero tak kalah tajam. Wajahnya menampilkan raut acuh meski sebenarnya dalam hati ia juga bingung memikirkan masalah ini hingga tak bisa tidur.

Perempuan cantik yang memakai dress seksi serta lipstik bewarna merah itu mendecak. Dia adalah Asael. Istri dari Elard dan juga merupakan ibu kandung dari Cendric.

Asael Naseria Affandra adalah satu-satunya putri tunggal dari kelompok mafia Rósanna Dearga. Meski hubungan kedua pemimpin saat ini sangat buruk, namun hubungan Cavero dengan dua mendiang pemimpin sebelumnya cukup baik. Ayah dan juga kakak Asael.

Ayah Asael, Affandra adalah orang yang mengajari Cavero menjalankan bisnis gelap sekaligus yang menyelamatkan Cavero dari malaikat maut yang dikirim oleh para keluarga Oliver. Affandra adalah orang yang mengajari Cavero menghadapi orang-orang yang merendahkan sekaligus merampas semua kebahagiaannya. Tidak peduli cara apa yang digunakan, Affandra mengajarkan Cavero untuk mendapat hasil yang diinginkannya. Sedangkan untuk kakak Asael, dia teman seperjuangan Cavero di Rósanna Dearga.

Sebelum kematiannya, Affandra pernah meminta pada Cavero agar menjadi menantunya dan meneruskan kerajaan bisnisnya. Bukan tanpa alasan orang itu melakukannya. Kecakapan Cavero yang selalu melebihi ekspektasinya membuatnya menginginkan anak itu agar bisa di manfaatkan. Hubungan itu juga di setujui oleh kakak Asael.

Bagaimana dengan pihak terkait? Cavero tidak peduli sementara Asael menolak. Ia membenci pekerjaan gelap keluarganya dan telah jatuh cinta pada laki-laki lain. Dan coba tebak, siapa laki-laki itu .... Benar. Dia Elard.

Awal mula Cavero mengenal Elard, karena Affandra menyuruhnya untuk membunuh laki-laki itu. Asael yang mengetahuinya memohon pada Cavero agar tidak melukai laki-laki yang ia cintai. Cavero mengabaikan permintaan itu dan tetap akan membunuh Elard. Yang tak ia sangka adalah perempuan yang takut darah seperti Asael akan menusuknya dengan belati. Cavero lengah, dan Asael memanfaatkan itu dengan menembak kaki dan bahu Cavero.

"Daripada membahas itu, sebaiknya kita cari cara untuk mengambil barang-barang itu," jawab Asael.

"Gunakan otak kosongmu itu untuk berfikir. Apa yang kau pikirkan hingga barang-barang itu disita? Dan narkoba, beraninya kau mencampur barang-barang itu!"

"Aku hanya mencoba menghemat pengiriman,"

"Itu bukan urusanku! Dalam tiga hari, bereskan masalah ini atau kau kehilangan separuh keuntungan!"

"Kamu tidak bisa melakukannya! Lagipula ini bukan pertama kalinya kita mengalami ini. Semuanya pasti akan baik-baik saja dan kembali seperti semula,"

"Enteng sekali bicaramu,"

"Kita bisa mengatasinya kalau bekerjasama."

Cavero menatap Asael mengancam.

"Aku dengar gosip kalau kalian akan bercerai. Lalu kemarin aku dengar kalian bertiga dan Cendric pergi ke kebun binatang, aku rasa hubunganmu dan Lunaria membaik."

Wajah Cavero mengeras. Ia meremas gelas berisi Whisky marah.

"Aku penasaran ... bagaimana jika Lunaria dan Elard tau apa yang terjadi sekarang adalah rencanamu?"

"Tutup mulutmu!"

"Kelahiran Cendric dan Chaselion yang diluar rencana. Aku yakin dia pasti akan menganggap psikopat sinting sepertimu tidak pantas diberikan kesempatan."

"Asael,"

"Jika kamu tidak ingin kehilangan istrimu karena aku yang akan menceraikan Elard sebaiknya kita selesaikan baik-baik masalah ini,"

Prang...

"Beraninya jalang sepertimu mengancamku," Cavero mencekik wanita itu.

"Kita coba saja, apa dia akan tetap tersenyum padamu nanti," tantang Asael.

Cavero membanting tubuh Asael kesamping.

Tak ada yang berani memisahkan mereka berdua. Cavero menatap Asael menghina sebelum pergi meninggalkan wanita itu.

Asael tau arti tatapan menghina Cavero. Jika bukan karena kakaknya yang mati akibat Cavero, ia jamin laki-laki itu pasti akan membunuhnya. Satu-satunya alasan Cavero membiarkannya hidup karena pengorbanan kakaknya untuk Cavero dulu.

Ariel, tangan kanan Asael membantu wanita itu berdiri. Asael menerimanya dengan tenang kemudian beranjak untuk pergi. Meski marah, malu, dan jengkel, Asael tidak bisa menunjukan raut wajahnya. Ia tidak tau sejak kapan raut wajahnya ikut mengeras dan datar.

"Nyonya, memang sebaiknya kita menyusun rencana untuk membunuh orang itu," bisik Ariel penuh dendam.

Laki-laki itu tidak rela melihat Asael menderita. Meski memiliki tempramen yang dingin dan acuh, sebenarnya Asael sangatlah menderita. Sejak ayah dan kakaknya tiada, Asael benar-benar merasakan neraka dunia yang dibuat oleh Cavero.

"Tidak sekarang Ariel, nanti. Aku jamin nanti aku pasti akan membunuhnya dengan tanganku sendiri," jawab Asael penuh dendam.

"Nyonya, maaf jika saya lancang. Bukankah sebaiknya anda dan tuan Elard bercerai saja? Atau lebih baik anda tinggal di mansion utama Affandra. Bagaimanapun lebih baik anda tidak bertemu dengan tuan Elard ataupun tuan muda Cendric lagi," saran Ariel.

Asael diam. Tangan kirinya ia remas dengan kuat agar dapat mengurangi rasa sesak di dadanya. Tanpa ia sadari kuku panjang itu mengoyak telapak tangannya. Asael tidak tau akan tahan berapa lama lagi di neraka yang dibuat Cavero. Meski ia sudah hidup selama 14 tahun di neraka itu, Asael masih saja tidak terbiasa.

Empat tahun pasca lahirnya Cendric, Elard yang masih saja dingin padanya akhirnya membuatnya menyerah. Asael sadar bahwa Elard tidak akan pernah mencintainya sampai kapanpun bahkan jika itu putra mereka sendiri.

Asael tidak perlu berpura-pura baik atau perhatian lagi. Dan hubungan itu semakin menjauhkan mereka. Elard tidak pernah bertanya kondisinya. Tidak pernah bertanya keadaannya ataupun perasaannya. Elard tidak peduli dan sepenuhnya mengabaikannya dan Cendric. Elard benar-benar tidak menganggap dia dan Cendric ada.

Lambat laun, Asael yang awalnya sangat menyayangi Cendric mulai menjauh. Setiap melihat Cendric, perasaannya semakin sakit karena ingat wajah laki-laki yang dicintainya tidak akan pernah membalas ataupun memperlakukannya dengan baik. Membuatnya semakin ingat, neraka yang harus ia jalani sampai mati. 

Asael ingin sekali membalaskan dendamnya namun ia tak bisa melakukannya. Kekuasaan dan kekuatan Cavero lebih besar darinya. Jangankan untuk balas dendam. Untuk keluar dari neraka itu saja Asael tidak bisa. Asael cukup bersyukur ia tidak gila seperti Lunaria karena mentalnya yang lebih kuat.

Asael ingin sekali bercerai dari Elard, namun ia tak bisa melakukannya karena Cavero mengancam akan membunuh Elard, Cendric, dan ibunya. Tiga orang yang paling berharga bagi Asael. Meski membenci dua orang yang lainnya, Asael masih sangatlah mencintai dua orang itu. Dan tidak bisa membiarkan Cavero membunuh mereka.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang