Bab 15

72.2K 5.3K 75
                                    

Author pov..

Dengan mata sayunya, Luna memperhatikan Cavero yang melepas jas dan dan dasinya. Laki-laki itu juga melepaskan sabuknya dan membuka beberapa kancing kemejanya.

"Aku mand-"

"Ehmm.... Lama. Sini. Aku ngantuk Cavero."

Cavero tersenyum mendengar Luna yang memanggil namanya begitu manja.

Ia mengurungkan niatnya untuk mandi dan berganti baju kemudian berbaring disamping istrinya.

Luna memeluk tubuh Cavero erat dan mengendus baunya.

Cavero cukup risih karena geli. Bukannya jijik atau gimana, namun ada sesuatu yang lain yang perlahan bangun karena ulah nakal istrinya itu.

"Luna jangan mengendusku begitu," bisik Cavero lembut.

Untuk malam ini, Cavero ingin bermain-main sebentar.

"Baumu enak. Aku menyukainya. Besok aku mau beli parfum yang sama kayak kamu aja,"

Cavero merasa aneh mendengarnya. Ia tidak rela.

"Kamu bisa menciumku kalau begitu,"

"Nakal, siapa bilang aku mau cium kamu." ujar Luna melantur.

Luna sangat mabuk hingga tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Di matanya sekarang, ia tengah bermimpi.

"Tidurlah," suruh Cavero seraya mengusap rambutnya.

Luna merasa begitu disayangi dan aman. Nafasnya begitu teratur di leher Cavero.

Cavero tidak tau seberapa banyak ia bisa bersabar karena sekarang ia ingin dipuaskan.

Setelah Cavero pikirkan. Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali ia menyentuh tubuh istrinya itu. Apa jika sekarang ia memintanya, Lunaria akan mengabulkannya?

Cavero bertanya-tanya dalam hati.

"Luna," panggil Cavero.

Luna hanya diam saja.

Cavero melepaskan pelukannya dan Luna merengek tidak ingin dilepaskan sembari tetap memejamkan matanya.

"Luna, buka mata kamu sebentar."

Luna menurut. Mata perempuan itu begitu merah dan sayu.

Cavero tidak tega. Namun ia berfikir jika mungkin saja tidak ada kesempatan yang lain. Terlebih saat ini, istrinya terlihat begitu menggoda di matanya.

Bukannya ia mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Ia hanya ... Hanya meminta haknya. Yah, itu saja. Siapa tau Luna akan mengabulkannya.

Cavero menunduk dan mencium bibir Luna mesra. Tangan Cavero mengusap pinggang Luna menggoda.

Luna yang awalnya tidak membalas ciumannya kini ikut membalas ciuman itu mesra.

Tautan lembut itu berubah panas penuh nafsu. Tangan Luna bahkan melingkar di leher Cavero.

Ciuman Cavero turun hingga leher dan tangannya membuka tali piyama yang dikenakan Luna.

Cavero membantu Luna bangun dan melepaskan piyama itu. Masih ada gaun tidur yang tersisa. Cavero mengangkat gaun itu ke atas kemudian melepaskannya dan menatap Luna penuh minat.

Luna seolah tak masalah dengan itu ketika membuka kancing kemeja yang tersisa milik Cavero.

Cavero tersenyum. Rasanya, ini seperti mimpi karena Luna yang dingin itu membalasnya.

Ciuman-ciuman kecil Cavero berubah dari gigitan gemas dan kissmark. Cavero memberikan kissmark di sepanjang tubuh Luna. Luna juga membalasnya.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang