'AKU SELALU MENCINTAIMU, SAYANG'
Ucapan itu masih terngiang didalam otak Salma, setelah Salma sadar dari pingsannya, ditempat yang sama dengan ruangan yang berbeda, Salma ikut menunggu lampu berwarna merah di depannya berubah berwarna hijau dengan kabar yang baik.
Terdengar derap langkah lari yang mendekat ke arahnya, Lita berlari ke arah Salma yang sudah dilihatnya dari jauh
"Sayang, maafkan Roni nak, maafkan salah Roni, Maaf! Maaf! Maaf" Ucap Lita dalam pelukannya, dalam sadarnya Salma meneteskan air matanya deras, pelukan Salma mengerat pada Lita
"Mom aku sayang Roni"
"Gimana kalau aku kehilangannya mom"
"Aku nggak siap mom, hikshiks""Mom tau Roni pasti kuat, kekuatan Roni ada pada kamu nak" Ucap Lita dengan usapan dipunggungnya untuk menenangkan
".... Tapi kamu gak kenapa-napa kan?" Salma menggeleng
"Kak Salma?" Panggil Anggis ingin memeluknya
"Anggis" Salma merentangkan tangan untuk memeluknya
"Jangan tinggalin abang kak, aku tau ini salah abang! Bukan abang aja yang merasa kehilangan tapi aku juga" Ucap Anggis pada pelukannya
"Mom dan pap juga akan merasa kehilangan Salma, terima kasih kamu telah membantu perusahaan pap, mom nggak tau harus bagaimana membalasnya" Ucapnya lemah
Salma menarik Lita juga untuk dipeluknya, lampu berganti hijau, semua yang menunggu secara reflek berdiri dan menunggu pintu terbuka
Lelaki berkacamata dengan jas putihnya menatap sendu orang yang didepannya, mengamati satu persatu. Mereka yang ditatap harap-harap cemas
"Operasi berjalan lancar, tusukannya memang dalam tapi tubuhnya kuat dan berhasil bertahan"
Semua orang merasakan kelegaan dan keberuntungan akan keajaiban yang diberikan
"Pasien saat ini butuh istirahat, pengunjung lain bisa menjenguknya nanti setelah pasien dipindahkan. Untuk sementara waktu saya meminta satu orang saja untuk menjaga"
"Mom!" Ucap Salma menunjuk
"Nggak lah! Pap aja!" Ucap Lita melempar
"Sebelum pasien tak sadarkan diri, pasien sempat menyebut nama Ca! Apa orangnya ada?"
"Ini Dokter! Istrinya" Tunjuk Anggis
"Oke, silahkan kalau mau masuk, kami permisi dulu"
Sepeninggalnya Dokter dan perangkatnya, Salma masuk kedalam ruangan. Terlihat Roni yang terlelap dengan nafas yang normal, infus di tangannya dan berpakaian baju operasi.
Salma melangkah mendekat, dilihatnya kembali wajah yang selalu dirindukan, bulu mata yang lentik, rambutnya yang mulai memanjang dan bibirnya terlihat pucat
Tangan Salma hendak meraih wajah itu, namun masih tak sampai hati, Salma tersenyum
"Dasar! Seneng yah, merugikan diri sendiri"
Ucap Salma sendiri"Gua tau lu kuat, harusnya sih lu bisa bangun yah sekarang hehehe"
Kini Salma menggeret kursi untuk mendekati brankar, Salma memainkan jari Roni dengan menekan-menekannya tanpa ingin menarik atau menggenggamnya
"Sebodoh itu Ron, lu menghadap dia tanpa memakai alat pengamannya, asal lu tau! Gua merencanakan itu agar semua berjalan lancar dan baik-baik saja, mikirnya pun pakai otak! Lu malah sok-sokan nggak memakainya, kan jadi gua yang ribet" Cerocos Salma
YOU ARE READING
Rumah di Perantauan
Teen FictionZaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dari hidupnya adalah musik, di mana sedari kecil salma dan gitarnya sudah pernah melegenda di kota kela...