DEMAM 1

233 8 0
                                    

"Panas!"

"Panas? Perasaan saya nggak baca doa."

"Kamu kira saya setan, apa?!"

"Wih. Akhirnya sadar juga. Gimana, Pak? Kurang panas ya? Mau saya panasin lagi?"

"Sudahlah."

Ajun menyentuh kepalanya yang masih saja seperti dipukul-pukul. Ajun mengerjap saat menyadari sesuatu.

"Saya dimana?"

"Rumah saya. Nggak inget kita tunangan?"

Ajun mengangguk pelan.

Kiran bersedekap, menatap jengkel laki-laki di hadapannya ini. Kenapa dia membuat keributan di saat sepenting ini?

"Bapak sengaja?"

Ajun mengernyit.

"Sengaja apa?"

"Sakit. Biar nggak jadi nikahnya."

"Kemarin, saya lembur. Kecapean."

"Oh, gitu. Iyain aja, biar cepat."

Ajun meringsut dari tidurannya. Dia menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang. Dia menatap sekeliling dengan seksama.

Sebuah ruangan bernuansa biru muda, lengkap dengan ornamen berbau Korea. Album berjajar rapih, melebihi buku tebal yang hanya terhitung oleh jari. Sebuah lemari kaca dengan deretan lighstick berbagai fandom, mulai dari BTS, NCT, EXO, SEVENTEEN sampai STRAYKIDS pun ada.

Ajun menoleh ke dekat pintu. Di sana terpasang sebuah poster berukuran besar, seorang cowok yang sedang berpose serius.

Ajun menunjuk poster tersebut.

"Dia-siapa?"

Kiran mengikuti arah telunjuk Ajun. Sebuah senyum lebar langsung terbit di bibirnya.

"Jodoh saya, Pak. Jungkook."

Ajun menggeleng pelan, merasa terguncang dengan jawaban Kiran. "Ugh. Mimpi kamu tinggi banget."

Kiran menatap malas Ajun.

"Terserah saya, dong. Hidup saya ini."

Ajun mengusap wajah pelan.

"Jadi, ini kamar kamu gitu?"

Kiran mengangguk mantap.

"Iyalah. Yakali Bang Rangga suka boyband? Doi sukanya BlackPink sama Twice. Biasnya Jennie sama Sana. Bapak suka KPop juga?"

Ajun mengerjap bingung.

"Saya cuma tau Suzy aja. Gara-gara start-up."

Kiran kembali tersenyum lebar.

"Lah? Ini saya adeknya, Pak! Eh, By the way, Bapak tim siapa? Han Ji Pyeong atau Nam Do San? Kalo saya sih-"

"Saya pengen tidur lagi. Kepala saya masih pusing, ditambah ocehan kamu ini. Makin pusing saja kepala saya."

Kiran tersenyum penuh derita.

"Iya, Pak. Selamat tidur. Semoga bisa terlelap selama-lamanya! WHAHAHAHHA! BYE, PAK!"

"KIRAN!"

BRAK! Pintu tertutup dengan suara debuman yang keras bersama Kiran keluar dari kamar.

Bapak Dosen kita yang tampan ini hanya bisa menghela napas berat sambil mengusap dada dengan tingkah jahil Kiran barusan.

"Astagfirullah. Ini baru aja tunangan. Gimana nanti kalo sudah nikah? Astagfirullah. Astaga, harus banyak nyebut ini mah."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now