Collapse berjamaah

725 86 13
                                    

Solar menuruni tangga dengan santai menggendong tas putih bercorak emas favoritnya.

"Hoahhm, selamat pagi semua", ucapnya setelah mengeluarkan uapan berat tanda tidur kurang yang menjadi trademarknya.

Mata silvernya masih setengah terbuka hingga tak menyadari jika ruang tamu masih belum berpenghuni sama sekali. Ia hanya dengan santai menarik kursi dan duduk di depan meja makan sambil mengusap kasar matanya.

Menyadari tak ada yang menjawab salamnya, ia mulai membuka mata dan kesadaran sepenuhnya.

"Lah? dimana semua orang? apa udah berangkat? tapi kan masih kepagian nih", ucapnya berbicara pada diri sendiri sambil melihat jam tangannya.

Pandangan Solar memindai tanda-tanda para saudaranya apakah sudah berangkat atau belum namun nampaknya belum, terbukti dari sepatu mereka yang masih berjejer rapi di rak sepatu juga tak ada bekas sarapan. Lalu mereka kemana?

Pemilik rambut brunette itu memutuskan untuk menaruh tasnya dan kembali naik keatas, dalam setengah perjalanan ia berpapasan dengan sang adik yang baru saja keluar kamar.

"Eh Thorn, ga ada orang dibawah", ucap Solar.

"Loh, pada kemana mereka kak?", tanya sang adik bermanik emerald yang dijawab dengan bahu yang dinaikkan dari sang kakak.

"Ga tau, mungkin pada telat bangun kali. Kakak mau cek ke atas dulu, kamu buatin roti panggang ya", perintah Solar, Thorn mengangguk patuh.

. . .

"Kak Taufan! Kak Gempa! Ayo bangun, udah telat nih", panggil Solar sedetik setelah membuka pintu bertuliskan 'TaufanGempa' diatasnya.

"Hmmhh bentar lagi", Solar memutar bola matanya kesal mendengar lenguhan malas Taufan dan memang sudah menjadi kebiasaannya sih untuk bangun telat, tapi yang ia heran kenapa kakak amber yang biasanya paling rajin malah jadi ikutan telat juga?

Solar mendekati kedua single bed yang bersebelahan itu, tangannya langsung menarik selimut sang kakak safir tanpa rasa ragu. "Udah mau jam setengah tujuh nih kak, ayo bangun"

"Kak Gempa juga ikutan bangun telat, kasihan tuh Thorn lagi bikin sarapan kak", ucapnya lagi seraya menghampiri tempat tidur Gempa.

Taufan yang mendengarnya langsung berusaha membuka matanya yang berat, "eh, Gempa? kau begadang ya? tumben belum bangun jam segini?", ucap Taufan dengan suara serak sambil melihat jam dinding yang menunjukan pukul 6.15.

"Kak Gempa", panggil Solar lagi, ia menyingkap sedikit selimut Gempa yang menutupi wajahnya yang tidur menyamping.

"Kak Gem--"

Hening.

Taufan sekali lagi membuka mata saat Solar memotong panggilannya pada Gempa, diliriknya sang adik yang tertegun tak bergerak, iapun mengerutkan alis heran karena tingkah sang adik juga keheningan yang tiba-tiba terjadi.

"Kenapa?", tanya Taufan.

Solar tak menjawab, ia berusaha menyadarkan dirinya sendiri, membuka lebih lebar selimut itu dan...

Terpampanglah tubuh Gempa yang penuh memar sertakan keringat yang membasahi tubuh sang kakak, ia menggigil dalam ketidaksadaran. Baju kaos berwarna agak krem yang ia pakai telah basah oleh keringat menandakan Gempa sedang sangat tak baik-baik saja.

Solar menyentuh dahi Gempa mencoba mengabaikan luka-luka itu, benar, tubuh Gempa bersuhu sangat tinggi. Bisa ia rasakan tangannya masih panas bahkan setelah ia tak lagi menyentuh elemental ketiga itu.

"Kak Taufan! apa yang terjadi pada kak Gempa?", tanya Solar dalam paniknya.

Taufan tersadar, mau tak mau ia bangun dan mendekat. Manik safirnya seketika ikut terbelalak melihat keadaan adiknya.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now