CHAPTER 30 : Wave (1)

14.5K 1.5K 27
                                    

Di hari berikutnya Ellea dan Harry melanjutkan perjalanan mereka dengan kereta kuda dan perbekalan lengkap hingga ke perbatasan Trevian. Seperti yang sudah Harry ceritakan saat perjalanan mereka kesini, penduduk Trevian adalah manusia srigala. Mereka hidup bergantung pada alam, oleh karenanya udara di Deandrez sebenarnya kurang cocok untuk tubuh yang tidak punya energi sihir itu. Biasanya para werewolf akan berubah sepenuhnya saat bulan purnama datang. Itu adalah saat dimana bangsa Trevian memiliki kekuatan yang sangat besar sekaligus.

Kali ini berbeda dengan sebelumnya, para werewolf menerima mereka dengan tangan terbuka karena penjelasan lugas dari Ellea. Begitu tiba di sana mereka berhadapan dengan banyak sekali mahkluk dari jenis srigala yang berbeda, akan tetapi para werewolf itu tetap tunduk dan hormat kepada Putra dan Putri Mahkota dari Deandrez.

"Senang sekali saya bisa berkunjung ke Trevian yang megah ini, Yang Mulia," Ellea lebih dulu membungkuk sopan pada Raja Berthio Vladimir, sementara Harry cuma membungkuk kaku.

Sang Raja sudah menunggu mereka di depan gerbang, kemudian membawa kedua orang itu masuk ke dalam istana. Entah sudah berapa kali Harry mengancingkan gigi, atau sekedar mengepalkan tangan kuat-kuat. Pasalnya harga dirinya terasa terinjak-injak saat harus tunduk pada mahkluk yang bahkan ketakutan setengah mati pada sihir. Aku benar-benar muak saat kami harus terus membungkuk seperti ini. Karena sejak awal Tanah Mounia adalah milik Deandrez.

"Jadi, apakah Anda adalah Putri Mahkota Deandrez yang baru?" Pria bertubuh tinggi besar dengan bulu yang menutupi hampir separuh dadanya itu menatap Ellea lekat-lekat, "kabar kecantikan Anda yang luar biasa sudah menyebar sampai kesini, dan rupanya bukan sekedar isapan jempol belaka."

Ellea menegakkan duduknya, kemudian tersenyum sopan, "Bukankah seharusnya kami lebih cepat menyapa Anda, Yang Mulia?"

Sebenarnya Ellea agak terkejut begitu mendapati Raja para manusia srigala bisa setampan ini. Para werewolf memiliki rupa yang sama persis dengan manusia, berdiri tegak dengan kedua kaki dan tak sedikit yang berwajah rupawan. Mereka memiliki bulu-bulu yang menutupi mulai dari area dada hingga ke punggung untuk laki-laki; sementara area punggung saja untuk para wanita, dengan warna berbeda sesuai jenis rasnya. Untuk Raja Berthio sendiri memiliki bulu putih bersih dengan corak keabu-abuan yang melintang di punggungnya. Kabarnya itu adalah warna dari ras terkuat di Trevian, sesuai dengan budaya mereka. Hanya yang terkuatlah yang bisa menjadi raja.

"Yah, melihat dari kejadian baru-baru ini sepertinya kami sudah keliru, Putri ...." Berthio menjeda sebentar, alisnya naik sebelah, "Maaf, Tuan Putri, siapakah nama Anda?"

"Estelle Theodore Deandrez," Ellea memperkenalkan diri dengan elegan, "Anda bisa memanggil saya Ellea, Yang Mulia."

Harry cuma melirik sekilas, mood-nya sangat tidak bagus. Sejak awal dia menyetujui ini dengan alasan agar Deandrez bisa aman untuk sementara waktu. Tapi lelaki itu sama sekali tidak tahu kalau ternyata rasanya sejengkel ini. Apalagi saat melihat sepasang mata hazel itu menatap Ellea lamat-lamat.

"Jadi, tujuan kami berkunjung kemari adalah untuk meluruskan masalah yang terjadi sebelumnya." Harry akhirnya membuka suara, "Kami sebagai pihak Deandrez sama sekali tidak ada niatan untuk membelot, apalagi menyerang balik Trevian. Seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya."

"Lantas kenapa Putri Estelle harus mempelajari sihir diam-diam?" Berthio mengerutkan kening, kemudian menyesap tehnya.

"Sebenarnya saya tidak berlatih sihir diam-diam, Yang Mulia," Ellea menjawab lugas, "sebelumnya saya sempat jatuh sakit dan tertidur sampai 40 hari, ternyata hal itu terjadi karena luapan energi sihir di dalam tubuh saya. Solusinya, saya harus mengeluarkan energi sihir itu secara berkala."

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now