MAGER 2

58 4 0
                                    

"Kamu nggak jadi ke kampus?"

Kiran menggeleng lesu. "Diundur, jadi besok."

Ajun hanya mengangguk, dia membawa buku tebalnya yang tergeletak di atas nakas. Bapak dosen kita berniat keluar dari kamar namun ia batalkan saat melihat Kiran yang fokus menatap layar laptopnya. Ajun yang kepo naik ke atas kasur, duduk di sebelah Kiran.

"Lagi ngapain?"

"Nyusun skripsi. Nonton Drakorlah!"

"Pagi-pagi udah emosi."

"Perasaan saya biasa aja ngomongnya."

Ajun hanya mengangkat bahu singkat. Diam-diam dia menatap layar laptop itu dari balik buku tebalnya. Kiran yang sadar mendelik, "kalo mau nonton mah, nonton aja kali."

"Nggak. Saya lagi baca buku."

"Bapak nggak ada kelas?"

"Nggak. Hari Kamis saya free."

"Lah? Sejak kapan? Kok, saya nggak tau?"

Ajun terlihat berfikir sejenak.

"Satu bulan yang lalu?"

"Tuh! Bapak mah main rahasia!"

"Emm, saya kira kamu gak mau tau."

Kiran mendelik jengah. "Terserah."

Kiran berniat merebahkan diri dengan posisi perut di bawah, namun dengan sigap Ajun menahannya. Dia menatap Kiran kaget, "Sayang, di perut kamu itu ada orang. Kasian."

Kiran tersenyum malu, dia kesal sampai melupakan apa yang berada di perutnya. Keadaan perutnya mulai terlihat besar, sekarang menginjak bulan ke lima.

Ajun mengecup singkat perut istrinya.

"Maafin Mama kamu ya, sayang."

"Iya. Mama kelupaan. Gara-gara Papa kamu, nih. Suka banget bikin Mama jengkel setengah modar. Pengen diganti sama Jungkook kalo bisa mah."

Ajun mencebik.

"Yaudah. Sama si jongkok aja sana."

Ajun kembali memposisikan diri duduk bersandar pada kepala ranjang. Kiran mendesah lelah, jika tidak dia maka Ajun yang ngadat.

...

"Sayang, kamu mau makan apa?"

"Mau saya buatin mie samyang?"

"Atau, mau nasi goreng?"

Kiran mencebik saat Ajun tidak kunjung membuka matanya. Sejak tadi, pria jangkung itu memejamkan matanya. Tapi, Kiran tau jika itu hanya pura-pura saja.

Kiran menyentuh hidung Ajun.

"Pak, bangun. Makan malam dulu."

Hening. Ajun tidak menyahut.

Kiran berdecak sebal, tanpa perasaan dia menarik hidung mancung Ajun membuat si pemilik menjerit kesakitan. Hal itu Sukes membuat Ajun terbangun, Kiran tersenyum penuh kemenangan saat melihat Ajun mengusap pangkal hidungnya yang terasa panas.

"Mau makan apa?"

"Saya nggak lapar."

Kiran menatap Ajun tidak percaya.

"Bohong."

"Kalo nggak percaya, yaudah."

Kiran menguel-nguel pipi Ajun yang kian mengisi. Kiran merebahkan diri di sebelah Ajun, membawa kepala Ajun ke dadanya. Ajun memeluk erat Kiran, sampai terdengar lirihan pilu keluar dari bibirnya.

Kiran kaget bukan main.

"Lah? Nangis?"

"Nggak. Cuma kelilipan aja."

"Yaudah. Lepasin kalo gitu."

"Jangan. Gini aja."

"Kenapa, Pak? Ada masalah apa?"

"Saya jadi takut."

"Takut? Takut kenapa?"

"Takut kamu berpaling dari saya."

"Huh? Emang-"

"Pokoknya, kamu sama saya terus ya?"

"Iyalah. Kalo kata Abang saya mah, cuma bapak yang mau sama saya.

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now