I don't care 'bout anything

688 71 13
                                    

Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh pada manik emerald yang menatap lurus dengan emosi tak tertebak. Thorn, ia baru datang ke markas setelah cukup lama tidak menginjakkan kaki di tempat miliknya ini.

Ada begitu masalah sudah yang terjadi membuatnya tak bisa mencari kesempatan untuk pergi dari sisi para saudaranya. Namun hari ini setelah ada sedikit waktu kosong, ia memutuskan membuat pertemuan untuk mendengar hasil misi semua anggotanya, yah walaupun ia sudah tau persis bagaimana semua berjalan dengan lancar seperti rencana mereka.

"Bagaimana semuanya?", pertanyaan datar beraura es terdengar memecah keheningan.

Ia mendudukkan diri di kursinya seraya Lia, Roland, dan beberapa lagi petinggi TR terdiam gugup sebelum akhirnya ikut duduk di kursi masing-masing.

"Semuanya berjalan lancar bos", ucap Lia disertai anggukan Roland.

"Kelompok 1 dan 2 terhenti karena Halilintar yang masih koma juga Taufan yang belum membuat pergerakan, kelompok 3 dan 6 untuk Gempa dan Ice sudah beraksi, kelompok 4 berhasil pindah ke sekolah bos dan ada di kelas Solar, sementara kelompok 5...", penjelasan Lia terdengar ragu membuat Thorn sedikit mengerutkan alisnya.

"Kenapa dengan kelompok 5?

"Saya berhasil merekrut 3 trainee di V entertainment bos tapi...mereka memberitahu saya kalau Blaze mengalami pembulian yang serius disana"

Thorn tertegun, alis yang tadi sudah berkerut kini semakin mengkerut ke bawah, Blaze? dibully?, tanyanya dalam hati. Bagaimana bisa kakaknya yang selalu meledak-ledak malah bisa mendapat kasus bully? tidak bisa dipercaya namun informasi itu datang dari anak buah kepercayaannya.

Benar juga, manusia oranye itu tidak pernah pulang ke rumah semenjak jadi trainee, ia ingat pertemuan mereka di luar sekolah hanya saat Halilintar membutuhkan darah dan ia datang dengan penampilan acak-acakkan. Walaupun ia beralasan baru saja bangun tapi penampilan itu cukup mencurigakan, kalau saja keadaan tidak darurat pasti ia dicerca banyak pertanyaan saat itu.

Dan, jadi kesibukkan yang ia maksud untuk tidak pulang adalah....

Tanpa Thorn ketahui, wajahnya menggambarkan sebuah perubahan emosi juga sedikit...rasa khawatir. Namun ia kembali sadar dalam sekejap dan menatap para anak buahnya, "...Baguslah", ucapnya.

Iapun tak merasa respon itu tepat, namun ia menolak untuk mendengar hatinya yang kini mulai sering bersuara.

"3 trainee itu...suruh mereka melakukannya juga"

Lia dan Roland saling bertatapan tak percaya, mungkin mereka tau jika Thorn memang kejam tapi bahkan saat saudaranya sudah diterpa masalah seperti itu ia malah ingin memperburuknya, sungguh tak berperasaan, batin mereka.

"Kelompok 2 Jangan berhenti, kak Taufan mungkin saja melakukan aktivitas TX dari jauh atau bahkan diam-diam memimpin langsung. Aku tidak mau dia istirahat dari semua ini. Lakukan saja sesuka kalian, persiapanku hampir sempurna jadi tidak boleh ada waktu yang terbuang", ucap sang manik hijau lagi.

"Baik bos"

Keheningan kembali tercipta. Lia dan anggota lain menunggu perintah selanjutnya dari Thorn namun ia tak kunjung berbicara juga, merekapun tak ada masalah dengan kesunyian karena menurut mereka itu lebih baik daripada mendengar bentakan atau suara menggelegar saat Thorn marah.

Manik hijau daun itu terpaut pada tembok di depannya, menampakkan lukisan besar bergambar logo TR yang terlihat kuat membuat siapapun akan merasa logo itu ialah logo perkumpulan pembunuh bayaran di underground.

Ia teringat saat itu, saat ia membeli tempat ini dengan uang tabungan yang selalu diberi lebih oleh sang ibu. Sangat banyak sampai bahkan setelah membeli bangunan beserta perlengkapannyapun ia masih memiliki sisa.

Saat itu, ia berkeliling ke gang sendirian dengan penampilannya yang terlihat lemah seperti seorang Thorn dan seperti yang ia duga ada banyak orang yang mengganggunya. Ia puas, tak perlu mencari anak buah karena mereka menyerahkan diri sendiri padanya. Ia kalahkan mereka juga mengancam mereka agar mau menuruti ajakan membuat geng motor.

Tak lupa ia mencari informasi beberapa orang yang bisa diandalkan memimpin organisasi saat ia tak ada, sampai bertemulah Thorn dengan Lia yang saat itu baru saja menghabisi preman yang mengganggunya menggunakan pistol tangan.

Thorn mengajak Lia untuk bergabung, walaupun ia sangat keras kepala namun dengan embel-embel bisa membunuh orang sesuka hati akhirnya Lia setuju. Thorn tau Lia hanya ingin melarikan diri dari permasalahan hidupnya, untuk itu ia menjanjikan jika membunuh orang maka organisasi TR akan membantu sertakan melenyapkan bukti-bukti yang ada.

Kemudian Roland datang saat organisasi telah berjalan sekitar 3 bulan. Roland adalah ketua dari geng motor yang sebelumnya menguasai tempat itu, ia memutuskan bergabung membawa seluruh anggota gengnya karena ia telah mengumpulkan banyak informasi rahasia tentang bagaimana TR melakukan hal kejamnya tanpa terlibat sedikitpun dengan polisi.

Menurut prinsipnya, Roland tau Thorn jauh lebih handal dalam aktivitas geng motor, untuk itu ia rela melepas jabatan pemimpin dan berada di bawah Thorn begitupun menyerahkan semua anak buahnya pada organisasi.

Saat itu, Thorn tak ingat berapa orang sudah yang mereka targetkan. Tentu saja mereka membunuhnya dimana publik berspekulasi jika mereka adalah orang hilang yang bahkan sampai saat ini tak ada tanda-tanda mereka muncul kembali.

Dan saat itu, ia lupa sudah berapa kali ia melukai saudara-saudaranya. Terutama Gempa yang memang sudah sejak awal dapat ia perdayai menggunakan barang peninggalan ibunya sendiri yang ia ambil dari kamar sang kakak.

Semuanya tak ada yang ia sesali bahkan adrenalin itu semakin kuat saat 'waktu' pembalasan dendam sudah dekat. Semua akan berakhir, semua ikatan yang mereka banggakan selama bertahun-tahun hanya akan menyisakan kehampaan dan kekosongan. Baginya, ikatan itu hanya daun kering yang mudah retak dan hancur tanpa menyisakan sesuatu yang berarti.

Sampai saat itu tiba, apakah ia akan merasa kehilangan lagi? seperti saat orang yang ia paling cintai pergi, apakah ia akan berubah lagi? entah, ia tak peduli. Biarlah semua perasaan baik rasa kehilangan maupun penyesalan datang setelahnya, ia tak peduli.

Manik emerald Thorn kini menatap pada kejauhan, kejauhan yang tak dapat ia raih.

Apakah kau melihatku dari atas sana?

Kalau kau bisa, biarlah...

Biarlah kau mengutukku atas kejahatan ini tapi aku tidak akan berhenti

Hidupku tak pernah sama lagi, dan aku tidak peduli pada apapun

Aku lelah dan muak, aku ingin bersamamu

Thorn tersenyum getir, senyum yang dingin bahkan lebih dingin dari senyum Hali ataupun Ice. Ia tak menyangka semua akan berjalan seperti ini. Kehidupan yang ia kira akan bertahan selamanya namun kini ia sendiri yang mau menghancurkannya.

Kehidupan 2 dimensi yang jauh berbeda, layaknya selat yang menghubungkan antara dua laut, begitupun dunianya yang terpisah dengan warna dan menjadi hitam putih. Ia telah meyakinkan dirinya sendiri jika apapun yang terjadi, ia tak akan merubah tujuannya, apapun. Bahkan jika ia juga ikut hancur tapi tak apa, ia sanggup dengan segala akibat perbuatannya selama nafsunya terbalaskan.

"BOS!!!", semua orang yang berada di dalam ruangan itu sontak terkejut dengan pintu yang dibuka dengan kasar dan tidak sabar.

"KITA DISERANG!!!"

__________

Author's Note

Hehe, ini chapter udah lama selesai sih tapi author lupa upload, hehe

Jadi gimana cerita ini? sejarah terbentuknya TR bertahun-tahun lalu, salah satu dari dua geng motor terbesar selain geng punya abangnya sendiri, menarik bukan?

Ada yang tau gimana episode selanjutnya?

Seperti biasa silahkan komen yang banyak, kalau komen udah memuaskan author baru deh aku comeback yah hihi.

Well, see u on the next chapter...

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now