DEMAM 2

215 7 0
                                    

Dengan langkah lebar, Ajun mendatangi kelas Kiran. Saat sampai, ia dihadiahi pandangan penuh tanya oleh para penghuni kelas.

"Ada yang ketinggalan, Pak?"

Ajun menggeleng pelan.

"Kiran ada?"

Raya yang ternotice langsung berdiri membuat Ajun mengerjap. "Kiran mendadak pulang, Pak. Katanya nggak enak badan."

"Pulang?" Beo Ajun.

Pulang ke mana? Apartemen atau rumahnya?

...

"Loh, Ajun? Mama kira cuma Kiran yang mau nginep. Kamu juga nginep? Eh, kenapa kamu keringetan gini? Abis olahraga ya?"

"Kiran ada di sini?"

"Iya. Loh? Kiran nggak izin dulu sama kamu?"

"Ah, nggak. Saya cuma memastikan."

"Masuk aja. Kiran di kamar."

"Baik, Mah. Selamat malam."

Mama Kiran mengangguk dan tersenyum.

Ajun bergegas menuju ke kamar Kiran. Namun, di tangga dia berpapasan dengan Abanganya Kiran, Rangga. Ajun membungkuk singkat, hendak pergi namun ditahan Rangga.

"Ada apa? Kenapa buru-buru gini?"

"Nggak, Kak. Kakak nggak ada praktek? Tumben di rumah?"

"Gue lagi libur. Oiya, si Kiran nggak apa-apa? Mukanya pucet banget, loh. Atau jangan-jangan udah ngisi?!"

Mata Ajun melebar saat mendengarnya. Dia menggeleng cepat. "Belum. Saya permisi."

Ajun kembali melangkah menaiki anak tangga. Rangga yang masih diam hanya menggeleng kepala pelan, "Dasar anak jaman sekarang."

Napas Ajun berantakan saat tiba di depan pintu kamar Kiran. Dia mengatur napasnya sebelum mengetuk pintu kamar Kiran. Tok! Tok! Tok! Tidak ada sahutan dari dalam. Ajun yang cemas refleks menyentuh kenop pintu, dan yes! Pintu tidak terkunci. Ajun bergegas masuk ke dalam kamar dan menguncinya.

Saat masuk, keadaan kamar Kiran dalam keadaan gelap gulita. Ajun mencari saklar lampu dan menyalakannya. Dan brash! Ruangan ini langsung terlihat jelas.

Ajun menghela napas lega saat melihat Kiran sedang terlelap di atas kasur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh badannya, kecuali wajahnya yang sedikit merah.

Ajun mendekatinya, duduk di pinggir kasur. Entah dapat energi dari mana, dia tersenyum. Wajah terlelap Kiran sangat tenang, sebuah ketenangan yang mampu membuat Ajun tersenyum lega.

Namun, setelah lama menatapnya Ajun merasakan ada yang janggal dengan warna kulit Kiran. Tangan Ajun terangkat, menyentuh dahi Kiran yang sudah berkeringat dingin.

Ajun melotot tidak percaya saat merasakan hawa panas di punggung tangannya. Kiran demam! Ajun beranjak dari duduknya, .membuka kunci pintu dan bergegas ke dapur mencari baskom dan air dingin.

Dia bersyukur saat melihat Rangga di dapur.

"Kak, minta kompresan! Kiran demam."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now