KERJA KELOMPOK 1

181 10 0
                                    

"Akhirnya si sinting dateng juga. Balas dendam Lo? Gara-gara kemarin gue sama Sendy pergi kondangan gak ngajak Lo?"

Kiran memasang wajah tidak setuju, "Idih! Kek orang susah aja gue. Kalo pengen sate, suami gua juga bisa beli. Sekalian sama gerobaknya. Jangan maen-maen." Kiran duduk di kursi.

Raya terkekeh geli mendengarnya.

"Wah, udah saling menerima? Gue bakalan cepet dapet ponakan ini mah. Gak sabar."

Kiran menatap tajam Raya.

"Bercanda nyonya muda. Baperan amat."

"Awas aja kalo bahas ini di depan orang lain."

"Wih, sans aja mbak. Kita baru berdua di cafe ini. Si Sendy sama William masih di mana ya? Kenapa dua cunguk itu belom dateng juga?"

"Punya hape, kan? Telepon lah babi!"

"Bener juga. Bentar."

Dua jam kemudian.

"Sorry, gyus! Gue tadi kejebak macet. Jalannya nauzubillah banget astaga!" Ucap Sendy yang baru datang dengan muka tidak bersalahnya.

Kiran dan William hanya diam, namun sorot mata mereka berlainan. Mereka seakan mengumpat dalam diam pada Sendy.

"Lo sialan banget, sih?! Udah dua jam kita nunggu. Dihubungi nggak aktif lagi, kita kita kerkomnya harus diundur lagi." Raya.

Kiran menyentuh perutnya yang terasa sakit, "Perut gue kelamaan kosong jadi sakit, nih!"

Sendy tersenyum lebar, "Nah, gimana sebelum kerja kelompok kita makan dulu? Gue teraktir!"

Kiran tersenyum pahit.

"Bener. Hampir semua masalah bisa dibereskan dengan duit, Sen. Hebat!"

...

"Jadi, kelompok kita mau buat apa?" Tanya Kiran, to the point setelah acara makan-makan peleburan dosa Sendy beres.

Raya ngebug sebentar, sepertinya kekenyangan spaghetti. "Bentar, kabel di otak gue belum pada nyambung. Liam, Lo punya usulan? Kan Lo pinter," Ujar Raya, ringan.

William terlihat berfikir panjang sebelum menjawab. "Gimana kalo webtoon?"

Semua orang syok, apalagi Sendy.

"APAH?! WEBTOON?! SERIUS LO?"

William mengangguk, membenarkan. Sedangkan Kiran dan Raya masih syok. Kenapa? Karena mereka berdua nggak bisa menggambar! Mantap!

William mengambil secarik kertas. Tangannya sibuk menulis sesuatu yang sangat tidak dapat dimengerti oleh manusia mana pun.

Dengan polosnya Kiran bertanya. "Nulis apa?"

"Konsep." Jawab William, singkat, padat dan jelas. Terlebih lagi tidak menatap lawan bicara saat menjawabnya. Kiran hanya bisa sabar.

William menyodorkan karya seninya ke tengah meja. Sendy, Kiran dan Raya saling mendekat, mereka memiringkan kepala ke kanan-kiri, berusaha membaca tulisan cacing kepanasan karya William.

Sendy hampir menangis melihat tulisan itu.

"Will, Lo punya mulut kan? Coba jelasin ini gimana maksudnya? Mata gue nggak bisa baca tulisan indah Lo ini." Ujar Sendy, sarkasme.

William menghela napas berat. Dia kembali menarik kertas tersebut. "Mata Lo bertiga masih sehat kok, ini tulisannya kebalik jadi nggak bisa kebaca sama kalian. Gue curiga otak Lo semua juga kebalik deh." William membalikkan kertas itu.

Kiran menyipitkan matanya. Setengah jiwa menelaah tulisan indah William. Namun, ia tidak kunjung bisa membacanya juga. Kiran angkat tangan, tidak sanggup membacanya.

"Lo harus dismackdown dulu baru ngerti gitu? Jelasin pake mulut anjeng! Jangan buat otak gue yang limit ini memuntahkan darah. Sekretarisnya ganti ah, jangan si Liam. Mental sama jiwa dan raga gue kagak kuat. Seriusan." Jelas Sendy, mencurahkan isi hati kecilnya.

Kiran mengangguk setuju.

"Raya aja." Usul Sendy.

Raya menggeleng cepat, "Tulisan gua lebih indah dari William. Gue nggak yakin kalian bisa baca tulisan gue. Mending Kiran aja. Tulisan Lo kece badai kan?"

Kiran berdecak, "Bilang aja Lo males nulis."

"Itu Lo ngerti. Gue mah jadi seksi transport aja. Sendy seksi konsumsi. Lo sekre. Si Liam seksi ngerjain tugas. Gimana?" Usul Raya.

Kiran dan Sendy bersorak setuju.

Sedangkan William, dia meratapi nasibnya. Kenapa dia tidak menolak tawaran Raya dulu? Mungkin sekarang dia sudah membereskan projeknya.

"Kiran naskah, Sendy storyboard, Raya sama gue gambar digital. Gue nggak terima debat." Jelas William, tiba-tiba.

Semua orang kembali dibuat kaget. Apa lagi Kiran. Baru kali ini dia diminta untuk membuat sebuah naskah webtoon. Mengarang tentang liburan saat sekolah sd saja selalu tidak beres.

Kiran meminta William diam.

"Bentar. Kenapa gue jadi penulis naskah?" Tanya Kiran, bingung sendiri.

William tersenyum tipis. "Hidup Lo kan penuh sama drama. Tuangin aja ke naskah. Beres."

"Wah, si William minta dismackdown." Sendy si  tukang kompor memulai aksinya.

William mendelik. "Maksud gue, Lo kan suka nonton Drakor. Coba perdalam lagi analisa soal pertokohan, alur cerita, plot twist sama dialog. Lusa, kita bahas gendre sama jalan ceritanya."

"Wah, kenapa jadi Lo yang ngatur?" Raya.

"Gue kan ketua kelompok, nyet."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang