Her

738 73 27
                                    

"Hai Hali, Taufan"

Tuan pemilik nama menoleh pada sumber suara yang memanggil mereka. Seorang gadis menggunakan gaun hitam berpita merah dengan rambut digerai mendekat seraya tersenyum cerah membawa piring makanan dan minumannya ke meja tempat Hali dan Taufan duduk.

"Hey!! kukira kau tidak datang tau", sapa Taufan berdiri lalu menarik kursi untuk gadis itu duduk.

"Terima kasih Fan. Tentu saja aku datang, aku juga ikut bahagia karena kalian sudah kembali berkumpul", ucap gadis bermanik coklat amber dengan paras yang sangat imut itu sambil mendudukkan diri di kursi.

Jujur saja Taufan benar-benar terpesona dengan penampilan sang kawan, tanpa sadar manik safirnya berbinar saat terpaku pada Rin yang juga tersenyum padanya.

"Fan?", panggil Rin karena merasa Taufan terlalu lama memandangnya.

"Ah iya, hahaha kau terlihat cantik sekali kau tau?", ucap Taufan akhirnya mendudukan diri menuai reaksi tawa kecil dari Rin.

"Bisa saja kau Fan"

"Oh iya, hai Hali. Bagaimana kabarmu?"

Hali yang sedari tadi hanya tertegun berusaha mengingat siapa perempuan itu kini menatap Rin dengan manik ruby nya, walaupun raut wajahnya masih datar namun percayalah ia sedang kebingungan saat ini.

Taufan tau jika Hali tidak dapat mengingat Rin apalagi memang pertemuan mereka sudah lama, jadi ia merangkul bahu sang kakak akrab sambil menyungging senyum lebar dengan bahagia.

"Kakak ingat Rin kan? yang dulu pernah memberi surat cinta padamu. Ingat tidak?", ujar Taufan mengingatkan. Sedikit melirik Rin yang langsung menatapnya kesal atas cara teman bermanik safirnya itu mengingatkan Hali tentangnya.

"Itu loh yang juga menumpahi jaketmu dengan kopi terus membawanya pulang setelah dicuci"

Akhirnya ucapan Taufan mampu membuat Hali ingat sekarang, ia mengangguk kecil sementara Rin masih belum memudarkan senyuman penuhnya pada sang idola berharap Hali tidak melupakannya.

"Ah iya, aku ingat", ucap Hali singkat. Tidak menunjukan ekspresi apapun, begitulah seorang Halilintar tapi hal itu tidak membuat Rin kecewa.

Malah bagi Rin bisa berbicara sedekat ini bersama Hali benar-benar membuat hatinya terasa berbunga-bunga alias senang.

"Rin sudah berbaik hati mendonorkan darahnya untukmu kak. Kau tau kan golongan darahmu sangat sulit dicari"

Hali menoleh pada Taufan, mendapat sinyal dari sang adik agar ia bisa sekedar menyapa gadis yang telah lama menyukainya itu atas kebaikannya. Kini Hali menatap manik coklat Rin, membuat gadis itu gugup karena ini pertama kali Hali memperhatikannya seperti itu.

"Terima kasih, Rin"

Dheggg

Whaa!!! Hali benar-benar berbicara padaku!!!

Dia sangat keren!!!

Seandainya kau tau Li kalau aku benar-benar ingin memelukmu KYAA!!!!

"Ah iya, sama-sama Li. Sudah kewajibanku untuk menolong sesama, aku senang kau akhirnya bisa kembali", jawab Rin. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang padahal dalam hatinya dia benar-benar telah terbang mendengar ucapan Hali.

Jangan disebut Boboiboy Taufan kalau tidak peka terhadap perasaan wanita, pemilik manik safir itu bangkit sambil meregangkan tubuhnya seakan sudah duduk begitu lama membuat sang kakak dan Rin tertuju padanya.

"Hey Rin, kau diam disini dulu ya. Aku mau mengecek Blaze sebentar, juga sepertinya Gempa butuh bantuanku", ucap Taufan.

"Oh, tentu saja. Periksa dulu adikmu, aku akan menjaga Hali disini"

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now