BOCOR?

151 9 0
                                    

"Eh, Lo udah tau belum? Pak Ajun udah nikah!"

"Kata siapa anjirrr?! Kok gua baru tau?"

"Gue denger dari Bu Rini. Katanya, istrinya itu adalah salah satu mahasiswi di kampus ini!!!"

"Seriusan Lo? Siapa ya?"

Kiran, Raya dan Gita yang sedang makan siang di kantin mendengar percakapan dua orang di meja sebelah. Diam-diam Kiran misuh-misuh.

"Laki guwa suka jadi bahan gosip, ya?"

Raya dan Gita mengangguk polos.

"Di kampus ini siapa sih yang nggak kenal sama suami Lo? Katro banget tuh manusa."

"Iya. Pak Ajun itu famous banget tau. Sampe Abang gue dari kampus sebelah aja kenal."

Raya dan Kiran menatap Gita serius.

"Abang lo-Dosen?" Tanya Kiran.

Gita mengangguk.

"Eh, gue belum cerita ya?"

"Pake nanya lagi, belomlah. Orang Lo sok misteriusin Abang Lo gitu. Btw, ganteng?"

Gita menyeruput jusnya sebelum menjawab.

"Gue bilang ganteng bukan karena dia Abang gue yak. Abang gue tuh kelewat ganteng, ya Lo pada tau sendiri gimana gue dianter jemput kan? Nah, dia nggak mau turun dari mobil sebab nggak mau ribet ngurusin cewek-cewek yang ngedatenginnya. Maklum, mantan model yang banting setir jadi dosen."

Kiran dan Raya manggut-manggut.

"Udah nikah?"

"Belum. Asal kalian tau aja, dia jomblo dari zaman zigot. Abang gue tuh nggak pandai percintaan. Kaku bener dah. Mirip suami Lo."

"Dih, kalian nggak tau gimana dia di rumah."

"Eh, btw kenapa Bu Rini bisa tau Lo istrinya?"

"Sebab, gue papasan sama dia di mall. Pak Ajun nganter gue, nah gue panasin aja tuh! Soalnya, dia natap sinis banget."

Raya dan Gita terbahak.

"Like, tatapannya itu bilang gini 'Lo siapa sih? Nggak pantes banget bersanding sama Mas pangeran kampus' gitu, guys!"

"Tapi, Lo nggak apa-apa? Maksud gue, Lo kan pengen rahasiain dulu ya, terus ini gimana? Dah hampir ketahuan gini."

"Gimana nanti aja, deh. Pusing gue."

BRAK! Raya menggebrak meja kencang saat melihat sebuah postingan di Instagram. Bahkan, nasi goreng yang sedang dikunyahnya ikut keluar lagi.

"VROH! UAS SEMINGGU LAGI!"

"SERIUSAN LO?! GUWA BELUM APA-APA!"

...

Sekarang, Kiran sedang ada di kelas. Matkul Pak Ajun sedang berlangsung namun keadaan kelas menjadi sangat asing bagi Kiran. Sebab, para cewek-cewek yang awalnya ngehate dan bodo-amat dengan pelajaran Pak Ajun menjadi sangat bersemangat menjalaninya.

Kiran menghela napas berat.

"Pasti gara-gara gosip itu."

Seorang siswi mengangkat tangan kanannya, membuat attensi Ajun teralihkan dari buku. Ia mempersilakan mahasiswi itu bertanya.

"Bapak beneran udah nikah?" Tanyanya, polos.

Dan benar saja. Seluruh kelas menjadi sangat ribut. Ada yang masih tidak percaya dan juga baru tau dengan kabar tersebut. Begitu juga Kiran, dia malah menutupi mukanya dengan buku. Bersikap senormalnya agar tidak dicurigai.

Ajun terlihat sangat santai mendengar pertanyaan itu. Dia menutup bukunya.

"Saya hanya akan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan matkul saya saja. Paham? Itu perjanjian kita semua di awal semester." Jawab Ajun, santai.

"Katanya, istri Bapak ada di kelas ini?"

"WAH?! SERIUSAN?!"

"CEWEK-CEWEK DI SINI KAN CUMA SERBUK JASJUS. JANGAN BERCANDA, ELAH!"

"TERUS, LO PANTES DISEBUT APA, SAT? LIMBAH? NGACALAH SEBELUM NGATIN!"

Keadaan kelas menjadi tidak terkendali. Kiran dan Ajun saling mencuri pandang, Dibalik kesantaian Ajun ada jiwa tertekan di dalamnya. Begitu juga Kiran, dia sangat tidak senang dengan situasi ini.

Ajun menghela napas berat. Dia terlalu malas melerai perdebatan di antara mahasiswanya, Bapak Dosen kita hanya menonton mereka.

Raya mencolek bahu Kiran dari meja belakang. Dengan teramat malas, Kiran menoleh ke Raya.

"Laki Lo keliatan frustasi banget wkwk!"

"Diem, Nyet!"

Raya cengir kuda, lalu mengangguk.

Kiran kembali menatap ke depan, memperhatikan Ajun yang juga memperhatikannya. Rasanya, Kiran ingin sekali lenyap saat itu juga. Warga bumi pada jahat.

...

Ajun menghela napas lega. Dia mendudukan bokongnya pada kursi kebesarannya. Ajun menengadahkan kepalanya, menatap langit-langit. Saat ini, Ajun sudah berada di ruangannya setelah terus berdiam diri di kelas Kiran yang dipenuhi kegilaan perdebatan.

Harusnya, mereka tidak ambil pusing dong. Hidup-hidup Ajun ini, kenapa jadi mereka yang ribet? Toh, Ajun juga santai-santai saja.

Suara pintu diketuk membuat kesadaran Ajun kembali. Ajun memposisikan diri dengan duduk rapih, mempersilakan orang di luar untuk masuk. Pintu terbuka, senyum Ajun terbit saat melihat seorang gadis mungil masuk ke sana.

Namun, berbeda dengan Kiran. Dia memasang wajah bete, bahkan membanting pintu dengan kasar. Dia duduk di hadapan Ajun, menyimpan tasnya ke atas meja dengan kasar.

"Kenapa tadi Bapak diam saja?"

"Terus, saya harus bagaimana?"

"Ya, terserah Bapak."

Ajun meraih tangan Kiran, "Jadi, kamu maunya seperti apa? Ingin pernikahan ini diketahui orang-orang kampus, gitu?"

Kiran memajukan bibirnya.

"Nggak tau."

Ajun tersenyum tipis, mengelus pipi Kiran dengan sebelah tangannya. "Apapun yang kamu inginkan, saya akan mencoba untuk menurutinya. Ya?"

Kiran menatap malas Ajun.

"Kenapa juga sih si Ibu kemarin bocor banget mulutnya? Kan, semua orang udah tau kalau Bapak udah nikah. Mana kepo banget siapa istrinya. Menyebalkan."

Ajun terkekeh pelan.

"Kenapa? Cemburu?"

"OMG?! CEMBURU? YANG BENER AJA!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang