00:10 KONTRAK

190 8 0
                                    

"Gue-diculik?"

"Apa kamu bilang? Diculik?"

Setelah mendengar suara itu, Kiran langsung menoleh cepat. Dia terbelalak saat melihat Ajun berdiri di depannya. Jangan lupa tangannya yang berada di pergelangan tangan Kiran.

"Bapak nggak ngerti bahasa Indonesia?
Saya bilang, saya nggak perlu-"

"Masuk secara suka rela atau pake paksaan?"

Kiran mendengus.

"Sialan. Gue kalah lagi."

Ajun yang tidak kunjung mendapatkan jawaban langsung saja menarik Kiran, membantu gadis itu masuk ke dalam mobil. Sangat berhati-hati sampai melindungi kepala Kiran agar tidak menabrak bagian atas mobilnya.

Ajun menutup pintu mobil. Lantas berlari ke kursi pengemudi. Dia tidak ingin Kiran melarikan diri dan membuat dia terkenal dalam masalah lagi. Dia sangat malas berhadapan dengan masalah. Sepertinya, hidup dengan damai adalah cita-cita Ajun.

...

"Enam hari, terhitung dari hari ini. Saya minta kerja sama kamu. Saya harap, kamu bersikap dewasa. Tidak kekanak-kanakan seperti ini."

"Bapak minta tolong atau ngancam, sih?"

Ajun mengusap wajah gusar.

"Tidak keduanya."

"Terus, apa? Maksudnya, apa?"

Ajun menepikan mobilnya secara mendadak. Hal itu membuat Kiran hampir jantungan lagi. Kiran menatap jengkel Ajun yang masih saja fokus menatap ke depan.

"Bapak mau bunuh saya?!"

Ajun menghela napas panjang.

"Sudah cukup. Sepertinya, saat ini juga saya harus membicarakan ini dengan kamu, Kiran. Perkara pernikahan kita berdua."

"Bapak kan tau saya nggak mau."

"Saya juga nggak mau. Tapi, saya tidak bisa menolak permintaan Ayah saya. Kamu tahu sendiri seperti apa Ayah saya. Saya juga tau, kalo Mama kamu sangat bersemangat soal pernikahan ini."

Kiran mendadak diam. Apa yang dikatakan Ajun ada benarnya juga. Sudah lama sekali, entah kapan terakhir kali Kiran melihat Mamanya sangat bahagia seperti sekarang ini. Apa lagi Papanya, beliau terlihat tidak sabar menunggu minggu depan datang.

"Kamu sudah dewasa. Saya yakin, kamu juga ingin membuat orang tua bahagia. Bukan?"

Kiran mengangguk setuju.

"Tapi-saya nggak mau nikah. Sama Bapak lagi. Maaf, nih. Kalo boleh jujur, Bapak itu bukan tipe  saya banget. Hehe."

"Kamu juga bukan tipe saya."

JLEB! Kiran sangat tertohok mendengarnya.

Sepertinya ini yang dikatakan sakit tapi Tak berdarah.

"Kita buat kesepakatan saja, bagaimana?"

"Kesepakatan apa?"

"Nikah kontrak."

"Nikah kontrak? Kamu serius?"

Kiran mengangguk bersemangat.

"Dalam artian, kita hanya menikah di atas kertas. Bersikap seperti menikah sungguhan hanya di depan orang tua. Paling penting, kabar kita menikah jangan sampai didengar orang kampus. Gimana?"

"Kenapa kamu ingin merahasiakannya?"

"Pengen aja. Biar gereget gitu."

Ajun tersenyum kecil.

"Ada-ada saja kamu. Saya ikut saja."

Kiran memajukan wajahnya, berhenti tepat di hadapan Ajun. Ajun mengerjap saat ekspresi Kiran mendadak berubah menjadi horror.

"Jangan sampai ada cinta di antara kita. "

"B-baik."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang