Bab 16

70K 5.1K 37
                                    

Setelah Chasel pergi, Luna bisa bernafas lega. Cavero diam memperhatikannya. Sebenarnya ada banyak yang ingin Cavero katakan namun saat ini ia akan menahan kata-katanya dan pergi mandi saja.

Ketika Cavero usai mandi, Lusi sudah membawakan apa yang di mau olehnya. Melihat Luna yang tertidur, Cavero membiarkannya.

Ia lebih memilih mengeringkan rambutnya di kamar mandi dan berganti baju disana.

Sesiapnya, Cavero membangunkan Luna halus. Luna membuka matanya enggan.

"Makan dulu, habis itu tidur lagi."

"Nanti aku makan sendiri, aku mau tidur aja."

"Makan dulu ya, aku suapi."

Luna mengerjapkan matanya berulang kali. Sepertinya ia salah dengar.

Namun melihat Cavero yang mengangkat mangkuk berisi bubur jagung ayam, Luna sepertinya tak salah dengar.

Kenapa tiba-tiba laki-laki itu berubah baik?

Luna menerima perlakuan manis itu dengan perasaan aneh. Selesai menyuap semua bubur jagung ayam itu, Luna meminum segelas susu cokelat hangat.

"Kamu nggak makan?" tanya Luna akhirnya.

Cavero menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku nggak biasa sarapan,"

"Tapi tetap aja, kamu harus makan. Roti-roti atau buah gitu. Nanti kena magh tau rasa. Ini makan buah ini aja. Nanti agak siangan makan."

Cavero menurut. Ia memakan potongan buah yang ditunjuk oleh Luna hingga habis. Setelah memakan buah itu, Cavero meminum sisa susu milik Luna.

"Aku pergi kerja dulu."

"Iya, hati-hati." jawab Luna.

Cavero masih diam disisi Luna. Dan Luna menatapnya heran.

Apalagi ini? Kenapa dia nggak beranjak? -batin Luna.

"Ada apa?"

"Tidak ada. Yasudah aku berangkat kalau begitu," jawab Cavero yang kini bangun dari tempat tidur Luna dan berjalan keluar.

Luna masih menatap punggung itu dan melanjutkan aktivitasnya tidur kembali. Badannya sakit semua.

Dan tepat di pukul tiga siang, ia baru terbangun dari tidurnya.

Luna menguap dan bangun untuk mandi. Badannya terasa agak mendingan meski masih terasa lelah. Ketika hendak bangun,

"Akh, akh aduh,"

Pinggangnya masih terasa sakit.

Luna berusaha bangun kembali. Kali ini ia berhasil bangun dengan tertatih. Luna rasa ia tidak bermimpi bahwa ia tidur bersama dengan Cavero itu.

Gila, bringas juga dia.- batin Luna lagi.

Luna masuk kedalam kamar mandi. Ia duduk di tepi bathtub dan menunggu bak tersebut di isi penuh air.

Luna mengingat kejadian yang baru saja di alaminya. Setelah ia pikir-pikir kembali sepertinya ada yang salah dengan Cavero.

Bagaimana bisa Cavero yang dingin tak berperasaan itu tiba-tiba baik. Aneh.

Luna ingat, semalam ia tiba-tiba merasa ingin di peluk seseorang. Dan kebetulan bau Cavero seperti feromon yang sangat menenangkan.

Jujur, di kehidupannya yang dulu. Tidak peduli semabuk apa Luna, ia masih bisa mengontrol dirinya. Paling mentok, yah Luna berciuman saja. Sudah hanya itu. Itupun, sudah terjadi lama. Masa-masa kuliah. Sejak kerja, Luna sudah tobat dan bisa mengendalikan dirinya. Tapi semalam, bisa-bisanya ia mau di gauli oleh Cavero.

Jika Luna yang asli melihatnya, wanita itu bisa berteriak kesetanan.

Ukh, sekujur tubuhku merinding. batin Luna kembali.

Luna melepas gaun tidurnya dan masuk kedalam bak yang sudah penuh dan ia berikan sabun. Luna berendam disana seraya berpikir.

Ia pasti sudah gila. Padahal rencananya adalah bercerai dengan Cavero.

Selesai mandi, Luna berganti baju dengan dress panjang dibawah lutut. Rencananya tadi ia ingin mengenakan turtle neck dan celana pendek. Namun sayangnya, di pahanya terdapat kissmark dan bekas gigitan.

Cavero benar-benar menggila semalam. Sepertinya karena tidak mendapat jatah selama sepuluh tahun. Mungkin ia membuatnya sebagai kesempatan dan melampiaskannya semalam.

Luna berjalan turun karena mendengar Chasel sudah pulang sekolah. Tak lupa Luna, meminta pelayan disana untuk membersihkan kamarnya. Ia ingin seprai dan badcover diganti.

Luna tidak tau, bahwa rumahnya hari ini sangat kacau karena seluruh pelayan di kediaman bergosip jika kemungkinan hubungan nyonya dan tuan mereka sudah membaik hingga menghabiskan malam bersama.

Mereka memastikannya kepada Lusi ketika salah satu pelayan melihat Cavero keluar dari kamar Luna dengan senampam piring kotor. Cavero juga meminta agar tidak ada pelayan yang masuk ke kamar hingga Luna bangun dan memanggil mereka.

Nada suara lembut, halus, dan ekspresi yang halus dibanding biasanya membuat pelayan terpesona. Cavero tidak menyeramkan seperti biasanya hingga pelayan itu terpatung menatap wajah Cavero yang cerah.

Ketika Cavero hendak pergi, pelayan itu melihat kissmark di leher Cavero. Membuat pelayan itu langsung menyebarkan apa yang ia lihat dan dengar tadi. Beberapa pelayan mulai memberikan spekulasi ketika mereka melihat Cavero yang menggendong Luna ke kamarnya. Lalu ada Chaselion yang ingin masuk ke kamar Luna namun dicegah oleh Lusi semakin membuat pikiran mereka liar.

Bahkan jika Lusi tidak memberikan mereka jawaban mereka kompak dengan pikiran mereka jika hubungan tuan dan nyonya mereka membaik dan sudah menghabiskan malam bersama. Seketika mereka semua lupa jika Luna pernah meminta bercerai karena Cavero memiliki anak lain.

Sementara itu, di kantor ekspresi cerah Cavero dilihat oleh seluruh karyawannya. Meski ekspresinya masih dingin dan menyeramkan tapi hari ini kadar seram dri Cavero turun hingga setengahnya.

Hal itu dibuktikan ketika rapat, Cavero langsung setuju dengan semua pendapat karyawannya. Dan di bisnis gelapnya pun, ketika salah satu kliennya membuat kesalahan karena pengiriman barangnya telat, Cavero mengampuninya padahal biasanya ia akan membunuh mereka dengan kejam.

"Sepertinya mood anda baik hari ini tuan, apa ada kabar baik?" tanya Wilhelm penasaran.

Sikap Cavero tidak seperti biasanya.

"Tidak ada." jawab Cavero datar.

Wilhelm hanya diam menatapnya karena tidak biasanya tuannya itu dalam kondisi mood yang bagus. Selama 16 tahun melayani Cavero mungkin ini pertama kalinya ia melihat suasana hati Cavero bagus. Bahkan dulu ketika Chaselion lahir saja, mood Cavero tidak pernah terlihat secerah ini. Cavero terkesan tidak peduli dan mengabaikan. Jika bukan karena Seth yang mendesak tuannya itu, ia yakin Cavero tidak akan datang menemui Luna yang sudah berjuang melahirkan keturunannya.

Wilhelm bahkan masih ingat ekspresi yang dikeluarkan Cavero setelah melahirkan Cashelion. Ekspresinya dingin seolah siap mencekik anak itu hingga mati. Terlihat jelas jika Cavero enggan datang ke rumah sakit bersalin itu. Dari tatapannya ia seolah berkata kenapa ia harus menemui anak orang lain.

Namun ketika ia sampai disana dan menemukan ayahnya yang datang bersama istri pertamanya dan memuji jika wajah bayi itu mirip Cavero ketika masih kecil bosnya itu terpatung.

Cavero pikir mereka hanya asal bicara, namun ketika keluarga besarnya yang lain berkata jika bayi itu mirip dengan Cavero kecil mau tak mau tuannya memberikan respon. Ia mencocokan fotonya ketika bayi sendiri dengan wajah putranya. Dan benar, wajah mereka sangat mirip kecuali ukuran Chaselion yang lebih kecil dan menyedihkan karena memiliki jantung yang lemah.

Awalnya Lunaria masih mau menyentuh putranya. Namun ketika mendengar pujian betapa mirip putranya dengan Cavero, wanita itu jadi menjauhi putranya sendiri.

Seperti Seth yang kasihan dengan Chaselion, Wilhelm pun begitu. Hanya saja, Wilhelm tidak begitu ekspresif memperlihatkannya.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang