Agen

695 77 37
                                    

"Baik. Itu maumu"

Kini Taufan hanya hanya bisa pasrah melihat tangan Amato mengepal kuat sebelum mengarah ke wajahnya. Namun inilah pilihan Taufan, TX sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya hingga ia rela menghadapi kemurkaan sang ayah kapanpun lelaki itu akan siap menghukumnya.

Manik safir miliknya memejam erat saat tinju kuat Amato mengarah tepat di depan wajahnya, menciptakan suara keras seperti sesuatu yang retak dan hancur.

Aneh, ia tidak merasakan sensasi retak pada wajahnya melainkan suara itu berada tepat di sebelah telinga Taufan hingga membuatnya sedikit berdengung. Keheningan tercipta sebelum ia beranikan membuka Perlahan manik safirnya dan menoleh ke sisi kiri tempat tangan sang ayah mendarat keras.

Tembok berwarna crem itu hancur hingga menampakan dasar dinding akibat benturan keras yang jika saja benar-benar mengenai wajah Taufan, sudah pasti setidaknya ia mengalami retak tulang hidung dan tulang pipi yang parah karenanya.

Tubuh Taufan langsung bergetar melihat perbedaan kekuatan antara dirinya dan sang ayah, namun ia tidak berniat menarik kata-katanya ataupun meminta maaf untuk meredam amarah yang berkobar.

Tiba-tiba, cengkraman Amato terlepas. Meninggalkan pemilik manik safir jatuh ke lantai akibat rasa sakit dan ketidaksiapannya untuk mendarat.

Selagi ia memegangi perutnya, Taufan mengangkat kepala untuk melihat Amato yang berbalik membelakanginya dan berjalan pelan menjauh membuat anaknya kebingungan akan tindakannya yang sekali lagi tidak bisa diketahui artinya.

Manik coklat itu menatap tajam, pada sesuatu di kejauhan dari balik punggung tegapnya.

"..Taufan"

Tak ada jawaban, Taufan hanya menautkan safirnya sebagai tanda ia mendengar panggilan itu.

Tangan sang kepala keluarga bergerak mengambil sebuah kertas berkualitas bagus seperti brosur, lalu tanpa ragu ia melemparkan kertas itu hingga tepat berada di depan putra keduanya. Walau masih tidak mengerti pada maksud Amato namun Taufan mengambil brosur berwarna biru bercampur putih dan membacanya.

Pupil manik safir Taufan langsung membesar setelah mengetahui isi dari brosur ditangannya, lalu ia kembali menatap punggung sang ayah yang tak kunjung berbalik.

"..kampus..pelatihan agen?"

Amato tidak mengatakan apapun, memberi waktu pada Taufan untuk mengerti dengan sendirinya.

"Apa maksudnya ini Yah?", tanya Taufan penuh kebingungan.

Helaan nafas tercipta dari lelaki bersurai kecoklatan dengan sedikit surai putih itu saat menyadari Taufan tidak juga paham akan maksudnya, tapi ia tidak terlihat emosi atau marah. Justru ia kini berbalik dan menatap safir putranya yang masih belum bangkit.

"Kuliahlah di tempat itu. Tempat pelatihan agen negara seperti ayah.", ucapnya singkat.

Tentu saja Taufan mengerutkan alis mendengar hal seperti itu malah terucap dari sang ayah, "Aku ini pemimpin geng terbesar di kota Yah, bagaimana mungkin aku akan menjadi agen dan memusuhi organisasiku sendiri? aku tidak mau!"

"Kau pikir semua agen itu bekerja dengan bersih?! dengarkan dulu!", bentakan Amato membuat Taufan sedikit bergindik dan akhirnya lebih mendengarkan.

"Agen juga perlu memiliki kelompok yang membantunya menjalankan misi jika harus melanggar hukum. Jika kau menggunakan kemampuanmu hanya untuk merusuh, kau tidak akan menjadi apa-apa di masa depan. Pikirkan hal itu baik-baik sebelum memutuskan"

Taufan kembali menatap brosur ditangannya, "T-tapi.."

Tunggu

Jadi ini artinya..

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now