Jika bukan mereka, maka aku

856 75 89
                                    

Puluhan mobil jeep yang berjejer dengan penghuni dimasing-masing unitnya kini menyuarakan mesin khas mereka.

Semua orangpun bersiap dengan tugas mereka masing-masing, ada orang yang bertugas sebagai pengemudi, ada yang melakukan pengecekkan, adapula yang terduduk siaga mempersiapkan diri untuk sesuatu yang telah mereka susun sedemikian rupa.

Mereka semua berada disebuah tempat luas dan sedikit terpencil. Berbagai fasilitas dimulai dari gedung yang menjulang tinggi, garasi untuk menampung banyak sekali mobil sedan ataupun jeep, bahkan disana terdapat gudang yang berisi persenjataan lengkap dan amunisinya.

Seorang pemuda berada di teras atas dimana ia bisa melihat semua personil mereka yang akan ikut menjalankan misi penting organisasi. Manik coklat milik Roland menatap intens pada setiap mobil berisi para anggota TR terpilih hari ini.

"Pastikan semuanya ada dalam kendali. Jika kalian lengah dalam persiapan, maka nyawa kalian yang akan jadi gantinya", ucap Roland lantang. Membuat setiap orang kembali mengecek perlengkapan mereka.

Iapun kini tengah berompi anti peluru, membawa sebuah senapan berjenis M4A1 lengkap dengan persediaan peluru disetiap kantong rompinya. Baju kaos hitam yang ia gunakan dibalik rompi juga sepatu bot pria berwarna hitam membuat Roland terlihat begitu gagah, apalagi ditambah tatapan mata yang setajam elang itu.

"Berangkat sekarang", sebuah perintah dari earpiece ditelinganya kini terdengar. Ia lalu mengangguk dan mengangkat kepalanya.

"Siapkan diri kalian! kita berangkat sekarang", titahnya lagi. Semua pasukan memberi 'Siap' secara serentak dan dengan sigap setiap mobil berangkat beriringan keluar dari markas besar mereka.

Roland meloncat dari teras lantai 2 dan berhasil mendarat dengan sempurna. Satu mobil masih menunggunya untuk masuk dengan hanya ada pengemudi berpakaian sama dengannya. Ia memasuki mobil itu.

Dipandangnya intens bangunan megah dihadapannya. Bangunan yang sudah menampungnya selama bertahun-tahun hingga hari ini. Rasanya sulit dipercaya bahwa pada akhirnya, organisasi TR akan melakukan misi penting yang telah mereka rakit sejak awal berdiri.

Dengan telah perginya semua mobil, kini Roland sang wakil ketuapun menyusul dibelakang setelah memberi ucapan selamat tinggal pada tempat itu.

.

.

.

Tempat ini begitu damai. Angin berhembus hingga menerbangkan daun yang berguguran. Namun aneh, tak ada satupun hewan hidup yang terlihat, begitu sepi dengan hanya sesekali suara bising hawa yang hampir tak terdengar.

Pemuda itu melangkah pada sebuah nisan, sudah lama sekali sejak ia kesini.

Seikat bunga mawar putih berbalut kertas hitam ia bawa sebagai hadiah untuk sosok berharga yang telah pergi itu. Bahkan pria berpakaian serba hitam bertopi itu tak menghiraukan jika dikejauhan sana, semua pasukan telah menunggunya untuk memulai misi utama dari organisasi yang ia buat sendiri.

Thorn berjongkok, menaruh bunga mawar didepan nisan sang Ibu. Walaupun makam itu terlihat terawat namun tak langsung mengubah aura dingin Thorn sekarang. Ia menatap nisan Mara seakan memandang pada hal yang tak dapat ia raih.

Tangan sang pemilik manik emerald terangkat untuk mengusap batu putih bertuliskan nama Ibu satu-satunya, seakan ia tengah mengusap kepala wanita yang sangat ia rindukan.

"Bu.."

"..hari ini..jika bukan mereka, maka aku yang akan pergi menyusulmu", ucapnya.

Entah kenapa kali ini Thorn lebih terlihat sebagai seorang anak yang merindukan Ibunya daripada seorang pemimpin yang kejam dan beringas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boboiboy Elemental ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang