PERTANDA

125 7 0
                                    

Satu minggu.

Dua minggu.

Tiga minggu.

Sekarang sudah satu bulan setelah kejadian hari itu. Kiran merasa sangat baik-baik saja, namun tidak dengan kehadiran tamunya. Ia menjadi curiga sekarang tapi, bagi cewek itu telat beberapa hari bukan masalah yang besar, bukan? Itu hal yang wajar, kan?

Ajun selalu memintanya untuk diperiksa, namun karena takut dengan hasilnya Kiran selalu menolak dan mengatakan dia tidak merasa ada yang berbeda dengan sebelumnya.

Kalau dia beneran-hamil, pasti ada yang berbeda. Tapi, tidak ada yang berbeda.

Kiran makan seperti biasa.

Tidur seperti biasa.

Bahkan suka marah-marah seperti biasanya.

"Ran, hari ini kamu kuliah?"

"Iya. Kan udah jadi tingkat dua. Harus rajin."

Ajun terkekeh dengan jawaban yang diberikan oleh istrinya itu. Baru kali ini dia melihat Kiran yang sangat bersemangat pergi kuliah. Tidak seperti biasanya yang pemalas.

Kiran memasukan bukunya pada tasnya.

"Tapi, semester tiga nggak diajar sama saya."

Kiran mengernyit heran.

"Ya, terus? Kenapa gitu?"

"Nanti kamu kangen lagi. Gak bisa liat saya."

"Dih! Gak jelas banget suami gue ini."

Ajun memberikan wink pada Kiran, disambut ekspresi mual seperti hendak muntah darinya. Ajun yang kaget langsung mendatangi Kiran, bergegas menahan tangannya.

"Mual? Pusing? Mata berkunang-kunang?"

Kiran tertawa terbahak-bahak.

"Saya nggak anemia, Pak."

"Lantas, kenapa muka kamu seperti itu?"

"Agak gimana gitu kalo liat Bapak jadi alay-"

"Yeh, orang Korea yang kamu tonton aja lebih-"

"Apa? Alay? Nggak! Mereka itu imut."

"Terus, saya gak imut gitu?"

Kiran mengerjap mendengar pertanyaan itu.

"Kayaknya yang hamil itu Bapak, deh."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang