Belenggu

1.2K 127 4
                                    

"Hali bisa jelaskan, Yah"
"Mau jelaskan apa lagi? Kau seharusnya menjadi teladan untuk adik-adikmu, Li. Tapi apa ini?"
"Bukan Hali yang mulai, mereka datang dan menyerangku begitu saja. Aku bahkan tidak tau siapa mereka"
"Tidak mungkin kau diserang tanpa alasan, kau pasti kehilangan kawalan atas dirimu sendiri lagi kan"
"Tidak, berapa kali harus kukatakan aku..."

"Diam dan berhenti membela dirimu sendiri Boboiboy Halilintar!"

"...", Hali seketika menahan diri akan kata-katanya.

" Ayah mempercayaimu untuk menjaga saudaramu saat ayah tak bisa berada di sisi mereka. Ayah percaya kau bisa mengganti peran ayah karna kau adalah yang tertua. Tapi hari ini, ayah sangat kecewa padamu Hali. Ayah ragu apakah kau mendidik para elemental dengan baik dan tak menjerumuskan mereka untuk menjadi sepertimu. Sudah jelas-jelas temanmu terluka begitu dan kau masih mengelak kalau kau yang diserang. Apa selama ini ayah mengajarimu untuk berbohong demi melindungi diri sendiri? Dan yang ayah tidak terima, dengan sangat jelas kau membiarkan Taufan menjadi berandalan geng motor, apa yang terjadi jika ayah tidak pulang? Mau jadi apa mereka semua?"

" ... "

"Ayah benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapimu, apakah kau mendengarkanku? Apakah kurang segala hal yang ayah berikan padamu untuk mengurus mereka? Kalian hidup sangat berkecukupan, seharusnya kau bersyukur dengan membandingkan dirimu dan orang lain yang tak memiliki apapun, ayah bekerja keras di luar sana, kadang ayah rela tidak makan dan tidur karena pekerjaan, semua demi kalian, dan ini yang ayah dapat sebagai balasannya? Hah? Jawab ayah!"

" ... "

"HALILINTAR!!!", emosi Amato semakin memuncak saat remaja didepannya memalingkan pandangan ke arah buku yang tertata di meja belajar. Ah seharusnya ia sedang duduk membaca lembar demi lembar buku tata surya penuh gemerlap itu.

" BOBOIBOY HALILINTAR!!!"

Terpaksa mata ruby indah Hali menatap mata coklat hitam milik Amato. Ekspresi tak terima seakan menjadi minyak bagi amarah sang ayah yang kian besar.

"Sudah kubilang aku tidak salah. Apakah ayah bahkan mendengarkan penjelasanku? Tidak. Ayah hanya mempedulikan pemikiran ayah sendiri. Tentang Taufan, masalah geng motor sudah ku suruh ia bubarkan gengnya. Dan yang lain, aku berusaha sebaik mungkin, sudah cukup kan? Aku pergi.", Hali beranjak dari tempatnya berdiri hendak membuka pintu saat sebuah tangan mencengkram kerah belakangnya dan...

Plakk

Hening. Tak ada kata terucap selain tatapan penuh amarah dan ekspresi tak tertebak dari ayah anak ini.

" Tinggal disini dan berlutut pada ibumu! Pikirkan semua sifat kurang ajarmu sampai ayah menyuruhmu berhenti!", perintah Amato dengan suara ditekan.

"..."

                        ________________

   Ibu pasti bosan kan melihatku terus? begitulah. Sejak Ibu pergi, dia juga berubah. Heh, hukuman ini tidak ada apa-apanya. Ibu tidak perlu khawatir, berlutut semalamanpun aku masih kuat. Karna aku anak Ibu, batin Hali di depan foto besar sang Ibu yang terpajang ditembok. Kakinya hampir tak bisa ia rasakan lagi setelah 2 jam lamanya ia berlutut. Kedua tangannya ia kepalkan di kedua paha menahan sakit kakinya. Sebenarnya mudah saja ia terlepas dari hukuman Amato, hanya meminta maaf saja, tapi anak sejenis Hali meminta maaf? Mungkin saat itu akan disebut keajaiban dunia yang patut diacungi jempol.

                  _____________________

SOLAR POV

"Solar, ikut Ayah ya, ada yang mau ayah bicarakan", panggil Ayah padaku yang tengah membantu kak Gempa membereskan piring sisa makan malam tadi.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now