00:02 PULANG BARENG

371 24 0
                                    

"Permisi, Pak. Bapak sudah punya pacar?"

Kiran menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Pak Ajun sedang bersama seorang mahasiswi. Dia, si cewek itu sepertinya tidak mengerti dengan wajah tidak senang yang Kiran tangkap dari tatapan Ajun.

Kiran tersenyum iblis.

"Wih. Bakal ada drama gratisan, nih!"

Kiran mendekati dua orang tersebut. Dia berdiri di belakang tembok, dekat dengan mereka. Dia memasang telinganya baik-baik, Kiran sangat berantusias saat melihat orang lain menderita.

Di sisi lain,

Ajun menatap datar cewek di depannya. Jujur, perasaan dan harga dirinya seakan tercoreng.

Hampir semua orang mengajukan pertanyaan serupa, 'Apa Bapak sudah punya pacar?' Ajun itu memilih single. Dia terlalu malas bermain - main dengan sesuatu yang tidak pasti. Cowok bersurai hitam legam ini ingin sesuatu yang-

Serius.

Kenapa semua orang selalu ingin tahu tentang hidupnya? Bukannya batasan privasi itu ada?

Kenapa mereka seakan benar-benar peduli?

Mereka hanya penasaran.

Tidak lebih.

Dan-Ajun membencinya.

"Masalahnya sama kamu apa kalo saya belum punya pacar? Ini hidup saya. Saya berhak untuk menentukan pilihan saya sendiri."

Mahasiswi itu langsung panik.

"B-bukan maksud saya-"

"Sudah sore. Saya permisi."

"Pak-"

Ajun bergegas pergi dari hadapan mahasiswi tersebut. Pandangan mata lurus ke depan, tak menoleh walau namanya dipanggil berkali-kali.

Ajun itu sangat sensitive.

Kayak cewek aja.

Kiran keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menatap sedih mahasiswi yang dengan terang - terangan ditolak oleh Ajun.

Kiran menepuk pundak cewek itu.

"Gue kasi saran. Cari cowok lain aja. Sampe ada lebaran kuda pun, si Dosen sialan itu gak bakalan punya niatan buat pacaran."

Mahasiswi itu menatap penuh penasaran
pada Kiran. "Tapi-kenapa bisa gitu, Kak?"

Kiran menggeleng pelan, "Beneran polos banget ini anak. Kasian, cinta beda dunia."

"Gimana, yak? Susah dijelasin pake kata-kata. Ah, nanti juga lo bakal liat sendiri. Dia bakalan jadi jomblo abadi kalo dia nggak hilangin sifat sensian sama apatisnya."

Cewek itu mengangguk seakan mengerti.

Kiran tersenyum iblis.

"Mendingan lo kepoin Bagas, si presiden-"

Drrrrttttt Drrrrttttt

Ponsel Kiran tiba-tiba bergetar, Kiran melirik benda pipih itu sekilas. Dia mengembuskan napas berat.

'Dosen sialan' is calling.

Kiran tersenyum penuh derita.

"Gue duluan ya, Dek! Bye!"

Dengan langkah panjang, Kiran meninggalkan cewek itu sendiri. Kiran menggeser panel hijau pada layar ponselnya, mendekatkan ke kuping.

"Ha-"

Kiran sedikit menjauhkan ponselnya.

"KIRAN! KAMU DIMANA?! JANGAN BERANI BUAT KABUR, KAMU! CEPAT KE RUANGAN SAYA! SEKARANG JUGA!" Oceh di seberang.

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin