Bab 57

24.3K 3K 219
                                    

Chaselion yang mengetahui jika mamanya sakit karenanya hanya bisa tertunduk lemah. Anak itu diam terduduk di depan ruang inap mamanya tanpa melalukan apapun.

Beberapa pengawal menawarkan diri untuk mengantarkan Chaselion Pulang, namun anak itu menolak. Chaselion hanya bisa menangis seraya duduk di depan ruangan mamanya.

Bukan aku. Bukan aku yang nyakitin mama. Aku .... Aku nggak nyakitin mama. Mama bangun,- isak Chaselion.

Tak ada yang menolong anak itu. Shana sendiri mentulikan pendengarannya. Di matanya, sosok Chaselion adalah monster seperti Cavero. Dan dia, harus melindungi satu-satunya putrinya dari orang-orang jahat yang berniat mencelakai putrinya.

Chaselion masih terdiam di depan ruangan hingga malam tiba. Ketika, Seth datang menjemput, Chaselion menolak untuk pulang. Seth tak punya pilihan lain kecuali membawa Chaselion pulang paksa.

Chaselion menangis histeris dan tak mau pulang. Anak itu berteriak memanggil neneknya dan meminta maaf agar di izinkan menemui mamanya.

Mama...

Mama...

Tangis Chaselion menyedihkan.

Anak itu memanggil mamanya berulang kali. Chaselion sedang ketakutan. Anak itu takut jika mamanya tidak akan bangun lagi.

Seth mencoba menghiburnya, namun laki-laki itu tak berhasil menenangkan Chaselion.

Sampai dirumah, Seth memberitahu Cavero.

Sayangnya, respon Cavero dingin seperti biasanya. Laki-laki itu tak banyak komentar dan hanya diam. Karena pada dasarnya, Cavero memiliki perasaan marah pada putranya yang telah membuat istrinya tak sadarkan diri.

Cavero bukannya tak peduli dengan Chaselion. Namun sekali lagi, dia hanya tidak begitu menyayangi putranya. Orang yang disukai oleh Cavero adalah Lunaria. Dan jika Lunaria memang benar tak bangun lagi, pastinya Cavero akan murka pada putranya itu.

Dan kali ini, kesabaran Cavero hampir mencapai puncaknya. Sore tadi, dia mendengar kabar jika Wilhelm yang mendapatkan luka lebih parah dari Lunaria sudah sadar, namun sampai saat ini istrinya masih tengah tertidur.

Esoknya, Chaselion masih menangis. Anak itu menolak sekolah. Tak hanya menolak sekolah. Chaselion juga menolak makan dan menolak melakukan apapun. Anak itu hanya menangis dan menginginkan agar dibawa ke mamanya.

"Tuan muda, anda harus makan. Jika tidak, anda bisa sakit." bujuk Lusi untuk kesekian kalinya.

Chaselion menolak dengan diam. Anak itu hanya berbaring di atas tempat tidurnya tanpa mau melakukan apapun. Jika ada yang terbuka dari mulutnya, itu hanya kata mama.

Dua hari, Chaselion menolak makan. Dan kabar itu sampai di telinga Cavero.

"Lebih baik, coba tuan bujuk tuan muda Chaselion," bujuk Seth lagi ke Cavero agar laki-laki itu mau menemui putranya.

Cavero masih diam dan mengabaikan ucapan Seth.

Laki-laki itu seolah tuli dan tak mendengar ucapan Seth. Dan mungkin karena terganggu,

"Pedulikan saja nyawamu. Jika besok aku tidak mendengar kematian dua orang itu, aku sendiri yang akan membunuhmu. Anak itu, bukan urusanmu. Jadi berhenti membahasnya."

"Tapi tuan Cavero,"

"Seth," peringat Cavero.

Seth terdiam. Cukup sampai disini saat ini. Besok, dia akan membujuk Cavero agar mau menemui Chaselion lagi.

Disisi lain, Ivan kabur dari panti asuhan. Anak itu diam-diam pergi ke rumah Cavero untuk mengetahui keadaan bibi dan juga sepupunya. Sejujurnya, Ivan sangat khawatir karena tak mendengar kabar apapun.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang