Duri bisa dilema juga?

772 72 7
                                    

Thorn menatap sang kakak yang sedang sibuk berkutit dengan dua bahan kimia yang berbeda botol, melihat satu persatu cairan berwarna bening dan biru itu lalu mengocoknya pelan.

Ia tak mengerti dengan kegiatan sang kakaknya yang hening itu, Thorn hanya fokus pada setiap ekspresi wajah Solar saat benda ditangannya mulai mengeluarkan reaksi saat dicampurkan.

Kepalanya terasa berat akhir-akhir ini, terasa ada sesuatu yang membuat hatinya gundah namun tak bisa ia tenangkan. 'Waktu' nya sudah kian dekat, ia seharusnya tak boleh bersantai lagi. Ia seharusnya lebih aktif untuk mencapai tujuannya.

Sejak kapan aku memiliki perasaan?

Sejak kapan aku harus merasa kasihan?

Sejak kapan juga aku bimbang pada hal konyol seperti ini?

Semua itu tak pernah ada dalam kamusku

Tapi kenapa dilema ini sangat memusingkan?

"Ngelamunin apa sih Thorn? dari tadi kayak patung duduk disitu", ucapan Solar berhasil membuyarkan lamunan Thorn. Ia sedikit tersentak.

"Eh, gapapa kok kak"

Tanpa menoleh Solar hanya fokus mengamati hasil eksperimen yang ia sedang kerjakan, "Hm, daripada diem ga ada kerjaan gitu, mending ambilin aku air sanah, haus banget nih", ucapnya.

Thorn yang tadi duduk manis di kasurnya kini beranjak bangun dengan sigap, "Oke kak, kakak mau cemilan juga kah?"

Pemilik manik silver itu mengangguk, "Mn, kalo ada bawain juga ya"

"Okay deh kak"

Thorn pun keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil air dan cemilan. Namun belum selesai kakinya menuruni tangga ia mendengar bunyi orang memasak dari arah dapur. Benar saja, saat ia sampai, terlihat Gempa yang sedang menyiapkan makan malam untuk para saudaranya.

"Kak Gem, lagi masak ya?", tanya Thorn.

Gempa menoleh, "Eh Thorn? iya kakak lagi masak buat makan malam nanti"

"Oww, mau Thorn bantuin ga kak?"

"Ga usah Thorn, udah mau selesai kok. Emang kamu laper ya?", tanya Gempa sambil memberikan senyuman.

"Ngga kok kak. Ini Thorn mau ngambilin minum sama cemilan buat kak Solar"

"Owh ya udah. Ada cookis coklat di lemari atas, sama sekalian susu less cream buat kalian berdua"

Thorn membuka lemari atas dan mengambil setoples cookies coklat, lalu dibukanya kulkas untuk mengambil susu untuk dituangkan ke dua gelas yang berbeda. Setelah itu Thorn berpamitan pada Gempa untuk kembali.

Sekilas Thorn melihat punggung Gempa yang masih sibuk dengan masakannya. Ia kembali memikirkan sesuatu yang mengganjal di otaknya sedari tadi. Thorn juga bingung dengan perasaan aneh ini, sejak kapan ia merasa ragu? bukankah ia sudah berjanji kalau hanya akan membantu di hari itu?

Lalu kenapa sekarang ia merasa mereka menyayanginya? apa karena tragedi malam itu dimana ia merasakan betapa kuatnya ikatan diantara mereka?

Memang tak bisa ia pungkiri, malam itu membuatnya menyadari sesuatu yang tak mau sama sekali ia akui. Ikatan keluarga yang baginya hanya sebuah omong kosong tapi disaat itu, didepan matanya sendiri ia melihat betapa omong kosong itu begitu kuat.

Semua orang rela mempertaruhkan nyawa untuk melindungi satu sama lain. Saudaranya, ayahnya, mereka begitu peduli. Dan entah kenapa hal itu menggerakan hatinya yang telah lama mati, begitupun pandangan kebencian yang mulai terhembus angin.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now