Bab 51

43K 4K 164
                                    

Lion gemetar menahan amarahnya ketika tak di izinkan untuk masuk. Meski ingin melawan dengan membunuh orang-orang disana, Lion masihlah anak yang tidak memiliki kekuatan dibanding para orang dewasa disana. Selain itu, dia juga sudah berjanji pada mamanya agar tidak memegang pisau lagi.

Harusnya dia bertanya pada mamanya, bagaimana jika orang itu menyakitinya, tidak bolehkah Lion membalas dendam?

Lion berbalik pergi meninggalkan rumah sakit. Anak itu berjalan sesuai langkah kakinya tanpa melihat ke arah manapun. Tatapannya kosong.

Brak

Ketika merasakan benturan dan jatuh, barulah Lion sadar jika dia menabrak seseorang. Lion merintih. Kepalanya semakin berdenyut sakit. Hal ini dikarenakan kemungkinan Chaselion akan muncul setidaknya besok.

Sialan, padahal aku masih mau lebih lama lagi. Aku mau lihat mama-batin Lion.

"Maaf. Adik kamu gapapa?" tanya perempuan itu lembut. Dia mengulurkan tangannya membantu Lion.

Lion menatap tangan itu yang kemudian beralih menatap wajah orang yang menabraknya. Perempuan itu masih kecil. Kemungkinan seusianya. Namun, sudah dapat dipastikan kenapa anak perempuan didepannya memanggilnya adik, pasti karena tubuhnya yang lebih kecil dibanding anak seusianya.

Lion menampik tangan itu kasar.

"Aku bukan adikmu," balas Lion dingin.

Anak perempuan itu terkejut. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ada orang yang memperlakukannya seketus ini.

Lion bangun dari jatuhnya. Dia membersihkan tangannya beserta celana yang dikenakannya. Ketika Lion hendak pergi. Anak perempuan itu menangis yang seketika membuat Lion terkejut.

Lion panik. Ini pertama kalinya dalam hidupnya melihat anak perempuan asing yang menangis. Selama ini, bahkan ketika sekolah pun Lion tidak pernah pernah melihat teman sekelasnya menangis. Jadinya, pemandangan saat ini sangat asing baginya.

Lion membeku di tempat. Apa yang harus dilakukannya. Alhasil dia hanya bisa menatap perempuan itu dengan raut wajah yang mengkerut.

Anak perempuan itu yang melihat raut wajah Lion semakin menyeramkan menangis lebih kencang.

Lion semakin terkejut dibuatnya. Sebenarnya kenapa dengan anak perempuan didepannya itu? Kenapa orang itu malah makin menangis? Apa dia gila? Tidak waras?

Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak Lion.

Nyut...

Lion oleng. Sakit kepalanya semakin menjadi-jadi.

Alhasil daripada semakin sensi disana, lebih baik Lion pergi saja dari sini.

Lion berjalan pergi meninggalkan anak itu. Samar-samar dia mendengar banyak suara langkah kaki orang-orang dewasa.

"Nona Selene, anda baik-baik saja?"

"Huaaa.... Adik itu jahat. Masa dia tepis tangan aku kasar, hisk."

Lion masih mendengar suara tangis itu.

Selene? Namanya Selene? Nama yang buat orang sakit kepala.- batin Lion.

Lion merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdebar keras. Sebelum berbelok dari koridor, Lion reflek menoleh kebelakang untuk melihat anak itu sekali lagi.

Aneh. Lion tiba-tiba merasa tidak asing pada perempuan itu dan merasa sangat sedih untuknya. Rasanya, dia pernah mengenal perempuan itu dengan sangat dekat. Tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi. Dia tidak dapat mengingat wajah perempuan asing itu di ingatan milik Chaselion.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang