SHOPPING 2

150 6 0
                                    

Kiran menatap ujung sepatunya, tas belanjaan berdiri mengelilinginya sudah seperti penjaga. Ujung bibirnya terangkat, dia menyeringai saat mengingat berapa uang yang dihabiskannya hari ini. Kiran mengangkat bahu acuh. "Kayaknya gue calon ibu-ibu sosialita."

Suara langkah kaki membuat atensi Kiran sempurna teralih, dia melihat seorang pria berperawakan tinggi tengah berjalan ke arahnya. Kiran menelan ludah saat melihat seulas senyum terpatri di bibir tipisnya itu.

"Pak Ajun senyumin gue?" Monolognya.

Ajun berdiri tepat di hadapan Kiran, dia tidak terkejut saat melihat tas belanjaan yang ada sekitar Kiran. Ini tidak sesuai prediksinya. Ini lebih sedikit dari perkiraannya.

Ajun menatap sekilas tas-tas besar itu.

"Ini sudah semua? Kok sedikit?"

Kiran melotot saat mendengar kata 'sedikit' keluar dari mulut Dosennya itu. Padahal dia sudah siap dimarahi karena sudah membeli barang-barang yang banyak. Kebanyakan barang yang tidak tidak terlalu dibutuhkan.

"Sedikit? Ini lima belas kantong saya belanja. Totalnya hampir sepuluh juta saya belanja." Ujar Kiran, sedikit tidak terima.

Ajun tercengang saat mendengar nominal yang Kiran sebutkan. Sepuluh juta? Rasanya Ajun ingin terbang ke Singapura dengan uang segitu.

"Oh? Nggak apa-apa. Kalo ada yang kurang kamu bisa beli lagi. Kartu itu aman. Sebelum pulang, bagaimana kita makan dulu?"

"Ini yang saya tunggu-tunggu, Pak."

...

Diam-diam Ajun menelan ludah ngeri saat melihat deretan makanan yang tersaji di meja yang mereka tempati. Spaghetti, pizza, pasta, belum lagi minuman dalam porsi jumbo. Ajun dibuat syok dengan makanan yang dipesan Kiran. Bukan hanya Ajun, dompet Ajun juga sukses dibuat tegang.

Tapi, dengan tidak tahu malunya Kiran malah tersenyum sangat manis membuat Ajun tidak sanggup mengeluarkan kata-kata mutiara yang sudah ada di ujung lidahnya.

"Makasi, Pak," Ujar Kiran, sangat riang.

Setengah mati Ajun bersikap biasa saja, dia menutupi rasa kakunya dengan minum kopi.

Kiran mulai memakan pizza dengan lahap. Tapi, tatapannya tetap fokus pada Ajun. "Saya baru sadar kalau Bapak ini baik. Baik banget malah. Kalo Bapak mau tukeran tempat tidur, tambah baik lagi. Hehe."

Ajun berdecak. "Mimpi." Gumamnya.

Tangan Kiran beralih pada garpu spaghetti, dia menyeruput mie panjang itu dengan perasaan menggebu-gebu. Pasalnya, baru kali ini lagi dia makan makanan seperti ini. Terlebih geratis.

"Bapak nggak makan?"

Ajun menggeleng pelan.

"Saya sudah kenyang melihat kamu makan."

Deg! Tangan Kiran berhenti bergerak. Dia menatap Ajun dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Hal itu membuat Ajun merinding.

"Bapak suka sama saya?"

Ajun melotot tajam.

"Pertanyaan apa ini?!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang