Bab 53

41K 3.8K 184
                                    

Lion lagi-lagi dibuat terkejut hari ini. Ketika melihat papanya diobati tadi, Lion melihat tubuh papanya penuh bekas luka. Luka itu terlihat seperti luka lama, bekas cambukan atau luka tusuk dan peluru.

Lion penasaran. Sebenarnya apa yang dilakukan papanya hingga mendapat bekas luka sebanyak itu. Tubuhnya terlihat mengerikan.

Lion tidak berani bertanya asal dari luka-luka tersebut. Alhasil dia hanya diam saja. Dan ketika malam tiba, papanya datang mengajaknya menonton kembang api seraya melakukan barbeque.

Lion menurut saja. Anak itu hanya duduk diam dan menunggu kapan kembang api akan dimulai. Karena sekali lagi, ini pertama kalinya dalam hidupnya dia melihat kembang api.

Ketika Lion memasukan satu tusuk daging ke mulutnya dia dapat melihat dari kejauhan ada cahaya oren yang begitu terang.

"Sudah dimulai rupanya," guman Cavero.

"Apanya? Kembang api?" tanya Lion yang kini menatap langit-langit namun tak menemukan apapun.

Cavero tersenyum dan tak lama, kembang api muncul.

Lion menatapnya. Kembang apinya terlihat sangat indah namun cahaya oren yang terlihat cukup jauh dari kediaman itu mengganggunya. Cahaya apa itu? Kenapa cahaya begitu besar.

"Lion,"

Tatapan Lion beralih ke papanya. Meski sudah terkena luka tembak. Tapi papanya terlihat sama sekali tidak sakit meski wajahnya sedikit pucat. Lion tidak paham dengan jalan pikiran Cavero. Bukannya seharusnya orang itu istirahat alih-alih melakukan barbeque dengan kembang api.

"Pertemuan Oliver akan datang sebentar lagi. Bisakah kamu tetap disana sampai waktu itu terjadi?"

Lion terkejut mendengarnya. Ini pertama kalinya ada orang yang menginginkan keberadaannya daripada Chaselion.

"Kenapa?"

"Ada sesuatu yang mau aku tunjukan,"

"Memangnya sekarang tidak bisa?" tanya Lion penasaran.

Cavero diam.

"Aku ... Yah, aku tidak tau aku bisa ikut ke pertemuan itu atau tidak," ucap Lion lagi. Anak itu mengalihkan pandangannya karena malu.

Cavero menilai jika Lion orang yang cukup polos seperti Chaselion.

"Biarkan aku memberimu nasehat."

Lion menatap papanya lagi.

"Jika di dunia ini ada orang yang kamu percayai, jangan pernah mempercayainya hingga 100%. Tetap pakai otak dan intuisimu untuk berpikir."

"Bahkan jika itu mama dan kamu?"

"Iya," jawab Cavero singkat.

"Tapi paman Seth bilang aku harus menggunakan perasaanku untuk menilai ucapan orang itu bohong atau jujur,"

"Dasar lemah," ejek Cavero seraya tertawa mengejek.

"Kalau begitu, apa mama menyayangiku? Bukannya dia membenciku?" tanya Lion.

"Sepertinya begitu,"

"Apa?"

"Dia menyayangimu." balas Cavero acuh.

Laki-laki itu melanjutkan memanggang daging kembali.

"Apa rumor itu benar, orang-orang mengatakan jika kamu membunuh saudaramu, papanya mama, dan bahkan memperkosa mama hingga memiliki aku," putus Lion akhirnya.

Lion ingat, Cavero mengatakan untuk tidak mempercayai ucapan orang lain jika bukan dirinya sendiri yang mengatakan. Meski Lion tau jawabannya dia tetap ingin mendengar jawaban dari yang bersangkutan sendiri.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang