00:11 MASAK

175 7 0
                                    

"What the-kelahiran 97?! Seumuran Jaehyun gua dong? Eh, umur segini udah jadi Dosen? Dulunya kelas aklerasi? Gila! Pinter juga."

"Ngapain kamu lihat dompet saya?"

Kiran membeku. Ajun menarik paksa dompet berwarna hitam itu. Dia menatap datar Kiran.

"Tau privasi?"

Kiran mendelik, mengangguk. Dia bersedekap.

"Siapa juga yang simpen dompet sembarang gini? Kalo ada yang ambil gimana? Repotkan. Udah saya amanin juga. Nggak tau trims."

Ajun menghela napas.

"Mama, Papa kamu kemana?"

"Kayaknya belum pulang. Abang juga nggak ada di kamar. Ini seriusan kita cuma berdua?"

Kiran menatap penuh curiga Ajun. Cewek itu memeluk dirinya sendiri, menjauh dari Ajun.

Ajun menatap aneh Kiran.

"Kamu mikir apa, sih? Kamu fikir saya nggak waras apa? Lagian kamu tuh nggak ada apa
apanya. Te. Pos."

Kiran terbelalak, menatap tajam Ajun.

"Dasar mesum sialan!"

Ajun memperhatikan Kiran dari ujung matanya. gadis itu terlihat sangat tersinggung dengan ucapannya barusan. Ini juga karena Ajun yang sering kali tidak mengerti dengan situasi.

Ajun melirik jam tangan, ia berdeham pelan.

"Kamu lapar nggak?"

Kiran menatap penuh emosi Ajun.

"Iya! Laper! Kenapa?! Masalah?"

"Kamu-bisa masak?"

Kiran mendadak cengo. "Huh?"

Ajun mengangguk mengerti.

"Nggak, ya?"

"Kalo udah tau, kenapa masioh nanya?"

"Basa-basi aja, sih."

Kiran bersungut-sungut dalam hati.

"Anjir, makin nyebelin aja ini Dosen."

Ajun memainkan ponselnya sebentar. Dia tersenyum tipis lantas pergi ke dapur. Kiran yang parno sendirian, ikut Ajun ke dapur.

Kiran menatap aneh Ajun yang sudah seperti tuan rumah, dia seperti mencari sesuatu di kulkas. hal terseb8ut mengundang pertanyaan dari Kiran.

"Bapak ngapain?"

"Masak. Bantu saya cari telur dan bawang."

"Tapi-"

"Kecap dan nasinya juga sekalian."

"Bapak kok jadi kurang ajar banget, sih? Ini rumah saya. Kenapa Bapak-"

Ajun berbalik, bersedekap. menatap datar Kiran yang menatapnya berapi-api seperti ke pencuri.

"Jadi, kamu nggak mau makan gitu?"

Raut wajah Kiran mendadak berubah.

"Sebentar. Saya carikan."

Kiran pergi ke kulkas untuk mencari bahan yang diperlukan. Ajun tersenyum pebuh kemenangan. Dia juga merasa gemas dengan perilaku labil Kiran, gadis yang sebentar lagi akan menjadi istri-istri kontraknya.

memikirkannya saja membuat Ajun sesak.

Kiran mendadak berhenti, dia menoleh dan menatap Ajun yang sedang memperhatikannya.

"Bapak beneran bisa masak?"

Ajun menangkat bahu tidak tahu.

"Lebih baik mencoba dari pada tidak, bukan?"

PLETAK! Satu butir telur ayam lolos dari genggaman Kiran, telur itu terjun bebas dan pecah di atas lantai. Kiran dan Ajun sama-sama kaget. Mereka saling pandang dan tertawa bersama seperti orang kesurupan.

Lapar memang penyakit yang ganas.

"Saya pengen makan popmie aja, Pak."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now