GOOD NEWS?!

143 9 0
                                    

Ajun seakan berhenti bernafas saat melihat kertas itu dikeluarkan dari amplop. Saat ini, Bapak Dosen kita sedang menunggu hasil pemeriksaan Kiran.

Bu Dokter tersenyum saat melihat hasilnya.

"Selamat Pak Ajun. Anda menjadi calon Papa."

Ajun terdiam.

Kepalanya mendadak blank.

Hitam, gelap gulita tidak bisa berfikir.

Kiran yang tidak mendengar reaksi Ajun pun menoleh, dia melongo saat melihat dua buah sungai besar sudah terbentuk di pipi itu.

"Bapak-nangis?"

Ajun menoleh ke Kiran, dia langsung saja mendekapnya erat. Rasa bahagianya tidak dapat dia tuturkan. Dadanya mendadak sangat ringan seakan dia sedang melayang di udara!

Kiran menepuk sayang puncak kepala Ajun.

"Rezeki Bapak."

"Terima kasih."

...

"Jangan makan yang pedes."

"Jangan minum air es."

"Jangan mandi malem-malem."

"Jangan sampai kecapekan."

"Jangan begadang, Kiran."

"Jangan maraton drama."

Kiran menatap malas suaminya.

Banyak sekali larangan yang diberikan oleh suaminya itu. Apakah dia tidak tahu betapa tersiksanya dia dengan semua pantangan tersebut?

"Terus, saya harus ngapain kalo gitu?"

Ajun terlihat berfikir.

"Istirahat."

Kiran bersender pada punggung sofa.

"Dari tadi juga udah istirahat. Saya bosen."

Ajun duduk di sebelahnya. Tangan besarnya mengusap penuh kasih sayang perut datar milik Kiran. Ajun tersenyum lebar.

"Saya, masih nggak bisa percaya."

Kiran ikut tersenyum.

"Apalagi saya. Saya kira, nggak jadi."

"Apa saya bilang. Harusnya, periksa."

"Tapi, nggak ada tanda-tanda selain telat haid."

Ajun tersenyum penuh kemenangan.

"Jagoan Papa harus sehat, ya? Jangan repotin Mama. Kasian Mamanya kalo kamu repotin."

Kiran terkekeh geli mendengarnya.

"Apa? Papa?"

"Kenapa? Pengen Mommy, Daddy?"

"Idih! Ibu, Ayah aja. Biar kayak Bapak ke Mertua."

Ajun langsung setuju dengan saran Kiran.

"Okay. Berhubung Ayah belum bisa tahu kamu perempuan atau laki-laki, jadi Ayah Panggil kamu jagoan aja, ya?"

"Pak, saya pengen sate."

"Huh? Sate?"

"Iya. Sate ayam."

Ajun terlihat berfikir sejenak. Dia melirik jam yang menempel di dinding. Baru pukul tujuh malam. Kang sate sudah buka apa?"

"Kamu nggak lagi bercanda, kan?"

"Jadi, Bapak mau anaknya jadi-"

"Astagfirullah. Ngomongnya yang baik-baik."

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now