Duo makhluk

689 72 15
                                    

Keringat mengucur dari tubuh Taufan, nafasnya terasa lebih ringan saat pain killer yang ia telan mulai memberi reaksi. Manik safirnya yang tajam kini menatap pada perutnya yang masih mengalirkan cairan merah krimson walau tak sederas tadi.

Tapi Taufan tak fokus pada lukanya lagi, ia mengabaikannya dan mengecek ponsel pusaran angin dari sakunya.

"Dia masih belum jauh", gumam Taufan saat melihat titik merah dari alat pelacak yang sempat ia pasang di jaket Thorn tanpa diketahui lawannya.

Tapi baru saja bangkit untuk mengejar pimpinan musuh, Taufan tersadar bantuan TR terus berdatangan hingga sekali lagi walaupun pasukan TX sangat handal namun masalah mereka ada pada jumlah lawan yang tidak setara, belum lagi anggota sedikit berkurang karena melawan Thorn tadi.

Ternyata pasukan TR lebih besar dari dugaanku. Batin Taufan, terpaksa ia menunda pengejaran dan membantu teman-temannya menyerang karena ia tak mau kehilangan satupun kawannya. Sudah banyak anggota terluka tadi jadi harapan TX untuk bisa menang terhadap markas adalah Taufan.

Ia kembali merobohkan banyak musuh namun kini ia melawan dengan tangan kosong, tak membuat perubahan berarti karena Taufan tetap saja bukan tandingan TR hingga dalam hitungan menit, sekitar 20 orang dapat ia kalahkan.

Disaat semua orang tengah sibuk bertarung tanpa peduli luka masing-masing, tiba-tiba...

"POLISI!!!"

Semua orang mematung ditempat, memastikan apa yang mereka dengar tidak salah. Secara otomatis keheningan tercipta dari arena berdarah itu menyisakan bunyi sirine khas sertakan teriakan seseorang bertoa juga tembakan peringatan yang dilepas ke udara.

Seketika mata mereka membelalak, banyak anggota TR bahkan sudah kabur duluan untuk melarikan diri meninggalkan lawan mereka diam membatu menunggu perintah dari Taufan atau Hamdan.

"Fan, gimana nih? ada polisi diluar", tanya Riski yang kebetulan ada di dekat Taufan. Kawannya mengangguk lalu dengan lantang ia memberi perintah.

"Mundur!"

Tak butuh waktu lama, para pemuda itu segera keluar bangunan membawa teman mereka yang terluka hingga tak ada yang tertinggal kecuali anggota TR yang sudah mati.

Bunyi mesin motor dan mobil yang dinyalakan dengan tergesa-gesa juga riuh anggota yang masih mengevakuasi rekan mereka terdengar bersahutan, disisi lain Taufan pergi ke sembarang ruangan hingga menemukan tempat berlogo besar di tembok.

Ia mengeluarkan benda persegi panjang seukuran tangannya, mengutak atik hingga benda itu mengeluarkan suara 'titt' tanda telah aktif. Taufan menaruh bom rakitan itu di dua tempat yang berbeda, satunya di belakang tembok dan satu lagi dibawah meja hitam panjang tempat rapat tadi.

Setelah selesai, ia melompat lewat jendela untuk menghindari polisi di depan sana, tak butuh waktu lama hingga ia berhasil meraih motornya dan pergi dari tempat itu untuk memimpin pasukan melarikan diri.

Dengan cepat polisi yang menyadari jika para anak muda itu telah melarikan diri masuk ke dalam bangunan sementara yang lain melakukan pengejaran menggunakan beberapa mobil dan motor patroli yang bising akan sirine.

.

.

.

Taufan telah berada di barisan paling depan sementara anggota TX mengikutinya dari belakang juga mobil polisi di belakang mereka tengah gencar menancap gas agar mampu menangkap pelaku keributan di daerah mereka itu.

Sadar jika mereka telah terkepung, pemilik manik safir memberi sinyal berpencar saat melihat perempatan di depan. Para anggota langsung mengerti dan tak butuh waktu lama mereka telah berpecah ke dua arah yang berbeda dengan Hamdan sebagai pemimpin kelompok satu dan sisanya mengikuti Taufan.

Boboiboy Elemental ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang