MEETUPS!

208 11 0
                                    

"Sudah tiga bulan, bagaimana perasaan kamu?"

"Perasaan saya?"

"Iya. Apakah tidak ada yang aneh?"

Kiran menggeleng polos. Detik berikutnya, dia teringat sesuatu. "Tapi, punggung saya suka tiba-tiba pegel, Bu. Padahal saya cuma duduk. Punggung saya, kelainan?"

Bu Dokter terkekeh mendengarnya.

"Itu, normal. Tenang saja."

"Syukurlah."

"Suaminya kemana? Tumben nggak anter?"

Kiran tersenyum tipis. "Kenapa? Ibu kangen sama suami saya?" Tanyanya, tajam. Sukses membuat Dokter tersebut mengerjap kaget. Tapi, Kiran mendadak tertawa melihat reaksi Dokter di depannya. "Becanda, Bu. Suami saya sedang beli air kelapa muda. Lagi panas-panas gini enaknya tuh yang seger-seger."

...

"Mau kamu habiskan? Saya?"

"Beli lagi, Pak. Satu mana cukup."

"Astaga. Itu kelapa terakhir, Ran. Mana saya belinya sampai ke kecamatan sebelah."

"Bapak nggak sayang sama saya?"

"Kamu mah gitu, sensian."

Kiran memicingkan mata saat melihat dua sosok manusia di seberang. Meskipun dari belakang, Kiran dapat mengenali mereka.

"RAYA! SENDY!"

Kedua sosok itu menoleh, mereka terdiam sedikit lama sebelum mendatangi keradaan Kiran dan Ajun yang duduk di kursi tunggu.

Raya dan Sendy terlihat gugup, tapi mereka cepat mengendalikan wajah mereka. Raya duduk di sebelah Kiran, memeluknya erat.

Kiran menatap Raya tidak senang.

"Kemana aja, lo?"

Raya melepaskan pelukannya. Dia menatap Kiran dengan wajah yang tidak bisa diartikan oleh Kiran. Terlihat sekali jika Raya bingung mau menceritakan dari mana.

Sendy menghela napas berat.

"Raya hamil."

Kiran dan Ajun melotot kaget.

"Apa? Seriusan? Gimana bisa?"

Raya meringis melihat reaksi Kiran.

"Gue sama Sendy-"

"Lo?!" Kiran menunjuk Sendy penuh emosi. "Lo apain sahabat gue, bangsat! Dimana etika Lo?! Seneng lo liat-"

Raya menutup mulut Kiran.

"Idih. Kebanyakan nonton drakor lo. Gue sama Sendy udah nikah kali."

Kiran semakin menatap tidak percaya keduanya. Ajun yang tidak suka melihat istrinya dibekap membukanya, menyingkirkan tangan Raya dari mulutnya. Raya meringis melihat aura galak yang terpancar keluar dari diri Ajun.

"Kami-dijodohkan."

"Lah, kayak gue?"

"Yoi. Sebagai anak yang baik, gue harus nurut sama Orang tua. Lagian, gue suka kok sama Sendy. Apalagi, isi dompet."

Kiran terkekeh.

"Mimpi lo buat nikah sama orang kaya akhirnya terkabul, ya? Selamat!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now