JUJUR

172 7 0
                                    

"Akhir-akhir ini kenapa lo jadi jarang ngumpul sama kita berdua? Lagi ada masalah apa lo?"

Kiran tersenyum kecut saat melihat air muka Raya dan Gita yang amat menuntut jawaban. Tanpa disadari, Kiran menghela napas berat.

"Kenapa menghela napas gitu?" Tanya Gita.

Kiran melotot kaget saat Gita menyadarinya.

"Gue baik, gyus. Kalian ini apa-apaan sih? Rasanya gue kayak lagi diintrogasi gini," Ujar Kiran sedikit sewot, merasa tidak terima.

Raya dan Gita langsung memeluk erat Kiran. Kiran kaget setengah mati, berusaha terlepas dari kungkungan tangan mematikan mereka.

"Woi! Lo berdua kenapa, sih?!" Tanya Kiran.

Bukannya melonggarkan pelukannya, kedua sahabatnya itu malah menatap galak Kiran. Perasaan kaku langsung menyergap Kiran.

"Ada masalah apa, sih? Ceritain!"

Raya dan Gita melepaskan pelukan mereka.

"Lo ada hubungan apa sama Pak Ajun?" Tanya Raya serius. Detik berikutnya, Kiran merasakan dadanya tiba-tiba menjadi amat sesak. Tenggorokannya juga mendadak kering. Bibir Kiran terasa sangat lengket untuk dibuka.

Gita bersedekap, "Kemarin, gue sama Raya lihat Lo dengan mata kepala kami sendiri."

Kiran tersenyum tipis, "Kalian liat gue dimana?"

"Toko roti. Lo beli tiramisu, kan?" Tanya Raya.

Kiran mengangguk mengiyakan, "Iya. Tapi-"

Raya menatap serius Kiran.

"Gue pengen lo jujur sama kita."

...

"APA?! SERIUSAN?!"

Kiran berdecak pelan, dia menyeruput kopinya dengan perasaan sedikit kesal karena merasa kedua telinganya syok dengan suara Raya dan Gita yang kini duduk di seberangnya.

Raya menatap penuh curiga Kiran.

"Lo nggak bercanda, kan?" Raya kembali memastikan pendengarannya. Pengakuan Kiran sukses membuat jiwa raganya syok.

Kiran menatap malas mereka berdua.

"Gue juga berharap ini semua cuma bercanda." Kiran menunjukan jari manis tangan kirinya ke hadapan mereka. Mereka berdecak kagum. Kiran mengerling jengah.

"Tega banget Lo nggak kasi tau kita berdua. Gue juga pengen lihat sahabat gue nikah. Lo-ah, gue jadi serba salah gini. Satu sisi gue seneng Lo akhirnya nikah, satu sisi lagi gue kesel Lo nggak undang kita berdua. Hufth!" Cerocos Gita, seperti tidak punya rem.

Kiran mengisyaratkan Gita berhenti bicara.

"Lo jangan keras-keras anjir. Jangan lupa, Lo berdua wajib jaga rahasia ini. Jangan sampai orang lain tau lagi. Awas aja kalo bocor, gue gantung Lo berdua di pohon cengkeh!" Ucap Kiran, penuh nada memaksa.

Raya dan Gita kompak mengangguk.

"Tapi, makasi juga Lo udah mau jujur." Raya.

Kiran menggeleng pelan, "Harusnya gue yang bilang makasi karena kalian mau dengerin cerita gue. Sebenernya, gue males obrolin ini. Jadi, jangan ungkit masalah ini lagi ya?" Kiran.

Raya dan Gita mengangguk.

Raya tersenyum penuh arti. Kiran mengangkat sebelah alisnya, penuh tanya. "Kenapa senyam senyum Lo? Mikir apaan sih Lo?!" Sewot Kiran.

"Malam pertama Lo gimana? Seru?" Tanya Raya. Diangguki oleh Gita, jangan lupa muka menyebalkan mereka yang sangat Kiran benci.

Kiran tersenyum penuh derita.

"Gue cuma jadi gelandangan di rumahnya."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now