Bab 35

47.4K 3.7K 80
                                    

Luna Pov..

Aku memijit pelipisku sakit, karena munculnya berbagai macam informasi yang tiba-tiba datang. Setelah berhasil membuat enam tamu tak di undang itu pulang, aku bisa mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan memikirkan semuanya lagi.

Orang-orang tadi berusaha menyuruhku untuk bercerai dari Cavero dan pergi dari negara ini agar Cavero tak bisa menemukanku. Terjadi perdebatan dari orang-orang tersebut untuk kasus Chaselion.

Beberapa menyuruhku untuk merawat Chaselion sendiri, dan dua lainnya menyuruhku untuk menitipkan Chaselion di rumah sakit jiwa, lainnya di panti asuhan. Sisanya, menyuruhku meninggalkannya karena kekejaman Cavero menurun ke Chaselion.

Aku tidak percaya dengan ucapan itu sebenarnya. Chaselion anak yang baik dan polos. Tapi jika ingat kejadian di novel, tidak ada yang tidak mungkin. Lion, kepribadian Chaselion yang lain ternyata gemar membunuh hewan di masa kecilnya. Salah satunya adalah kucing peliharaan Lunaria.

Aku bahkan tidak tau ada ingatan itu. Tapi setelah orang itu menyebutkannya, tubuh Lunaria meresponnya dengan baik dan memperlihatkanku kenangan kucing yang mati dengan kepala terpenggal. Aku ingin muntah jika ingat kejadian itu.

Aku bisa menduga jika itu ulah Chaselion.

Tapi ... Apa aku harus meninggalkannya?

Bayangan Chaselion yang tersenyum bak malaikat datang padaku.

Mama

Caranya memanggilku, caranya untuk manja bahkan mencari perhatianku, membuatku tidak tega meninggalkannya.

Apa anak itu akan tumbuh menjadi monster seperti Cavero?

Itu mungkin saja. Di novel pun dijelaskan begitu. Aku adalah orang pertama yang akan dibunuh oleh Chaselion. Anak itu akan menusukku tepat di perutku.

Aku reflek menyentuh perutku. Perasaan itu tak asing. Aku masih bisa ingat rasa sakitnya.

Aku memang tidak boleh mengambil keputusan gegabah. Tapi, nyawaku tetap yang paling utama. Aku harus meninggalkan rumah penuh monster ini.

"Mama,"

Aku tersentak melihat Chaselion yang menghampiriku. Anak itu menatapku bingung dan penuh kekhawatiran.

"Mama baik-baik saja?"

"Iya,"

"Chasel tadi tungguin mama. Mama bisa temenin Chasel belajar nggak?"

"Maaf, tapi sebaiknya Chasel belajar sama guru les Chasel aja nanti. Mama sibuk,"

"Tapi mama sudah janji sama Chasel tadi,"

"Maaf Chasel," jawabku yang kemudian beranjak.

"Mama,"

Aku mengabaikannya dan tetap berjalan terus.

"Mama ... Jangan benci Chasel. Chasel mohon. Jangan benci Chaselion," tangis Chaselion yang sudah tak aku dengar lagi.

Aku berusaha menghindari Chaselion sebisa mungkin. Bahkan aku meminta Lusi dan para pelayan yang lain untuk menjauhkan anak itu. Aku tidak ingin melihatnya atau bertemu dengannya.

Bukan karena aku membencinya. Bukan.

Tapi, aku tidak akan tega melihatnya menangis memohon agar aku selalu disisinya.

Aku juga membayar seseorang agar memberitahuku tentang masalalu Cavero ataupun asal-usul keluarga Oliver.

Memakan waktu hingga dua minggu sampai aku akhirnya mendapatkannya dari Detektif yang aku sewa.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang