UAS!

140 9 0
                                    

"Ini, ini sama ini. Eh, buku gue yang satunya lagi ke mana ya? Perasaan kemarin udah diberesin. Atau dipinjem Raya? Mustahil banget kalo si Medusa yang pinjem. Atau, Gita?"

Kiran bergegas keluar dari kamar, menuju ruangan kerja Ajun. Ajun yang sedang membaca buku tebal langsung teralihkan attentionnya.

"Lah, Bapak di sini?"

"Saya di sini agar kamu bisa konsentrasi."

Kiran mencibirnya.

"Ada atau tidaknya Bapak nggak bakalan buat saya bener-bener berkonsentrasi. Bapak lihat buku saya nggak? Covernya warna biru tua."

Ajun menggeleng.

"Tidak. Sepertinya, kamu lupa menyimpan."

"Nggak, Kok. Kemarin udah diberesin. Tapi, tadi dicari udah nggak ada. Bapak beneran nggak liat? Atau pura-pura nggak liat?"

Ajun menyimpan bukunya di atas meja.

"Kali ini, saya serius tidak melihat."

"Yah, gimana dong? Besok kan UAS."

Ajun membuka laptopnya, "Cari PDFnya aja. Gampang." Ujarnya, santai. Tangannya mulai mengetik di keyboard.

"Tapi, itu matkul Pak Dodi."

Tangan Ajun langsung berhenti. Dia kembali menutup laptopnya. Dia menatap Kiran, "Mau saya bantu belajarnya?"

"Wah? Serius? Kalo gitu, coba lihat soalnya."

"Saya tidak bisa memberikannya."

Wajah Kiran langsung muram.

"Kamu harus belajar jujur, Kiran. Mari saya bantu. Belajarnya di ruang tamu saja, biar enak sambil lesehan. Ayo, cepat. Nanti kemalaman."

Ajun bangkit dari duduknya, berjalan ke ruang tamu diekori oleh Kiran dengan tampang putus asa dan pasrahnya. Kiran duduk di sebelah Ajun, Bapak Dosen kita sudah siap dengan buku catatan milik Kiran.

"Tadi, kamu sudah sampai mana belajarnya?"

"Belum sampai mana-mana. Kan tadi saya main Instagram, Bapak juga lihat, Kan?"

"Astaga, kamu pengen ngulang?"

...

"Ih, kesetanan apa Lo jam segini udah buka buku? Kesetanan Pak Ajun, ya? Cielah, Bu Dosen mah beda ey!"

"Sialan, Lo! Kalo bukan permintaan Laki gue, ogah banget gue buka buku. Takutnya, nanti ditanya sama Ibu Mertua. 'IPK kamu berapa?' serem anjir!"

Raya dan Gita terkikik geli.

"Punya rasa takut juga Lo?"

Kiran menghela napas panjang.

"Setelah ulangan ini beres, gue bakal minta liburan panjang. Kalo bisa, nginep di Korea!"

Gita meletakkan buku-bukunya.

"Sekalian aja sama honeymoon. Belumkan?"

"Huh? Apa? Honeymoon?"

"Cielah. Pura-pura bego dia. Cepet atau lambat, Lo bakalan jadi Mommy! Nggak kasian apa sama Pak Ajun? Kalo dah reyot, takutnya susah dapet."

"Idih! Reyot apaan? Orang masih seger buger gitu. Reyot dari mana coba?" Tanya Gita.

"Maksud gue, kita nggak tau takdir, Gita."

"Bukannya, lebih cepat lebih baik?"

"Ya, mana gue tau, Sukiyem!"

"Yaudah. Coba-coba ada dulu, siapa tau jadi."

"Lo kalo udah ngomong urusan ini udah kayak orang tua aja! Jangan bilang Lo juga bentaran lagi bakal nyusul? Sama siapa? Ternyata, ada juga yang mau sama Lo ya? Selamat!"

"Sialan, Lo! Gue cantik, yang cantik mah nggak perlu nunggu lama kali. Nanti juga banyak yang ngantri pengen jadiiin gue istri."

"Ah, bodo amat. Pernikahan nggak sedangkal yang Lo pikiran. Butek tau gak? Kadang, capek juga memahami satu sama lain tuh."

"Cielah, Kirana Teguh!"

...

Butek! Setelah beres ulangan, Kiran langsung saja pulang. Dia kembali berkutat dengan tumpukan buku setelah beres mandi. Pak Ajun belum menunjukkan tanda-tanda kepulangan membuat Kiran sendiri di apartemen ini.

Kiran mengambil dua buah apel dari kulkas, kembali masuk ke kamar dan rebahan di kasur dengan buku di tangannya.

"Gila, sih. Kenapa gue jadi ambis gini? Kemaren-kemaren mah bodo amat banget gue sama kuliah. Atau, gara-gara gengsi ya?"

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan singkat Kiran. Dia tersenyum balik saat melihat sosok laki-laki bersetelan kemeja putih itu datang dengan senyuman meski wajahnya terlihat sangat lelah. Sepertinya, dia telah menghadapi sebuah perdebatan lagi kampus.

"Kiran, sepertinya kita harus pergi berlibur. Ada tempat yang ingin kamu kunjungi setelah beres UTS nanti?"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now