GENDUT?

125 8 0
                                    

Kiran berpapasan dengan William. Kiran tersenyum tapi William tetap saja menatap gadis itu dengan datar tanpa ekspresi.

"Lo mau ke mana?"

"Kantin. Beli minum. Haus."

William melirik botol minum yang dia bawa. Tanpa berfikir panjang, dia menyodorkannya pada Kiran. Kiran menatap botol itu dengan sebelah alis terangkat.

"Ibu hamil gak baik pergi sendirian."

Kiran cengengesan, dia menerima air tersebut.

"Makasi, Will. Gue kira, Lo gak peduli sama gue. Gue fikir, Lo benci sama gue gara-gara projek yang ampir gagal waktu itu."

William terdiam.

"Gue minta maaf, ya?"

"Kenapa minta maaf?"

"Ya, gara-gara gue nilainya gak maksimal."

"Nggak. Itu udah bagus."

"Beneran? Bagus deh kalo gitu."

"Lo udah beneran suka Pak Ajun?"

"Huh? Maksud lo?"

...

Kiran menatap pantulan dirinya di cermin. Dia menggerakkan pipinya yang semakin gemuk, berisi, penuh dengan daging. Dia tersenyum.

"Manteup, timbangan gue naik."

Tok! Tok! Tok!

Kiran menoleh, dia menemukan Ajun tengah berdiri di ambang pintu dengan menjinjung sekotak tiramisu kesukaan Kiran. Mata Kiran langsung berbinar cerah tapi mendadak muram saat mengingat bentuk tubuhnya.

"Kalo nanti saya gendut, Bapak masih mau sama saya? Bapak gak akan ninggalin saya?"

Ajun menurunkan keresek itu, menyimpannya di atas lantai. Dia menatap tidak mengerti Kiran, kenapa dia tiba-tiba membahas tubuh gendut?

Ajun mendatanginya, berdiri di hadapannya.

"Maksud kamu?"

Kiran berbalik, kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Menunjuk cermin itu dengan ekspresi yang sedih. "Saya gendut."

Ajun tersenyum tipis. Dia mengelus perutnya yang ikutan semakin membuncit seperti Kiran. Ajun sedikit menunjukkan perutnya. "Kamu gak sendiri, kok. Liat, saya udah kayak enam bulan."

Kiran tertawa mendengar celotehan Ajun.

"Bukan. Itu tujuan bulan!"

Ajun ikutan tertawa.

"Nah, gitu. Ayo, makan tiramisu."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now