Safir dan Emerald

773 77 27
                                    

Segalanya terasa tak benar. Apa yang telah terjadi ataupun yang sedang kami lalui, semua bak dimanipulasi. Saat itu, akupun tak tau bagaimana cara keluar dari kerumitan benang persaudaraan kami yang berbelit, sungguh, akupun tak bisa membantu banyak.

Jika dia juga ikut tumbang, aku yakin semuanya akan berakhir walau bukan akhir yang sebenarnya, namun kami sudah sama-sama besar dan memiliki prinsip serta pemikiran masing-masing, jadi seberapa kuatpun keinginan kami untuk mencegah atau bahkan jujur, rasa gengsi dan tak tega selalu menghentikannya.

Hari itu untuk pertama kalinya sang petarung bertemu dengan musuh yang lama bersembunyi, semangat darah muda menyelimutinya dalam hawa amarah dan dendam. Ia tak tau, jika musuh yang menjadi awal dari kehancuran itu tak sepantasnya berada disana, tak sepantasnya berhadapan dengan sang manik safir.

Disisi lain, mungkin sudah saatnya. Kekacauan yang tak terkendali membawa sebuah kemauan besar untuk memperbaiki keadaan.

Gelapnya cakrawala seakan memberi tanda jika badai ini telah mencapai ujung, walau tak ada yang tau apa penunggu didepan sana, mungkin sebuah sinar atau mungkin badai lain? akupun tak mampu melihatnya, terlalu gelap dan berliku.

.

.

.

"Owh, akhirnya datang juga kau pemimpin TR"

Thorn terdiam, dibalik pakaian misterius itu ia menatap sosok Taufan yang memiliki beberapa bercak darah di pakaian biru yang ia pakai.

"Pertama-tama, terima kasih untuk yang waktu itu. Entah apa alasanmu membantuku dan keluargaku tapi pasukanmu membuat kami menang melawan mereka. Tapi, untuk saat ini, berhubung kau mencari masalah dengan saudaraku, kita kembali menjadi musuh, bukankah itu yang kau mau?", ucap Taufan.

"Ayo lanjutkan bertarung, apa kau tidak lihat teman-temanku sangat menikmati penyerangan ini? sama seperti kau menyerang kami waktu itu, kami juga tidak akan sungkan sama sekali"

Masih tak ada jawaban, keheningan dengan hanya suara Taufan membuat suasana menjadi mencekam. Thorn tau untuk saat ini anggotanya telah terpojok, namun ia tetap saja yakin jika ia melawan sang kakak ia akan menang. Bukan bermaksud meremehkan, Taufan mungkin bisa mengalahkan roland dan anggota TR dengan mudah, namun jika melawannya sekarang, tidak mungkin.

Thorn tau betul kondisi Taufan sedang tak sebagus kelihatannya, kelelahan yang coba ia abaikan membuat tubuhnya semakin kurus begitu tak akan membuatnya benar-benar mengeluarkan kemampuan maksimal saat ini.

Tentu saja sang bungsu tau pola istirahat pemilik manik safir yang berantakan, maka dari itu ia berani keluar untuk menyelamatkan situasi. Manik hijaunya menatap lekat pada remaja didepan sana, menunggu saat yang tepat untuk membuat serangan balasan.

"Kenapa kau diam saja? mau menyerah? aku persilahkan", ucap Taufan karena lagi ia harus menghadapi tipe orang sunyi yang membuatnya sebal.

Dengan cepat Thorn mendengus, suaranya terlalu berat dan berbeda untuk membuat sang kakak sadar jika ia tengah berhadapan dengan adik sendiri. Thorn maju dengan tenang seraya menyiapkan sesuatu dari balik jaket hitam itu, membuat Taufan refleks siaga.

"Hati-hati Fan, kayaknya dia bawa senjata dibalik pakaiannya itu", Ikthar berbisik pada Taufan untuk mengingatkan sertakan kawannya mengangguk mengerti.

35 menit, aku harus harus mengulur waktu selama 35 menit.

Thorn kini tengah menyiapkan beberapa pisau celtic cross dagger, sebuah pisau tajam dibalik jaketnya yang telah ia siapkan. Tentu saja bukan hanya sekedar pisau mafia biasa melainkan racikan racun berbahaya sudah terbalur di pisau itu.

Boboiboy Elemental ~Where stories live. Discover now