00:04 RENCANA

260 15 0
                                    

"EH, APA? NIKAH?!"

Mama Kiran tertawa hambar, sedikit terkejut melihat wajah tidak percaya anak bungsunya.

"Kenapa kaget gini, sayang?"

Kiran mendadak menatap kosong ke depan.

"Aku baru dua puluh tahun. NIKAH? Impossible. Kalian ini lagi prank? Jangan bercanda, Papa. Yakali Kiran beneran mau dinikaih? HAHAH!!!"

Papa Kiran menetap serius anaknya.

"Papa nggak bercanda, Kiran."

Kiran menuntut jawaban dari Papanya.

"Kenapa bukan Bang Rangga aja yang nikah? Dia udah tua. Udah jadi Dokter. Punya klinik sendiri sama punya penghasilan sendiri."

"Sialan. Gue masih muda!"

"Rangga."

"Sorry, Mom."

Kiran memanyunkan bibirnya. Seperti bebek.

"Kiran nggak mau."

"Kamu nggak ada pilihan, sayang. Ini semua demi Masa depan kamu. Kami sangat sayang sama kamu. Jadi, kami ingin yang terbaik buat kamu. Percaya sama Papa dan Mama, ya?"

"NGGAK! INI NAMANYA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. KIRAN YANG PUNYA HAK BUAT MENENTUKAN MASA DEPAN KIRAN. KIRAN YANG PUNYA HAK BUAT PILIH SUAMI KIRAN KELAK."

Papa, Mama dan Abang Kiran terdiam. Mereka bingung dengan apa yang sedang Kiran bicarakan. Tiba-tiba saja dia membahas hak asasi manusia? Bukannya dia kuliah di DKV?

"Kamu ini bicara apa, Kiran?"

"Pokoknya, Kiran nggak mau nikah. Titik."

"Kenapa? Kenapa kamu nggak mau nikah? Kasi alasan yang jelas buat Mama dan Papa."

"Kiran nggak mau dijodoh-jodohin."

"Terus, kamu mau jadi anak durhaka gitu?"

"Kiran nggak mau nikah sama om-om!"

"Kamu ini nggak jelas banget, Dek. Calon yang Mama sama Papa siapkan itu bukan om-om. Dia seusia Kakak kamu. Dia udah sukses. Punya pekerjaan tetap. Penghasilan sendiri. Latar belakangnya baik, berpendidikan lagi."

"Tidak ganteng tidak ada gunanya."

"Ah, iya. Dia bener-bener ganteng. Mirip Hwang in yeop. Si Seojun di true beauty. Gimana? Masih mau nolak?"

Kiran terlihat berfikir.

"Kalo ganteng, Kiran-pertimbangkan. PERTIMBANGKAN, YA! BUKAN SETUJU!"

Papa Kiran dan Rangga berdecak.

"Anak, Ibu, sama aja. Ck!"

Kiran mengembuskan napas panjang.

"Terus, acara pertemuannya kapan?"

"Malam ini."

"SERIUSAN?! KENAPA MENDADAK GINI?"

"Lebih cepat, lebih baik, Dek."

"LEBIH BAIK PANTAT KAK RANGGA! OGAH! KIRAN BELOM SIAP! NGGAK MAU PERGI!"

Mama dan Papa Kiran saling pandang, cemas jika mereka tidak bisa membujuk Kiran.

Tapi, Kiran malah terdiam.

"Tapi, gue penasaran. Hwang In Yeop di Indonesia tuh kayak gimana, yak? Anjir!
EMAK GUA BISA AJA NGERAYUNYA!"

MR. ARDJUNA RIGHT [SELESAI]Where stories live. Discover now