BAB 7

2.4K 249 2
                                    

🍭Happy Reading 🍭

Hallo warga Wattpad dan sekitarnya.
Gimana hari ini?
Apa kalian udah bahagia?
Aku berharap udah ya.
Boleh loh kalau mau cerita sesuatu.
Tinggal WhatsApp aja.

Tinggal WhatsApp aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***



"Kita hanya rakyat jelata yang ingin melawan Raja."

Adel berjalan menuju rumah sakit. Setelah kejadian di Bar. Pipi putihnya terlihat merah. Wajahnya terlihat lelah. Seakan gadis itu sedang menanggung beban di pundaknya.

Kini tatapannya pada sosok gadis yang masih terbaring lemah. Adel letakkan tangannya di kaca pembatas. Keningnya juga ia tempelkan di kaca itu. Matanya terpejam. Beberapa detik kemudia. Adel berdiri tegak.

"Zee gue enggak punya temen. Temen yang waktu itu gue ceritain enggak mau temenan sama gue." Ujar Adel dengan nada yang lirih. Matanya tiba-tiba memburam. Kakinya seakan lemas. Matanya panas menahan cairan bening.

Beberapa menit kemudian setelah berdiri cukup lama di depan ruangan Zee. Adel memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Langkahnya gontai. Mukanya kusut. Matanya lelah. Adel melangkah ke arah depan rumah sakit. Bukan untuk pulang tapi ia dudukkan pantatnya di sebuah kursi.

Adel diam membisu. Tatapannya lurus kedepan. Matanya sayu. Di sebelah tangannya terdapat sebuah kaleng minuman. Sesekali Adel arahkan ke pipi kirinya. Berharap besok tak lebam.

"Hallo." Sapa seseorang dari arah belakang. Dan menepuk bahu Adel. Adel melihat sebuah tangan yang putih bersih. Matanya ia edaran ke arah wajah. Adel tersenyum tipis. Melihat siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan gadis dengan menggunakan pakaian pasien. Adel mengenalnya. Namun tak tau namanya.

"Kakak." Lirih Adel.

"Boleh duduk?" Tanya Shani

"Boleh silahkan." Adel menggeser tubuhnya. Memberikan ruang untuk Shani itu.

"Abis jenguk temen ya?"

"Kok kakak tau?"

"Nebak aja."

"Kenapa malem-malem ada di sini?" Tanya Shani dengan mengeratkan jaket kainnya. Untuk menutupi tubuhnya.

"Enggak papa Kak pengen aja."

"Enggak baik tau anak gadis pulang larut malam kayak gini!" Tegur Shani

"Enggak baik tau pasien keluyuran malem-malem gini." Jawab Adel.

"Gue enggak keluyuran ya. Gue cuma lagi cari angin."

"Iya-iya."

Shani melihat Adel dengan tatapan yang beda. Terlihat Adel sedang lelah. Apa lagi mata yang Adel pancarkan saat ini. Bukan mata elang yang biasanya, melainkan mata sayu nya. Adel memang selalu menampakkan mata sayu itu kepada Fiony dan Zee.

𝓣𝓪𝔀𝓷𝔂 𝓓𝓪𝔂𝓵𝓲𝓵𝔂 1 𝓭𝓪𝓷 2Where stories live. Discover now