Bab 27

58.2K 4.6K 50
                                    

Cendric yang mendengar kabar bahwa mamanya sudah pulang bergegas keluar dari ruang belajarnya dan menghampiri mamanya.

Sudah tiga hari ia menunggu mamanya pulang, dan sekarang ia baru melihat mamanya.

Melihat mamanya yang berjalan masuk, Cendric tersenyum menyambutnya meski gugup karena sebelumnya tidak pernah berbicara dengan mamanya jika tidak ada kepentingan.

"Mama sudah pulang? Mau minum teh sama Cendric?" tanya Cendric seraya tersenyum lebar di hadapan mamanya.

Asael menatap anak laki-laki didepannya keheranan. Sejak kapan, Cendric akan menyambut dan mengajaknya minum teh bersama. Selama ini putranya tidak pernah mendekatinya lebih dulu. Yah, sejak kejadian Asael mengabaikan dan bersikap dingin dan Lunaria yang mendekati Cendric dengan tulus, anak itu tidak pernah lagi berusaha mendekatinya.

"Tidak," tolak Asael yang langsung pergi meninggalkan Cendric.

Cendric terluka melihatnya. Sudah ia duga mamanya memang tidak menyukainya. Tante Lunaria jauh lebih baik dari ibunya. Namun mengingat hubungan Chaselion dan Lunaria yang membaik, ia harus berusaha agar ibunya juga sedikit memperhatikannya.

"A- ada yang mau aku bicarakan ma,"

Langkah Asael terhenti. "Bilang ke Ariel,"

"Tapi aku harus bilang langsung ke mama. Ini penting banget."

Cendric berjalan mendekatinya. Ketika ia hendak menyentuh tangan mamanya, ia terkejut melihat luka gores di telapak tangan mamanya.

"Tangan mama kenapa? Kok bisa terluka begini?"

"Bukan apa-apa," balas Asael dingin. Ia menarik tangannya kasar.

"Ini pasti sakit, mama duduk disini dulu, aku ambilkan kotak P3K dulu ya,"

Ketika ia berbalik hendak mengambil kotak P3K, ia sudah melihat Ariel yang membawa kotak itu.

Cendric menatap Ariel penuh kebencian. Meski baik, laki-laki itu sudah merebut kasih sayang mamanya. Ia mengambil kotak P3K itu kasar.

"Biar aku yang obatin tangannya mama. Paman pergi saja," usir Cendric ketus.

Ariel merebut kotak itu lagi seraya tersenyum kepada Cendric.

"Tuan muda yang masih kecil ini pasti tidak tau cara membalut luka," balas Ariel

Cendric menatap Ariel tajam. Ia tidak menyukai laki-laki itu. Firasat Cendric mengatakan jika laki-laki itu nantinya akan merebut mamanya.

"Aku bisa! Papa sering ngajarin aku balut luka!" balas Cendric seraya mendorong laki-laki dewasa itu.

Bukannya puas telah mendorong laki-laki itu, Cendric malah yang terdorong mundur. Anak itu tidak puas dan tetap merebut kotak P3K.

"Aku .... Aku sering lihat mama terluka. Jadi, aku belajar ke papa bagaimana caranya balut luka. Aku sudah jago tau!" balas Cendric tak terima.

Cendric bahkan itu ekstrakurikuler PMR hanya agar tau cara melakukan pertolongan pertama dan membalut luka mamanya.

Meski Cendric bersikap acuh pada mamanya, tapi dalam sudut perasaan anak itu ia berharap mamanya akan membuka perasaan seperti Lunaria padanya. Meski ia sadar betul jika hal itu tidak akan terjadi.

"Aku juga ikut PMR, aku bisa!" tambahnya lagi dengan menahan air matanya agar tidak jatuh.

Ia tidak mau jika usahanya untuk mendekati mamanya akan hilang.

"Cukup Ariel, kembali sana." kata Asael akhirnya.

Melihat perhatian Cendric saat ini, ia penasaran hal penting apa yang akan di katakan Cendric padanya.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang