Hati Susu Kepala Batu

1.6K 121 17
                                    

"Kita mau kemana nih, Fan?"

"Mau jalan aja lha, emang kamu ada urusan?"

"Ngga sih, tapi ko jalannya ke sini sih, ke taman kek ato bioskop, ga asik kamu ihh"

"Whehe, udahlah, aku cuman mau berduaan, di taman ama bioskop terlalu ramai atuh", bujuk Taufan santai memegang tangan Lia dalam remangnya jalan di bawah jembatan.

Setelah latihan bersama Andy dan Danica, Taufan putuskan mengajak Lia jalan-jalan seperti yang ia janjikan, tentunya setelah merayu mereka untuk tak mengadu pada Hali walaupun tentu saja ia tak mudah percaya. Malam remang yang terasa bak film horor ini mengaburkan sebuah tatapan penuh rencana dan kewaspadaan di kedua wajah 2 sejoli itu.

" Lia, kamu capek ga?"

"Ga terlalu sih, kenapa?"

"Aku cape nih"

"Aik, kamu cape? Dasar lemah", ejek Lia dengan nada yang imut selaras dengan wajahnya.

" Hhh, Kalo aku lemah, ga mungkin dong jadi pacar kamu😌"

"Lah, sejak kapan ada konsep gitu?"

"Sejak aku kenal cewe imut yang diincar banyak cowo"

"Ayo istirahat di aula gedung itu, bentar lanjut lagi yah", ucap Taufan sembari berjalan menuju gedung tua gelap didepannya

"Hm, terserah deh🙄", Lia pun mengikuti Taufan dari belakang. Dilihatnya punggung Taufan yang kini dengan santai bersenandung ria berjalan di depan tanpa menunggunya.

Lelaki yang menarik, andai saja dia bukan musuh pasti sudah kuserahkan hatiku padanya. Wajah ceria dan bersinar itu, aku yakin hanya orang beruntung yang bisa mendapatkan Taufan, batin Lia.

Renungan akan kekagumannya terhadap Taufan begitu menghanyutkan diiringi suara angin dan kebisingan kendaraan di atas sana. Sungguh ia menyayangkan posisinya saat ia harus melawan orang sehebat Taufan yang ia sendiri mengakui setiap kemampuan luar biasa dalam diri orang di hadapannya. Sekuat mungkin ia meyakinkan diri sendiri bahwa Taufan bukan siapa-siapa melainkan musuh yang harus segera di atasi demi misi penting dari bosnya, tapi tetap saja ia tak bisa membohongi perasaan. Perasaan kagum dan cinta yang tak seharusnya tumbuh dalam sebuah hubungan tak terkendali ini.

Hening. Lia menghentikan lamunan dan langkahnya dalam aula yang tiba-tiba sunyi tanpa ia sadari.

"Lho, Taufan?,, kamu dimana?"

"Taufan!"

"Taufan, jangan bercanda deh, ga lucu!"

"Taufaann", panggilnya bermonolog tanpa sahutan dari orang yang dipanggil.

Degg. 2 lampu remang membangkitkan sinarnya, membuat mata Lia melebar akan pemandangan membahayakan di depan matanya.

" Ta-Taufan, apa yang..."

"Menurutmu?"

Badan Lia gemetar mendapati sebuah pistol dengan pelatuk yang siap ditarik mengarah ke kepalanya. Diliriknya satu persatu orang yang tampak seperti anak buah TX juga mengarahkan pistol ke arahnya. Merasa terkepung, Lia berusaha berpikir setenang mungkin mencari solusi, ia tahu ia tak sedang berhadapan dengan penjahat biasa melainkan orang yang bospun menyuruhnya berhati-hati.

"Kamu pikir aku gak tau kamu adalah mata-mata yang dikirim geng TR untukku. Sebodoh itukah kalian menganggapku, heh, menghampakan. Dan betapa mengejutkannya pacarku yang cantik dan imut ini ternyata hanya sampah penghianat dari TR. Apa mereka begitu tak tahu diri mengirim orang lemah sepertimu", senyuman intimidasi penuh ejekkan tersirat jelas pada wajah Taufan. Ia tak lagi Taufan yang beberapa jam lalu sedang asik berlatih skateboard dengan senyum lebar nakalnya.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now