Bab 44 - Sebelum Lunaria Terjebak 2

37.5K 3.3K 154
                                    

Sejak mengetahui jika Chaselion adalah putranya, Cavero tidak begitu membenci anak itu. Rasa benci ingin membunuh anak itu hilang begitu saja.

Terlebih ketika melihat Lunaria yang menggendong anak itu. Ada perasaan aneh.

Cavero ingin menjadi bagian itu, tapi ketika melihat Lunaria yang akan histeris ketika melihatnya, Cavero mengurungkannya. Lebih baik dia diam saja untuk sekarang. Siapa tau Lunaria akan membaik nanti.

Sayangnya, hal tersebut tak pernah terjadi. Rasa sukanya untuk Chaselion pun perlahan ikut menghilang ketika melihat sifat Lunaria tak kunjung melunak padanya.

"ENYAH DARI SINI BAJINGAN!" teriak Lunaria histeris.

Setiap melihat Cavero, Luna akan histeris dan membanting setiap barang yang ada didekatnya.

"SINGKIRKAN ANAK ITU JUGA DARI HADAPANKU!"

Lunaria selalu saja histeris. Tidak peduli itu ada di hadapan Cavero ataupun Chaselion. Meski Cavero cuek, namun laki-laki itu juga berharap seperti Asael agar pasangannya memberikannya perhatian meski itu hanya sedikit.

Sayangnya, hal tersebut tak pernah terjadi. Histeria yang dialami oleh Lunaria dan kewarasan wanita itu yang seolah menghilang ketika tinggal di mansion mewahnya membuat Cavero lelah pada akhirnya.

"Kalau tante tidak masalah, aku bisa panggil tante mama." ucap Cendric ke Lunaria.

"Be-benarkah?"

Cavero memperhatikan percakapan itu. Lunaria yang gila itu pasti waras jika berhadapan dengan Cendric.

"Iya. Mama Luna," jawab Cendric.

Cavero menyeringai ketika melihatnya. Sepertinya batas kesabarannya sudah habis. Dia tidak bisa menunggu Lunaria lagi. Cavero melihat Chaselion putranya yang berdiri tak jauh dari sana. Cavero sengaja mendekatinya.

"Menyedihkan. Kamu bahkan tidak bisa mempertahankan apa yang menjadi milikmu. Daripada dimiliki orang lain, lebih baik dia mati saja." ujar Cavero pelan, namun pasti didengar oleh Chaselion.

Keluarga Cavero datang ke acara ulangtahun Cendric dikarenakan Asael yang mengundangnya. Meski mereka berdua saling membenci dan ingin memusnahkan, tapi sekarang mereka sedang berkoalisi. Alhasil mereka berdua sepakat berpura-pura menjalin hubungan baik meski sedang bersiap saling membunuh.

Cavero menatap Chaselion putranya dengan tatapan penuh rasa jijik. Bagaimana bisa orang yang memiliki setengah darahnya begitu tidak berguna dan lemah. Membuat wanita yang melahirkannya memihaknya saja tidak bisa, sekarang ia kehilangan orang itu ditangan anak lain. Sungguh tidak berguna dan menyedihkan.

"Dasar anak tidak berguna!" ejek Cavero yang kemudian pergi begitu saja.

Chaselion masih diam saja mematung disana. Dan Cavero tidak peduli tentang itu. Dia tidak tau apa yang dipikirkan anak bodoh itu. Tapi satu yang pasti, kesabarannya sudah habis. Sepuluh tahun ini, Lunaria sama sekali tidak berubah membuatnya menjadi muak. Kalau Lunaria tidak bisa ia miliki, maka orang lain juga tidak boleh memiliki wanita itu. Sudah saatnya bagi Lunaria untuk mati.

Ketika sampai di mansion, Cavero berpikir keras untuk menentukan akhir dari Lunaria. Lebih baik cara apa yang ia gunakan untuk membuat cangkang tanpa jiwa itu mati dipenuhi rasa sakit.

"Menyiksanya dulu atau langsung kubunuh saja ya? Wanita itu pantas mati."

Di tengah kebimbangannya untuk membunuh Lunaria, Cavero mendapat kabar dari Seth bahwa Chaselion menusuk Lunaria yang tengah tertidur.

Cavero sangat terkejut. Ia bergegas pergi ke kamar Lunaria. Lusi yang yang melihatnya menjerit histeris, pelayan itu memberitahu jika Chaselion membunuh nyonyanya. Ketika ia masuk untuk memeriksa keadaan nyonyanya, ia mendengar suara teriakan Chaselion dan melihat tangan anak itu berlumuran darah seraya histeris. Setelahnya, Chaselion jatuh pingsan.

Cavero yang mendengar cerita itu bergegas memeriksa keadaan Luna. Sayang sekali, Lunaria tidak akan selamat. Wanita itu pasti mati beberapa saat lagi. Dan benar,

Cavero menghubungi Wilhelm untuk membereskan jasad wanita itu sementara untuk Chaselion, ia akan mengintrogasinya.

Dan yang didapatnya, Chaselion malah histeris ketika bangun dan memanggil mamanya penuh rasa takut dan bersalah. Lagi-lagi Cavero dibuat menelan rasa kecewa yang besar dikarenakan Chaselion yang begitu menyedihkan.

Seth, yang melihat itu memanggil Rhea dan membantu mengatasi masalah ingatan Chaselion. Insiden Chaselion yang membunuh ibunya dirubah menjadi Lunaria yang melindungi Chaselion ketika perampok datang ke kamar Luna.

Meski cukup berat, namun usaha itu membuahkan hasil, Chaselion menerima cerita itu dan mampu melanjutkan hidupnya.

Cavero tidak memiliki harapan apapun lagi. Dia ingin sekali membunuh Chaselion. Menurutnya anak itu sama sekali tidak berguna. Dia masih memiliki Ivan untuk menjadi penerusnya.

Keponakannya itu, seratus kali lebih baik daripada Chaselion yang menyedihkan. Namun anehnya, setiap ingin membunuh Chaselion wajah Lunaria yang tersenyum terbayang di wajah anak itu.

Lagi-lagi Cavero tidak mampu membunuhnya.

"Sebentar lagi. Sedikit lagi saja, setelah itu aku akan membunuhnya," ucap Cavero ketika melihat putranya tertawa bersama Seth.

Seth seringkali meminta Cavero menemani Chaselion ataupun memberikan sedikit perhatian pada anak itu namun Cavero mengabaikannya. Bahkan ketika anak itu ulang tahun, Seth seringkali berpura-pura memberikan hadiah atas nama Cavero ke Chaselion agar anak itu sedikit bahagia.

Wajah polos dan senyum tak bersalah Chaselion selalu mengingatkannya pada Lunaria ketika Cavero masih suka mengawasinya dulu. Membuatnya, tidak tega membunuh Chaselion meski menginginkannya.

Cavero pergi menuju ke kamarnya. Dia mendekati sebuah patung yang tengah terduduk menatapnya. Cavero menyentuh pipinya lembut.

"Putra kita semakin mirip dirimu, istriku." bisik Cavero lembut.

Cavero tersenyum dan mengusap pipi patung itu penuh cinta.

Yah, didalam patung lilin yang tengah terduduk anggun itu ada mayat Lunaria yang diawetkan oleh Cavero secara langsung.

Setelah Lunaria tiada, Cavero memberikan balsem di mayat itu dan mengawetkannya. Secara khusus, Cavero mulai memberikan cairan dan zat khusus sebelum melumuri Lilin ke jasad yang baru saja tiada. 

Cavero bersenandung pelan ketika membuat lilin Lunaria.

Sudah jadi keinginannya untuk memiliki Lunaria tidak peduli dalam keadaan hidup atau mati. Meski Lunaria mati lebih cepat dari rencanannya, Cavero tidak mempermasalahkannya. Dia hanya ingin selalu bersama Lunaria bahkan jika itu hanya mayatnya saja. Lunaria tidak boleh meninggalkannya bahkan jika itu kematian yang memisahkannya. Cavero akan menyimpan jasad itu hingga dia menutup matanya.

Cavero meletakan kepalanya di bahu patung itu. Dia merasakan seolah dia sedang menyandar di tubuh Lunaria istrinya. Terlebih bau harum khas Lunaria mampu ia rasakan.

Andai saja jika dia bisa mengulang waktu. Mungkin dia akan mendekati Lunaria dengan cara lain. Mungkin dengan begitu, Lunaria bisa mencintainya meski hanya sedikit.

"Lunaria, aku mencintaimu. Aku ... Sangat merindukanmu," bisik Cavero pelan.

Cavero tergila-gila pada wanita itu. Lunaria sebelum menjadi seperti ini, dia adalah satu-satunya wanita yang memperlakukannya dengan baik tanpa pamrih.

Bagaimana dengan ibu Cavero? Bukankah dia wanita yang baik?

Baik. Namun dia juga wanita yang kejam bagi Cavero.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang