SUAMINYA MANA, YA?

147 6 0
                                    

Kiran dan Ajun saling bertatapan.

"Ini-seriusan?"

Kiran mengangkat bahu singkat.

Ajun memperhatikan keadaan sekitar klinik yang sangat ramai oleh ibu hamil. Deretan ibu-ibu menyambut kedatangan mereka.

Diam-diam Kiran memperhatikan wajah serba-salah Ajun. Terlihat sekali jika dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

Kiran tersenyum lebar.

"Ke resepsionis dulu, Pak."

Ajun menoleh dan mengangguk.

"Ah, iya. Harus daftar dulu, ya? Tapi, kamu bisa nunggunya? Kayaknya, hari ini lagi rame banget tuh sampai banyak masih nunggu."

Kiran mengangguk, tidak merasa keberatan.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya bisa nunggu."

"Beneran? Keadaan kamu baik-baik saja?"

Kiran mengangguk. Lagi.

"Kalo saya nggak sehat, harusnya ke rumah sakit umum kan? Bukan ke klinik kandungan."

...

"Selamat, sore. Ada yang saya bisa bantu?"

Kiran tersenyum manis membalas senyuman yang dilemparkan oleh Dokter cantik tersebut. Sedangkan di sebelahnya, Ajun terlihat sangat cemas sekali dengan keadaan Kiran.

"Ini, saya mendapat surat ruju-"

"Oh, dari kampus itu?"

"Eh, Ibu Dokter tau dari mana?"

"Dokter kampusnya sendiri yang telepon saya."

Kiran melirik tajam Ajun, yang dilirik hanya mengangkat bahu pura-pura tidak tahu.

"Suaminya mana, ya?"

Ajun melotot mendengar pertanyaan konyol itu. Dengan penuh penekanan, dia mendeklarasikan bahawa dia itu adalah suami Kiran. "Ini. Saya. Suaminya."

Ibu Dokter terkekeh melihat tingkah Ajun.

"Saya kira Bapak adalah saudaranya."

"Astagfirullah."

Kiran mengakak di tempat. Hampir saja terjungkal ke belakang jika Ajun tidak sigap menahan punggungnya.

"Mari. Kita periksa."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon