Bab 31

57.6K 5.1K 114
                                    

"Cav, jangan kasar ke Chasel kayak tadi. Dia masih anak-anak," tegurku ke Cavero.

Entah keberanian dari mana yang aku punya saat ini. Aku hanya ... hanya tidak tega saja melihat Chasel diancam begitu. Bagaimanapun Cavero adalah ayah anak itu. Jika aku tidak ada disisinya, Caverolah yang harus menjaganya.

"Dia terlalu manja," balas Cavero sekenanya.

"Tadi mama habis dari sini. Dia bilang hal yang nggak seharusnya Chasel denger. Jadi sekarang, apalagi sikapku kan dulu kayak gitu, Chasel cuma lagi takut aku mengabaikan dia lagi," jelasku.

Cavero diam.

"Cav, bisa nggak kamu lembut dikit ke Chasel. Meski dia ada diluar kehendak kita, tapi dia tetap anak kita. Tolong lebih perhatian dan lembut ke Chasel,"

"Hm,"

"Kamu punya kewajiban untuk menjaga Chasel." ucapku lagi.

"Kamu terlalu khawatir,"

"Bukan. Aku nggak terlalu khawatir. Cuma kondisi Chasel mengkhawatirkan,"

"Dia pasti baik-baik saja," balas Cavero cuek.

Aku kesal mendengarnya. Cavero kemudian menatapku.

"Nggak ada yang disampaikan mama lagi?" tanya Cavero balik.

"Banyak."

"Apa itu?"

"Kamu penasaran?" godaku.

Diluar dugaan, Cavero menganguk untuk informasi itu.

"Yah, mama nyuruh aku robek surat perjanjian pengalihan yang dulu aku kasih ke kamu, surat itu harus dihilangkan jejaknya," jawabku tenang.

Dari matanya, Cavero terlihat terkejut.

Aku tidak tau laki-laki itu terkejut karena ucapanku atau karena aku membuka mulutku untuk memberitahunya sebuah kebenaran dari kejadian tadi siang.

"Bisa kamu kembalikan ke aku Cav?" tanyaku lagi.

"Hmm,"

"Kalau kamu kembalikan surat itu, aku kasih imbalan yang setimpal."

"Apa itu?" tanya Cavero tertarik.

"Diriku,"

"Hmmm,"

"Bagaimana menurutmu?"

"Aku kan sudah memilikimu,"

"Kamu yakin?" tanyaku padanya.

"Iya,"

"Aku kecewa karena kamu berpikir begitu," sautku seraya menutup mataku kemudian.

Aku masih memeluk Chaselion yang tidur di antara kami.

"Istriku, kamu harus belajar merayuku jika ingin meminta sesuatu."

Aku langsung membuka mataku. Merayunya?

Dia menatapku. "Kemarilah," suruhnya.

"Ada Chasel, Cavero."

"Jangan pedulikan Chaselion." suruhnya lagi.

"Dia anak kamu tau, bukan orang lain!" balasku kesal.

"Semua orang tau itu. Chaselion sudah monopoli kamu seharian ini. Jadi sekarang waktunya aku," ujarnya yang tiba-tiba sudah berada diatasku.

Gerakannya sangat cepat. Bahkan mungkin, sama sekali tak terasa ada pergerakan. Cavero kemudian menyingkirkan tangan Chaselion yang memegangi ujung bajuku. Dia memindahkan Chaselion ke bekas tempatnya tidur.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang