INGAT PESAN MAMA

179 7 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Adek? Mama boleh masuk, sayang?"

Kiran yang sedang memakai earphone dengan musik bervolume super duper kencang tidak bisa mendengar ucapan Sang Mama dari luar kamar. Ditambah dia sedang serius membaca buku catatan kampusnya, maklum sudah mau masuk musim kuis.

Entah dapat angin dari mana Kiran membuka bukunya. Padahal, Kiran ini termasuk mahasiswa paling malas di senatero kampus. Positif thinking saja, mungkin dia mulai peduli dengan masa depannya nanti.

Di sisi lain, Mama Kiran mulai panik saat dia tidak menerima respon dari dalam kamar. Ia bergegas mencari suaminya, meminta pria setengah baya itu mencari kunci cadangan kamar Kiran.

Papa Kiran yang ikutan panik langsung saja membuka kunci pintu kamar Kiran, beliau khawatir jika Kiran melakukan hal yang nekat karena belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya dijodohkan dan akan segera menikah.

BRAK!

"ADEK?!"

Kiran yang kaget setengah mati mendengar suara pintu dibuka kasar itu menoleh ke sumber suara. Dia terbelalak melihat Mama dan Papanya sudah berdiri saja di ambang pintu.

Kiran melepaskan earphonenya.

"Mama, Papa? Kenapa, sih? Kaget aku!"

Mama Kiran dan Papa Kiran saling pandang sekilas. Mereka terlihat menghela napas lega. Papa Kiran menepuk pundak Mama Kiran pelan, tersenyum lembut.

"Papa kerja lagi, ya."

Mama Kiran mengangguk pelan.

Papa Kiran meninggalkan mereka berdua. Mama Kiran masuk ke dalam kamar Kiran. Beliau menutup pintu dengan hati-hati.

Mama Kiran tersenyum manis. Duduk di ujung ranjang Kiran. Sedangkan Kiran duduk di kursi meja belajarnya yang penuh dengan aksesoris berbau Korea.

Kiran menatap Mamanya bingung.

"Ada apa, Ma? Senyum macam apa itu?" Ledek Kiran, sambil terkekeh geli. Pasalnya, akhir-akhir ini Mama Kiran sering tersenyum. Entah hal apa yang menjadi penyebabnya.

Mama Kiran menarik sebelah tangan Kiran. Beliau menggenggamnya erat. Seakan tak ingin melepaskannya sampai kapan pun.

"Putri Mama sudah besar, ya. Lusa sudah mau menikah saja. Aduh. Mama nggak bisa bayangin jadinya rumah ini tanpa kegaduhan kamu, Dek. Pasti sepi banget."

Kiran mencebik.

"Siapa juga yang mau nikahin Kiran? Mama sama Papa kan? Bukan kemauna Kiran ini."

Mama Kiran tersenyum penuh arti.

"Dek. Mama juga dulu nikah muda sama Papa. Kita nikah tapi kuliah dan bisnis tetap bisa jalan. Semuanya pasti berjalan baik, sesuai skenario Tuhan. Kamu tinggal berdoa, berjuang, tawakal, sabar sama ridho menjalaninya, ya?" Ujar Mama, kata-kata terakhir terdengar bergetar.

Kiran mengulum bibir, tiba-tiba matanya panas.

Mama Kiran lagi-lagi tersenyum.

"Mama dan Papa percaya, kamu pasti bisa. Ajun juga sangat baik, Mama yakin dia gak bakalan buat kamu sedih. Ajun itu baik, Dek."

Kiran hanya mengangguk pelan.

Berusaha membuat Mamanya tetap bahagia. Dia tidak ingin merusak suasana hati beliau. Padahal, Kiran itu belum bisa mengakui bahwa Ajun itu pria yang baik-baik. Teringat saat dia drop setelah kejadian di ruang sialan itu.

"Kalo kamu kangen rumah, pulang saja. Ini juga rumah kamu. Rumah kita semua. Mama nggak mau kita lost komunikasi, ya? Tetap hubungi Mama, Dek. Mama pasti kangen banget sama kamu."

Lagi-lagi Kiran mengangguk. Air mata lolos dari sarangnya saat dia membayangkan harus hidup jauh dari mereka-kedua orangtuanya.

"Dengerin kata Ajun, ya? Hilangin sifat keras kepala kamu. Jaga baik-baik hubungan kamu, jangan sampai merepotkan Ajun. Jangan telat makan. Mama nggak mau kamu jadi kurus kering kayak kayu. Janji?"

Kiran mendekap Mamanya. Dia menumpahkan segalanya di sana. Rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak memeluk Mamanya. Perasaan nyaman, aman dan tenang menjalar di seluruh tubuhnya. Kiran menangis tersedu-sedu.

"Kiran nggak bakalan pergi jauh, Ma. Please. Jaga kesehatan, jangan makan seblak mulu, jangan maraton drakor sampe subuh terus. Kasian Papa sama Bang Rangga sering kesiangan kerja gara-gara Mama telat buat sarapan. Hwaa!"

Mama Kiran juga ikutan terisak.

"Kamu ini. Masih saja bisa bercanda."

Kiran semakin terisak.

"Kiran sayang Mama. HWAAAA!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now