Elemental 6_Solar

1.6K 171 11
                                    

Tess tess
   Satu demi satu darah menetes dari hidung remaja bertopi putih lambang cahanya oranye itu. Segera ia seka darah yang kian banyak dengan tisu disebelah toilet.

   "Ah jangan lagi", keluhnya sambil membuka pintu dan menuju wastafel. Ia cuci hidung yang kini mengubah air menjadi aliran darah merah segar saking derasnya.

   Solar. Itulah nama remaja beriris silver dengan kacamata visor yang membuat matanya terlihat oranye. Ia putuskan untuk mengunci diri di toilet sekolah setelah jam pulang sekolah untuk mendapat ketenangan belajar. Ia tau jika dirumah, saudara-saudaranya pasti membuat bising seperti biasa walau hanya 3 orang tapi serasa ratusan pendemo yang sedang menyerang perusahaan dengan dalih ingin naik gaji. Huhh, tentu saja ia tak akan bisa fokus, jadi toilet sekolah adalah sasaran utama baginya dengan jaminan sepi dan tak seorangpun akan mengganggu. Tapi, dari awal ia berusaha fokus akan tumpukan buku-bukunya, selalu saja hidungnya mengeluarkan darah. Kadang berhenti tapi berselang beberapa menit darah itu kembali menetes semakin deras.

   Setelah mencuci wajah, ia angkat kepala menuju cermin dimana terdapat bayangan wajah tampannya yang pucat pasi dengan lingkaran hitam terhias rapi di kedua matanya.

   "Huhh, ayolah. Sebentar saja, aku harus belajar. Aku janji padamu aku akan tidur nanti", ucap Solar pada dirinya sendiri.

   Ceklek. Solar menoleh refleks pada pintu utama toilet laki-laki yang dibuka perlahan.

   " eh Solar, Bapak kira siapa", sapa lelaki paruh baya berseragam abu-abu lusuh itu.

   "Ah ya pak, ini saya"

   "Kamu sedang belajar lagi?"

   "Em, hehe😅"

   "Bagus kamu rajin belajar, tapi ga usah memaksakan diri juga, nak. Lagipula kamu sudah sangat bagus lho", katanya mendekat sambil mengambil tisu ditong sampah dan memasukkannya ke karung goni yang ia bawa.

   " Ah pak Wayan bisa aja, lagian saya juga mau pulang ini"

   "Hmm, kemarin-kemarin kamu juga bilang gitu tapi tetap disini sampe malam kan"

   " Lho, Bapak ngapain?", tanya Solar  saat lelaki berkulit agak gelap akibat terik sinar matahari itu terlihat membereskan buku dan tas solar yang berserakan di atas toilet.

   "Udah, ayo makan dirumah Pak. Bibimu masak gulai enak banget loh"

   "Tapi Pak, Solar harus, eh", ucapannya terhenti saat Pak Wayan menyeret tangan Solar bersamanya.

   " Ambil goni Bapak jangan lupa itu"

   "Ba-baik, Pak".

~~~
    Merekapun sampai di rumah pak Wayan yang tak jauh dari sekolah, rumah sederhana yang tak asing lagi bagi Solar selalu memancarkan kehangatan khas yang sulit ditolaknya.

   " Yeyy, kak Solar udah dateng, ayo sini kak, tau gak, aku ada gambar sesuatu bagus banget loh, kakak harus liat pokonya, liat deh, liat deh kak", baru saja menaruh tas di kursi luar, Solar disambut seorang gadis kecil berambut hitam yang dikuncir 2 dengan lucunya.

   "Whaa, pinter banget sih kamu gambarnya. Ganteng pula lagi yang kamu gambar😚"

   "Iya kan, iya kan bagus, masa bang Alfa bilang gambarku jelek lho kak Solar, jahat banget kan dia", cerca gadis itu dengan mulut digembungkan menambah kesan imut padanya.

   " Masa sih Alfa bilang gitu? Padahal gambar kamu bagus banget loh"

   "Ya pasti bagus lah, wong yang digambar kak Solar kok🙄"

   "Aku kan emang ganteng, jadi mau digambar ato aslinya ya tetep aja kek pangeran tau ga😎"

   "Hff, huekkkk, makan apa tadi aku ini, mual plus mau muntah, huekkk", dramatik bocah bernama Alfa sambil memegang mulut dan perutnya.

   " Hhh, trus kamu bilang aku jelek gitu?"

    "Iya kak, tadi kak Alfa sempet bilang kalo kakak itu kaya bekantan"

   "..."

Hening.

   "...APA KAU BILANG, ALFAAA", amuk Solar sambil mengejar Alfa yang berlari secepat kilat ke kamar dan menguncinya.

   " Whaaa, aku cuman bercanda kakk"

Dog dog dog

   " Hey, buka pintunya. Mari sini kau, Faa!!!😡"

   "Hey, sudah sudah, makanan udah siap ini, kalian ga lapar apa? Nanti kami habisin loh", lerai Pak Wayan yang sedang menyendok nasi ke piringnya

   "Hhh, awas saja kau Fa"

   "Sudah, nanti gantengnya ilang loh Solar, biarin aja tuh si Alfa, nanti biar dia makan sagu goreng saja nanti", sahut Bibi Ida istrinya pak Wayan dengan lembut menggoda sambil menyendok nasi dan gulai untuk Solar.

   " Hahaha, iya, nanti ulat sagunya pasti senang tinggal di perut kak Alfa"

   "Iihhh, tidakkk, aku mau makan gulai, masa ibu tega memberiku ulat sagu-_-", akhirnya keluar juga bocah nakal ini

   "Enak tau ga itu sagu, gurih, kenyal pula", canda Pak Wayan.

   " Ihh, ga mau pokonya, nanti mereka pesta-pesta lagi di perutku😣"

   "Hahaha, dasar penakut, blekkk", Solar menjulurkan lidah merasa menang melihat bocah yang ia anggap adiknya sendiri bergindik ngeri mendengar kata ulat sagu, penakut memang.

   Merekapun menikmati makan malam mereka dengan penuh canda tawa bersama di sore hari yang kian gelap seraya sang mentari mulai bersembunyi di ufuk barat.
                 
                   ___________________

    Ya, ialah Solar, anak tertampan sekaligus paling jenius saudara elemental, walaupun wajah mereka sama, tapi tak bisa dipungkiri ia memiliki aura kuat dan bersinar.

   Tentu saja dengan otak jeniusnya ia bisa meraih apapun. Jangan ditanya, ia adalah siswa nomor 1 dengan nilai sempurna setiap hari, bulan, dan tahun. Tak ada dalam sejarah bahwa nomor 1 diraih oleh orang lain selain Solar selagi ia masih siswa di sekolah itu. Hobinya? melakukan eksperimen, membaca buku terutama buku fisika, dan belajar matematika. Bisa dibilang, ia adalah seorang yang hampir sempurna dengan segala kelebihannya, belum lagi para siswi selalu mengidamkannya menjadi pacar mereka walau hanya dianggap candaan oleh sang idola.

   Ia sangat dekat dengan keluarga Pak Wayan. Emosi apapun tak dapat ia sembunyikan jika berhadapan dengan keluarga sederhana ini terutama Pak Wayan. Sang petugas kebersihan itu sudah Solar anggap ayah sendiri yang sangat berharga. Pak Wayanpun memperlakukan Solar bak anak sulung yang perlu banyak arahan dan kasih sayang. Banyak hal yang Pak Wayan tau bahkan kadang 'melebihi' saudara elemental sendiri.
       
     Dengan 2 keluarga yang sama-sama menyayanginya, menjadi alasan Solar untuk tersenyum dengan terangnya walaupun...aku benci mengakuinya tapi...sekali lagi, tak ada yang sempurna. Dibalik semua kelebihan dan wajah bahagianya itu, Solar menyimpan sesuatu di ruang hatinya yang rapuh. Sosok yang terasa membelenggu selalu menjadi ketakutan terbesar dalam dirinya. Sosok yang menjadi alasan kuat ia harus terus memaksa dirinya yang lelah, untuk terus terjaga. Karena jika ia lengah, habislah sudah.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now