Darah, keringat, dan air mata

1K 83 26
                                    

"Taufan!"

Suara gadis yang tak asing itu membuat Taufan tersentak seketika, langkahnya terhenti dan dapat ia rasakan teman merah mudanya itu berjalan mendekat menuju ke arahnya.

"Kau telat lagi", ucap Yaya dengan ekspresi garang pada kawan safirnya yang memang sudah terlalu sering ia dapati datang terlambat.

Taufan hanya tertawa gugup seraya menggaruk pipinya walau tidak gatal. "Maaf Yaya, ada sesuatu yang harus aku lakukan"

"Apa harus kau lakukan dipagi hari begini? Aku sudah kehabisan ide untuk menghukummu Fan"

"Ya...mau bagaimana lagi?", gumam Taufan berbisik pada dirinya sendiri.

Yaya menghela nafas karena tak mendengar Taufan menjawab pertanyaannya, walaupun ia tau alasan anak elemental itu adalah karena menjaga saudaranya namun tetap saja Taufan telah melanggar aturan dengan datang tidak pada waktunya.

"Push up 50 kali Fan", perintahnya membuat manik safir bertaut pada manik merah muda miliknya.

"B-banyak banget si Ya, bisa keropos tulangku", keluh Taufan tak terima.

"Apa mau kutambah jadi 100 kali kalau kau terus komplain?"

"Kau ini, aku kan sudah tidak muda lagi. 10 kali saja ya? Hehe, kau ini kan siswi paling cantik dan elegan di sekolah ini. Pokoknya si paling juara setelah Solar, kau itu jauh lebih keren dari Ying kau tau?"

Gadis berjilbab sama pink dengan warna irisnya itu memutar bola mata kesal terhadap pujian Taufan yang walaupun sebuah fakta tapi tentu saja ia tau jika Taufan hanya ingin mengelabuinya agar bersedia memperingan hukuman.

"Aku tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu! cepat lakukan atau benar-benar akan aku tambah ya Taufan!".

Pemilik manik safir meringis karena bentakan Yaya, tak lupa bagaimana kawannya itu menunjuk wajahnya dengan pulpen kepala domba tanda ia benar-benar serius akan menambah bebannya.

"Iya iya iya, ini mau aku lakukan kok", ucap Taufan seraya menaruh tak biru di tanah dan mulai mengambil posisi push up.

Iapun memulai sesi hukumannya sambil menghitung setiap kali tubuhnya melakukan satu ronde naik dan turun, sementara Yaya dengan sabar memperhatikannya saat pemuda itu perlahan berkeringat kelelahan.

"Bagaimana keadaan Hali dan Blaze?", tanyanya bernada serius. Sedikit memelankan suara agar hanya Taufan yang mendengarnya.

Masih tak berhenti menuntaskan hukumannya, Taufan sedikit tersenyum walau tidak bisa menatap wajah sang kawan.

"Siapa yang memberitahumu tentang Blaze?"

"Gopal", jawab Yaya singkat.

Terdengar tawa singkat dari Taufan, walaupun setelah itu nafasnya kembali tersengal disela-sela tubuhnya yang tak henti bergerak.

"Blaze dirundung oleh geng trainee, tapi sekarang dia sudah aman dan resmi memutuskan kotrak dari V Entertainment", jelasnya dibalas alis berkerut oleh Yaya.

"Kudengar dia terluka parah, apa mereka juga yang melakukannya?"

"Yah begitulah, Blaze bilang kalau setelah dipukuli dia didorong dari teras atas gedung pelatihan entah karena sengaja atau tidak. Yang jelas dia jatuh dari lantai 4 sampai kaki dan tangannya patah, lehernya juga cedera dan ada banyak luka disekujur tubuhnya", jawab Taufan lagi.

Walaupun Yaya sudah mendengar kondisi Blaze dari Gopal tapi tetap saja ia kembali meringis mendengar penjelasan kawan bermanik safirnya itu, tidak bisa ia bayangkan betapa menderitanya Blaze karena luka yang ia alami.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now