Bab 32

54.2K 4.7K 185
                                    

Maaf ya guys batu update. Saya lupa.
Maklumm🤣 ga ada yang ngingetin.
.
.
.
.

Setelah memastikan Chaselion siap, aku kembali ke kamar. Kudapati Cavero yang masih tidur santai diatas ranjang. Berbeda sekali dengan yang aku bayangkan.

"Kamu nggak kerja?" tanyaku penasaran.

"Aku libur sampai siang ini,"

"Ayo makan bareng, Chaselion udah nunggu dibawah."

"Enggak. Kalian makan aja bersama. Aku masih ingin istirahat,"

"Mau aku bawain kesini aja makanannya?"

Cavero tersenyum miring. "Bagaimana kalau kamu saja yang kesini setelah mengurus bocah nakal itu?"

"Hm?"

"Aku lebih suka memakanmu daripada hal lainnya,"

"Dasar mesum!" makiku pada Cavero.

Aku bergegas pergi meninggalkan kamar itu. Memangnya kurang apa yang semalam. Bisa-bisanya dia ingin melakukannya lagi.

Aku menemani Chaselion makan. Chaselion tenang dan sama sekali tidak bertanya tentang papanya yang tidak ikut makan. Anak itu lagi-lagi bersikap manja padaku.

Setelah memastikan Chaselion pergi ke sekolah. Aku pergi ke taman untuk menata kembali pikiranku. Meski sebenarnya aku ingin mandi. Tapi mengingat Cavero yang ada di kamar, bisa dipastikan aku pasti akan bergulat dengan laki-laki itu alih-alih membersihkan diri.

Baik, aku harus buat rencana agar bisa tau siapa mata-mata yang dikirim oleh mama.

"Sayang,"

Aku mendongak ke atas untuk melihat siapa orang yang memanggilku.

"Cavero,"

"Kenapa disini? Padahal aku sudah bilang langsung kembali ke kamar setelah menemani Chaselion,"

"Aku capek Cav, kalau kamu mau ngajakin lagi," potongku cepat.

"PD, siapa yang mau ngajakin lagi. Aku cuma mau meluk kamu aja sambil tidur,"

Mendengar jawaban itu, wajahku langsung memerah. Dasar Cavero kurang ajar.

"Bukannya aku sudah bilang, kamu harus rayu aku kalau mau surat itu kembali," ucapnya lagi.

Mendengar kata surat itu lagi, aku jadi gregetan sendiri.

"Yasudah ayo," ajakku yang langsung menggenggam jemarinya dan mengajaknya pergi kembali ke kamar.

Aku tidak tau apa yang dipikirkan Cavero tapi laki-laki itu tersenyum di belakangku seraya menatap tangannya yang aku genggam. Jika aku bisa melihatnya waktu itu, aku pasti menyadarinya. Jika Cavero memang ternyata benar mencintai Lunaria.

Tidak seperti saat ini. Aku hanya berpikir jika sikap baik Cavero yang ingin selalu melekat padaku karena dia hanya ingin menggodaku. Bersenang-senang denganku. Karena perempuan yang bersikap sombong padanya selama sepuluh tahun itu akhirnya bisa bersikap lunak. Yah, aku hanya berpikiran demikian. Jika Cavero hanya sedang ingin bersenang-senang denganku.

Sampai dikamar, aku pergi mandi terlebih dahulu karena tubuhku terasa lengket. Selesai mandi dan berganti baju aku kembali membiarkan diriku dijadikan guling oleh Cavero.

Aku merasa aneh ketika Cavero memelukku. Laki-laki itu mengeluarkan bau yang aneh. Baunya sangat enak dan memikat. Aku tidak munafik jika aku juga menikmati pelukannya.

Pelukan tenang Cavero hanya bisa berjalan selama sepuluh menit sampai laki-laki itu tiba-tiba menindihku.

"Apa?" tanyaku.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang