Permainan dimulai, lagi

729 74 2
                                    

Manik amber itu membelalak saat menyadari dirinya tengah dikerumuni 4 orang kakak kelas yang tidak asing di ingatannya, sementara di sisi lain mereka tersenyum puas seakan mendapat hewan buruan yang sudah lama mereka cari.

Gempa berdiri dari duduknya, setelah kurang lebih satu jam berperang bersama laptop di depannya kini benda itu dapat beristirahat karena tuannya yang lebih terfokus pada hal dihadapannya.

"Kenapa kalian bisa masuk kesini?", tanyanya berusaha terdengar lebih tegas, namun aura terkejut masih terasa dalam kalimat itu.

Mereka tertawa mengejek, "Sombong banget sih pak osis, ga pernah mau ketemu sama kami lagi", ucap salah satu dari siswa itu.

Gempa menelan ludahnya, ia tau kedatangan mereka bukan hanya sekedar menyapa namun lebih dari itu. Manik emasnya ia alihkan untuk mengelilingi ruangan osis yang sudah tak ada satu orangpun karena memang sudah jam pulang sekolah.

Ia tau, semua adegan itu...

Dimana mereka menyiksanya tanpa ampun setiap kali ia menemui mereka, setiap luka memar bahkan luka terbuka yang mereka ukir di bagian tubuhnya yang biasa tertutup baju, juga adegan saat mereka dengan kejam menyerang dan meracuni Solar sang adik hingga sekarat.

Semua flashback itu saperti membuat tubuhnya kembali merasakan rasa sakit dan perih dari masa yang sudah lama tak ia lalui. Perasaan trauma, sedih, tak berdaya menyatu membuatnya secara tak sadar mengeluarkan keringat dingin dalam tatapan yang penuh makna itu.

Tanpa ia sadari sebuah tangan mengarah padanya, mencengkram kerah seragam sekolahnya hingga sepertinya kancing baju atasnya terlepas dan dasi yang ia pakai juga menjadi longgar saking kuatnya cengkraman tangan seniornya.

"Ikut kami!", ucap pelaku disertai seringaian dari teman-temannya.

Gempa menepis tangan itu dengan cepat, "Kalian tidak bisa sembarangan masuk ruangan ini, silahkan keluar"

"Oho, begitu ya pak osis?"

Gempa terdiam dengan tatapan datar.

"Kalau kami tidak mau gimana? apa lu mau bantu kami?"

"..."

"Udah Ki, kita bawa aja dia", seru yang lain.

"Heh, ide bagus sih. Bawa dia!", perintah siswa bernama Riki pada kedua temannya yang langsung memegang lengan kanan dan kiri Gempa.

Gempa terkejut dengan pegangan erat pada lengannya, "Lepaskan aku!", ucap Gempa namun tak satupun dari kedua orang itu yang menggubrisnya. Badan yang besar juga jumlah membuat mereka dengan mudah menyeret Gempa menuju tempat yang begitu menakutkan.

. . .

Nafas sang manik amber itu memburu, tubuhnya bergetar membayangkan kenangan buruk yang terjadi di tempat ini, tempat biasa yang setiap ia keluar akan menorehkan luka baru dengan segala rasa tak berdaya juga penyesalan yang mendalam di setiap detiknya.

Mereka menghempaskan tubuh Gempa dengan kasar hingga mendarat di lantai. Cahaya redup dari lampu neon yang hampir mati membuat suasana ini sama mencekamnya dengan keadaan hati Gempa yang kini menyeret tubuhnya mundur dalam posisi terduduk.

Lagi, senyuman puas itu terukir mengetahui sang korban yang ketakutan. Riki mendekat pada sosok yang menjauh itu dengan tatapan penuh aura kelicikan.

"Apa yang kalian mau?", tanya Gempa dengan suara bergetar.

Riki tersenyum, "Yang kami mau? Lu lupa gimana terakhir kita ketemu? kalo bukan karna kakak angin topan lu itu udah habis lu ama kami! sekalian tuh ama adik bensin lu!"

Gempa terdiam, rasa panik yang menyerangnya seperti menyumbat tenaga untuk sekedar membuka mulut walaupun ia sedikit emosi dengan ejekan Riki terhadap saudaranya.

"Dan mumpung hari ini lu lagi sendirian, ga ada yang bakal nyelametin lu, jadi kenapa kita ga main-main aja dulu kan?", lagi-lagi Riki dan anak buahnya tersenyum puas karena sialnya, Gempa terpojok pada tembok dibelakangnya yang mengharuskan ia berhenti, seketika sebuah pukulan keras melayang pada wajahnya.

_______

"Anak-anak, bapak perkenalkan ketiga siswa baru di depan kalian. Mereka adalah siswa berprestasi dari sekolah yang berbeda yang pindah kesini karena beberapa alasan. Disini ada Aditya, Bayu, dan Anam. Semoga kalian bisa akrab satu sama lain ya. Ah ya, Solar..."

Yang dipanggil kini menatap wali kelas yang ada didepannya.

"Kau pasti pernah bertemu mereka, karena mereka adalah langganan perwakilan sekolah dalam berbagai olimpiade sains dan matematika sepertimu", ucap lelaki itu tersenyum.

Solar berusaha mengingat, namun entah karena terlalu fokus saat lomba atau ia tak terlalu akrab dengan peserta lain saat suasana lomba, ia tak bisa mengingat mereka.

Solar tertawa garing, "Aku tidak ingat"

Berbeda dengan Solar, ketiga siswa baru itu tentu saja tau siapa Solar. Bayu bersuara, "Owh Solar ya? wah kau kan selalu keluar sebagai peringkat teratas di olimpiade, aku senang bisa satu sekolah denganmu, satu kelas pula ya", ucapnya disertai anggukan dari kedua orang di sebelahnya.

Solar tersenyum, "Salam kenal ya"

"Baiklah, silahkan kalian duduk di tempat kosong yang sudah disiapkan", perintah wali kelas.

"Baik"

Mereka pun memilih salah satu dari tiga bangku kosong, salah satunya yaitu Anam hendak duduk di sebelah Solar namun Solar menghentikannya, "Tempat ini tidak kosong, orangnya masih absen"

"Solar, biarkan dia duduk disana dulu ya, kalau nanti Hali kembali akan bapak siapkan tempat duduk lain untuk Anam", walaupun tidak rela ada orang yang duduk disebelahnya selain sang kakak, Solar akhirnya membiarkan Anam untuk menaruh tas dan duduk.

Anam tersenyum pada remaja bermanik silver itu, wah, orang ini tampan banget walaupun dari dekat. Batinnya kagum, namun ia tentu saja tidak mau mengakui first impression nya pada teman sebangku di hari pertama.

Sementara Solar sedikit mengalihkan wajahnya yang kini datar karena tak tau harus berkata apa, kenapa firasatku tidak baik ya?, ucapnya dalam hati.

Entah karena pikirannya yang secara aneh tiba-tiba mengingat Elemental atau memang karena orang baru dikelasnya, Solar merasa risih dan tak nyaman.

_________

Author's Note

Author merasa kasihan sama Gempa sih sebenarnya tapi...cerita harus berlanjut kan?

Hm, firasat ga baik Solar apa karena abangnya yang ditindas yah?

DAN..

Walau lambat tapi author di episode 41 ini ingin membuka sesi QnA gengs, tanyain apa aja yang berhubungan ama cerita Boboiboy Elemental ini yah, akan dijawab satu-satu di chapter selanjutnya yeyyyy

Seperti biasa,,

Jangan lupa vote dan komennya ya biar author makin semangat nih

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now