Salma mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya ruangan, tangan kanannya yang tak diinfus terasa berat. Salma menengok kesebelah, melihat Nabila yang tertidur di atas tangannya.
"Ehmm, Nab!" Salma memanggil dengan memegang kepalanya yang masih sakit
"Kak Sal, udah bangun! Masih pusing nggak?"
"Sedikit sih, kok gua bisa disini?"
"Tadi kak Salma pingsan, untung aja kak Roni gercep bawa kesini"
Salma ingat perkataan Roni, bagaimana bisa Roni berpikiran seperti itu!
Tak terasa Salma meneteskan air mata. Sakit banget rasanya.Salma memalingkan wajahnya ke arah kosong agar air matanya tak terlihat Nabila. Tanpa terdengar suara pintu terbuka dan dua orang lelaki masuk kedalam ruangannya.
Salma mencoba mendudukkan dirinya untuk ke kamar mandi. Sebelum Nabila membantu, ada tangan kekar yang lebih dulu menolongnya.Salma menepis tangan itu "gua bisa sendiri"
Namun apa daya, Nabila yang tak tega pun menggantikan posisi Roni. Untung saja kamar mandinya masih seruangan, Setelah Nabila mengantarkan Salma ke kamar mandi, Nabila mendekati keduanya"Sebenarnya ada apa sih kak Ron!"
"Gua salah paham Nab, gua kira Salma mau nikah sama pak Reno dan..."
"Kenapa?"
"Dan gua tadi, tanpa sadar bilang kalo Salma cewek murahan"
"Astaga! Nabila nggak nyangka kak Roni bilang kayak gitu"
"Bener-bener di luar dugaan Nab, gua nggak mau Salma terus memperhatikan gua, gua takut jatuh cinta lebih dalam Nab, tapi nyatanya gua nggak bisa! Gua nggak bisa tanpa Salma" Nabila yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala.
"Terus sekarang mau kak Roni apa?"
"Gua cuma mau Salma maafin gua Nab! Tadi, pak Reno udah jelasin semuanya, guanya aja yang nggak bisa diandalkan"
Nabila menengok ke arah Poul dengan maksud menanyakan tanggapan tentang ucapan Roni
"Tapi kayaknya Salma masih mau nenangin perasaannya dulu Ron!"
"Iya gua tau, sekarang kalian aja jaga Salma disini gua standby di luar"
"Gapapa di sini aja Ron, iya kan Nab!"
"Iya tapi emang agak canggung sih pasti!"
Air kamar mandi berhenti, Salma sudah selesai dengan ritual badannya. Salma membuka knop pintu, mengedarkan pandangan. Hanya Nabila dan Poul.
"Kak Sal, makan dulu yuk!"
"Hemm"
Nabila bingung dengan keheningan ini, bagaimana mencairkan suasana, Nabila ingin bertanya tapi Salma masih dalam pemulihan dan takut membebani. Salma pun dengan santainya juga ikut diam dan menikmati makanan yang di suapi Nabila.
"Ehmm Sal" Poul mencoba membuka suara dari arah sofa, tak ada jawaban hanya saja mata Salma menatap Poul
"Tadi pak Reno kesini!"
"Kok bisa?"
"Roni yang kasih tau"
"Terus sekarang kak Reno mana?"
"Pulang, nitip salam aja sih ke lu, katanya cepet sembuh biar bisa cepet ngedate"
"Ngedate sama siapa?"
"Ya siapa tau! Mungkin penunggu di depan ruangan kek!"
"Setan lu!" Salma tersenyum tipis
"Lu masih nggak mau ketemu Roni yah!"
YOU ARE READING
Rumah di Perantauan
Teen FictionZaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dari hidupnya adalah musik, di mana sedari kecil salma dan gitarnya sudah pernah melegenda di kota kela...