00:03 ARJUNA

269 14 0
                                    

"Pak, kenapa Bapak jadi baik gini sama saya? Perasaan tadi siang galak banget, deh. Jang-"

"Jangan berfikir aneh."

Kiran memperhatikan Ajun yang sibuk menyetir. Matanya terlihat sangat fokus memperhatikan jalan yang akan mobil lewati.

"Bapak nggak bakalan turunin saya di tengah jalan, kan?" Tanya Kiran, secara tiba-tiba. Hal itu membuat Ajun menahan tawa setengah jiwa. Dia berusaha untuk tetap cool di depan mahasiswinya.

"Kalo saya niat, udah diturunin dari tadi juga."

"Bapak jangan bercanda. Ini lagi serius."

Ajun melirik sekilas wajah Kiran yang cemas. Entah kenapa, dia menjadi merasa sedikit bersalah. Kenapa juga dia harus bercanda di saat genting seperti ini. Bukan, dari Mana asal jiwa Kang bercanda ini muncul? Ini bukan diri Ajun yang biasanya.

Ada apa ini? Kenapa? Dan, bagaimana bisa?

Ajun menjadi bingung dengan dirinya sendiri.

"Maaf." Hanya itu yang keluar dari bibirnya.

...

"Kamu tinggal di kompleks ini?"

"Kenapa gitu, Pak?"

"Saya juga punya kenalan di sini. Namanya, Pak Agam. Sahabatnya Ayah saya. Tapi, saya kurang tau letak rumahnya dimana."

Kiran terdiam sebentar.

"Kayak kenal." Bisik Kiran pada dirinya sendiri.

Kiran tersenyum saat melihat pagar jangkung berwarna hitam di seberang. "Depan, Pak."

Ajun menghela napas panjang.

"Berasa sopir saya."

Kiran menjengit. "Dih, siapa juga yang minta Bapak anterin? Ini mah cuma inisitaf Bapak."

Ajun menepikan mobilnya depan gerbang.

Saat mereka keluar, kedua orang tua Kiran juga ternyata keluar dari gerbang tersebut. Mereka tersenyum lebar menyambut si bungsu mereka.

"Assalamualaikum. Loh, kenapa keluar?"

"Waalaikumsalam, Dek. Ini Mama sama Papa agak kaget denger suara mobil berhenti. Biasanya kamu kan Naik ojol. Siapa tau kamu dianteri pacar gitu." Sembur Mamanya.

Kiran menatap tidak mengerti Mamanya.

"Apaan sih! Kiran nggak punya pacar."

Ajun menghampiri mereka bertiga. Dia berdiri di dekat Kiran, dia tersenyum tipis pada mereka. Dalam hitungan detik, Mama Kiran tersenyum sangat lebar.

"Ganteng banget pacar kamu, Dek."

Kiran terbelalak lebar.

Sedangkan Ajun tersenyum kaku.

"Maaf, Bu. Saya Dosennya, Kiran."

"Loh, Arjuna bukan? Anaknya Pak Bima?"

Ajun menoleh ke Papa Kiran yang bersuara. Ajun sedikit terkejut saat menyadari sesuatu.

"Pak Agam? Bagaimana kabarnya, Pak?"

Papa Kiran dan Ajun bersalaman.

"Alhamdulilah, saya baik. Ayah kamu bagaimana kabarnya? Masih suka golf?"

Ajun tersenyum ramah.

"Alhamdulilah, beliau selalu baik. Sepertinya, begitulah. Ayah saya maniak golf. Kalau ada waktu luang, mari bermain bersama, Pak."

Papa Kiran tersenyum bahagia.

"Tentu. Tentu saja."

Kiran dan Mama Kiran yang tidak mengerti dengan pembicaraan mereka hanya diam, menyimak saja.

Diam-diam Kiran berdecih.

"Dasar bunglon."

Kiran mengernyit saat menyadari sesuatu.

"Arjuna? Gue kira namanya Junaedi."

"Jadi, dia kenal Bapak guwa?!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now