"Yaelah, yang begini katanya nggak akur?" Ucap Poul bangun tidur setelah panjangnya menerjang rasa rindu dalam telfon
Pintu kamar milik Roni terbuka, Salma yang mendengarnya meloncat bangun dan duduk, tangan yang tadinya melingkar diperutnya melesat turun sehingga membuat Roni ikut terbangun
"Permisi, Bagaimana dengan Roni Sal?" Tanya Dokter pemeriksa
Salma hendak turun dari brankar namun tangan Roni mencekal tangannya "Jangan kemana-mana" Tangan kekarnya masih memegang erat
Karena adanya Dokter, Salma mengalah dengan berdiri dipinggiran brankar, bisa Salma lihat Dokter itu ikut menanggapi dengan senyuman ramahnya
"Terasa nyeri nggak Ron?" Tanya Dokter
"Tadi aja sih Dok, waktu dibuat ketawa"
Dokter dalam kerjanya memeriksa keadaan Roni
"Gapapa itu efek kecil dari badan kamu yang bergetar, rasanya pun hanya sepucuk persen dari Salma ketika nanti melahirkan"Poul yang ikut mendengarnya, berubah panik menunggu respon Salma
Salma merasakan genggaman tangan Roni merapat seakan menguatkan, manik matanya melirik ke arah Salma
"Lalu kira-kira kapan bisa pulang dokter?" Tanya Salma mengalihkan
"Besok, udah boleh kalau memang banyak perkembangan baik, tapi kalau jahitan memang masih rawan jadi jangan dibawa gerak yang berlebihan"
"Yang makan malam udah dimakan kan?" Tanya Dokter, Salma melirik jam 20.30. Harusnya makanan ada dimeja makan Roni
"Sudah kok dok! Saya melihatnya, itu! Bakinya udah kosong" Ucap Poul tersenyum manis
"Bagus kalau makannnya lahap" Jawab Dokter tanpa curiga, padahal keduanya terlihat bangun tidur
Apa Dokter didepannya tidak menyadari?
Salma menengok ke arah Poul dan mengepalkan tangan tanpa terlihat Dokter
"Pemeriksaan malam ini selesai, selamat beristirahat, kami permisi dulu"
Terdengar pintu tertutup tanda Dokter telah keluar ruangan, Roni berusaha sedikit memiringkan badannya untuk duduk
"Poul!" Tuduh Salma
"Iyah? Hallo Nabila sayang? Iyaaah, baru aja selesai makan, enak banget makanannya, gratis juga loh! Heem" Alih Poul pura-pura telfon
Roni hanya terkekeh dan menarik tangan Salma yang tadi digenggamnya untuk duduk dibrankar
"Aku mau ke kamar mandi" Tolak Salma"Ron? Lu belum dimaafin Salma?" Tanya Poul setelah pintu kamar mandi tertutup
"Dengan perlakuannya yang cuek tapi perhatian, sebut saja Caca menerima gua, walaupun gua tau, perilaku yang udah gua perbuat tidak bisa dimaafkan. Gua akan terus mengejar perhatiannya Poul, bener kata lu gua hampir bahkan sudah dikatakan telah kehilangan Caca"
"Gua akan selalu mendoakan yang terbaik buat lu, terus kabari gua kalau lu butuh bantuan, gua ada buat lu" Ucap Poul
"Drama banget Poul! Hahaha, Thanks broo" Ucap Roni terkekeh
Salma keluar dari kamar mandi " Gua keluar cari makan" Salma berkata tapi entah ditujukan kepada siapa
"Ikut!" Kata itu menghentikan langkah Salma
"Boleh nggak?" Tambah Roni lembutTanpa menengok Salma menjawab dengan anggukan, Roni berusaha turun dari brankar dan berjalan pelan, walau nantinya Roni akan tertinggal langkah Salma tapi Roni akan menikmati momen berduanya malam ini
YOU ARE READING
Rumah di Perantauan
Teen FictionZaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dari hidupnya adalah musik, di mana sedari kecil salma dan gitarnya sudah pernah melegenda di kota kela...